Rabu, 28 Januari 2009

SEBUAH RENUNGAN

Tulisan ini saya buat terinspirasi dari sebuah karangan anak saya yang duduk di kelas 4 SD yang berjudul " Korban Banjir". Memang dari tata bahasa yang dipakai adalah tata bahasanya anak-anak namun dari segi isi saya anggap cukup baik untuk kita telaah dan cermati bersama.
Mari kita baca bersama-sama!


"Korban Banjir"
Suatu hari ada sebuah desa yang hujannya sangat deras. Para warga panik kalau ada banjir mengguyur rumah mereka. Lalu tak lama kemudian air meningkat tinggi, lalu mereka membawa barang-barang yang diperlukan.
Airpun terus meninggi sampai sudah ada rumah yang tenggelam. Lalu datanglah tim penyelamat untuk menolong para warga yang berada di desa itu, tapi tiba-tiba anginpun muncul. Angin itu meniup para tim penyelamat hingga tim penyelamat tidak bisa menolong para warga itu.
Para wargapun tespaksa harus berenang untuk menyelamatkan diri dari banjir. Mereka membawa barang-barang mereka. Setelah anginpun reda para tim penyelamat kembali menolong, lalu tim penyelamat lain menyiapkan tenda darurat.
Para warga lain yang sudah sampai di tenda darurat mereka serba kekurangan, tim penyelamat cuma bisa memberikan makanan, obat-obatan dan lain-lain.. Di tenda darurat banyak warga yang tidak dapat kebagian tenda, hingga para wargapun harus bersabar untuk mendapatkan tenda darurat.
Untuk itu janganlah buang sampah sembarangan sehingga dapat menutupi saluran air pembuangam.
Nah,,... setelah selesai membaca apa yang kita temukan ?
Marilah kita lihat dari sudut pandang kita selaku perawat komunitas !. Ok.
Ada 3 keadaan yang menurut saya bisa kita hubungkan dengan tugas dan fungsi kita sebagai perawat komunitas.

Keadaan sebelum banjir.
Dari kalimat teakhir dari karangan di atas sianak menyebutkan "untuk itu janganlah suka membuang sampah sembarangan sehingga dapat menutupi saluran air pembuangan". Cukup jelas ada peran kita selaku perawat komunitas . Apa peran kita ? Peran pendidik merupakan peran yang bertanggung jawab menurut kalimat anak kecil tersebut. Pendidikan yang diberikan berupa penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Berilah contoh yang baik tentang pencegahan bencana, yach paling tidak seperti kata anak kecil tersebut di atas. Jadi tindakan promotif dan kuratif yang diperlukan pada saat sebelum bencana.

Keadaan saat banjir dan pasca banjir.
Disebutkan dari alinea ke 2 sampai 4 bahwa ada tim penyelamat. Di sini apakah kita perawat komunitas juga terlibat ? Jawabnya sangatlah terlibat. Perawat komunitar memfungsikan peran sebagai pemberi pelayanan kesehatan, penemu kasus, coordinator/penghubung konselor, model pemodifikasi lingkungan, konsultan, pembaharu (change agent), manajer kasus, advocat dan peneliti.
Pemberi pelayanan kesehatan yaitu memberikan asuhan keperawatan sesuai masalah yang dihadapi korban banjir.
Penemu kasus yaitu melakukan pemuan kasus/masalah-masalah kesehatan pada korban banjir, menerapkan prinsip privacy dalam penemuan kasus yang dinilai negatif oleh masyarakat, melaporkan hasikj penemuan pada pihak terkait.
Sebagai penghubung konselor yaitu menyampaikan permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan sesuai bidangnya. Misalnya masalah gizi pada petugas gizi, penyakit pada medis, lingkungan pada sanitarian.
Model pemodifikasi lingkungan yaitu seorang perawat komunitas memberikan contoh yang baik pada saat bencana maupun sesudah bencana. Contoh sederhana membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok di tempat umum (bagi yang merokok).
Sebagai konsultan perawat komunitas memberikan saran dan anjuran yang bisa dilakukan korban untuk mengatasi masalah kesehatannya. Misalkan masalah kesehatan akibat banjir seperti penyakit kulit, diare dan penyakit saluran pernapasan.
Sebagai pembaharu, peran kita disini membantu masyarakat bagaimana nantinya setelah banjir muncul perilaku baru yang dikemudian hari tidak lagi terjadi banjir. Misalnya membantu membuat saluran yang dulunya tidak ada, membantu membuat tempat sampah yang dulunya juga tidak ada.
Manajer kasus yaitu membuat asuhan keperawatan sesuai kasus/masalah kesehatan yang ditemukan pada saat bencana maupun setelahnya dengan sistematis dari pengkajian sampai evaluasi.
Peran perawat komunitas sebagai advokat adalah menghormati hak korban selaku klien, memberikan perlindungan dan rasa aman, memberika perlakuan yang proporsional sesuai dengan kebutuhan klien, memberikan informasi yang dibutuhkan tentang pelayanan kesehatan saat bencana maupun pasca bencana.
Sebagai peneliti, berhubungan dengan masalah kesehatan bencana banjir yaitu melakukan surveilan epidemiologi terhadap penyakit terbanyak atau adanya kemungkinan tejadinya kejadian luar biasa penyakit tertentu sehingga tindakan yang akan dilakukan tepat.

Demikian yang bisa saya cermati dari karangan di atas. Cukup jelas bahwa perawat komunitas berperan bukan hanya sebagai "dokter kecil" atau "manteri keliling" (kalau boleh disebutkan begitu) tetapi kita punya profesi sendiri yang kaplingnya telah ada.
Maju terus perawat Indonesia.

Read More ..

Sabtu, 24 Januari 2009

Riset Keperawatan

#Pengertian#
Riset keperawatan adalah suatu proses ilmiah yang memvalidasi pengetahuan yang ada dan menghasilkan pengetahuan baru yang secara langsung mempengaruhi praktik keperawatan (Burns dan Grove, 1995).

#Pentingnya Riset Dalam Keperawatan#
1. Riset keperawatan melibatkan suatu pencarian sistematis dan validasi terhadap pengetahuan tentang pentingnya isu isu dalam propesi keperawatan.
2. Riset keperawatan menggambarkan suatu alat penting bagi profesi keperawatan untuk memperoleh pengetahuan tersebut.
3. Profesionalisme.
4. Akontabilitas (tanggung gugat)
5. Relevansi sosial keperawatan.
6. Riset dan pembuatan keputusan dalam praktik keperawatan.

#Hubungan Riset Keperawatan dan Dunia Keperawatan#
Pemikiran tentang keperawatan berkembang sepanjang rentang dari konkret ke abstrak
Pemikiran yang konkret yaitu sesuatu yang dapat disentuh/peristiwa yang dapat diamati dan dialami dalam kehidupan nyata.
Fokus pada kejadian langsung yang dibatasi waktu dan ruang

#Pemikiran Abstrak dam Konkret#
Pemikiran abstrak berorientasi pada pengembangan ide tanpa penerapan/hubungan dengan hal tertentu, tetapi cenderung mencari arti, pola, hubungan dan implikasi yang bersifat filosofis (Burns & Grove, 1993)
Tiga proses berpikir yang penting adalah introspeksi, intuisi dan pembenaran. Ketiganya digunakan dalam praktik keperawatan, mengembangkan dan mengevaluasi teori, mengkritik dan menggunakan temuan ilmiah, mepencanakan dan memgimplementasikan riset, dan membangun tubuh ilmu pengetahuan (body of knowledge)
Kegunaan pemikiran abstrak adalah mengidentifikasi masalah yang diteliti, merancang riset dan menginterpretasikan temuan.
Kegunaan pemikiran konkret adalah merencanakan , mengimplementasikan langkah-langkah pengumpulan data dan analisis data.

Read More ..

Sabtu, 10 Januari 2009

KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT MENUJU INDONESIA SEHAT 2010

Masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam mensukseskan pembangunan kesehatan. Masyarakat bisa sebagai subyek sekaligus sebagai objek pembangunan kesehatan. Sebagai subyek ikut berperan aktif dan sebagai objek adalah penerima pelayanan kesehatan.
Peran serta yang dimaksud adalah suatu sikap kemandirian untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya. Mandiri dalam bidang kesehatan adalah tahu terhadap masalah kesehatan, mau dan mampu mengatasi masalah kesehatan tersebut. Sikap mandiri tidak tumbuh dengan sendiri namun ditopang dari pengalaman belajar. Setidaknya ada petunjuk yang bisa digunakan untuk membangun kemandirian. Permasalahannya adalah kapan penanaman sikap mandiri tersebut sehingga kesehatan bisa optimal.

Sehubungan dengan hal tersebut maka disinilah peran penting seorang perawat komunitas.
Agar kemandiriam kesehatan yang optimal dapat terbentuk, seorang perawat komunitas adalah mengarahkan, memotivasi, memperlancar dan mengevaluasi proses belajar kemandirian masyarakat.
Perawat komunitas dalam hal pemberdayaan kemandirian masyarakat berperan sebagai pendidik kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan, penemt kasus, koordinator atau penghubung konselor, model pemodikasi lingkungan, konsultan, pembaharu (change agent), manajer kasus, advokat dan peneliti.
Bentuk dari peran tersebut salah satunya adalah tpaya perawatan kesehatan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan kesehatan (promotif), upaya pencegahan penyakit (preventif), upaya pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (curative), upaya pemulihan kesehatan (rehabilitative), dan resosialitatif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, kegiatan yang ditekankan adalah upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
Bentuk kegiatan lain yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kemandirian masyarakat adalah Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, dan sekarang lagi digalakkan adalah pembentukan Desa Siaga yang nantinya akan berkembang menjadi Desa Sehat.
Banyak kegiatan lain yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kemamdirian masyarakat namun pada dasarnya peran perawat komunitas adalah menumbuhkan sikap kemandirian masyarakat agar tahu, mau dan mampu memunculkan hasrat untuk meningkatkan derajat kesehatannya seperti kegiatan perawatan kesehatan masyarakat dan kegiatan UKBM.

Read More ..

KONSEP KELUARGA

DEFINISI KELUARGA

1. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

2. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

3. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :


1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

STRUKTUR KELUARGA
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

CIRI-CIRI STRUKTUR KELUARGA
1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

CIRI-CIRI KELUARGA INDONESIA
1. Suami sebagai pengambil keputusan
2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
3. Berbentuk monogram
4. Bertanggung jawab
5. Pengambil keputusan
6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
7. Ikatan kekeluargaan sangat erat
8. Mempunyai semangat gotong-royong

MACAM-MACAM STRUKTUR / TIPE / BENTUK KELUARGA

1. TRADISIONAL :
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati

2. NON-TRADISIONAL :
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

PERANAN KELUARGA

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Peranan ayah :
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya

2. Peranan ibu :
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi biologis :
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis :
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi :
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)

5. Fungsi pendidikan :
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 199 8):

1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga

5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.

Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.

Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
1. Tujuan umum :
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya
2. Tujuan khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya

Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1981) :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3.Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu muda
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

Peran Perawat Keluarga :

1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan

3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit

4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga

5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya

6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal

7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll)

8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah

9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :

  1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
  2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama
  3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga
  4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
  5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
  6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga
  7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan
  8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan
  9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah
  10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.



Read More ..

PERAWATAN KELUARGA HIPERTENSI

Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg, sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg.

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM POKJA RS Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140 mmhg dan untuk usia antara 60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda. (JNC VI, 1997).

Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali kunjungan yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, atau apabila tekanan darah sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan nilai yang menetap diatas 140mmHg (R. P. Sidabutar dan Waguno P, 1990).

Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg.

Read More ..

KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AREA LINGKUNGAN KERJA

Pemberian pelayanan kesehatan di bawah pengawasan medis pada orang sakit atau kecelakaan kerja atau orang yang menjadi sakit atau tiba-tiba mengalami kecelakaan kerja ( Departemen Tenaga Kerja AS )

Praktik keperawatan spesialis yang memberi pelayanan kesehatan kepada pekerja atau populasi pekerja yang berfokus pada promosi, proteksi dan perbaikan kesehatan pekerja dalam konteks kesehatan lingkungan kerja ( Asosiasi Perawatan Kesehatan Kerja Amerika )

Spesialisasi ilmu kesehatan beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental ataupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit, gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta faktor-faktor umum. ( Nasrul Effendi )

Tingkat Pencegahan Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Akibat Kerja

1. Peningkatan Kesehatan

ü Pendidikan kesehatan kepada pekerja

ü Peningkatan dan perbaikan gizi

ü Penyediaan perumahan dan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja

ü Rekreasi bagi pekerja

ü Pemeriksaan sebelum kerja

2. Perlindungan khusus

ü Imunisasi

ü Higiene dan sanitasi lingkungan kerja yang sehat

ü Pengenalan dan perlindungan diri terhadap bahaya akibat kerja

ü Perlindungan terhadap faktor karsinogen dan alergi

3. Diagnosa dini dan pengobatan yang tepat

ü Mencari tenaga kerja terhadap gangguan penyakut tertentu

ü General ceck up secara teratur

ü Penyaringan

4. Pencegahan kecacatan

ü Pengobatan yang adekuat untuk mencegah dan menghentikan proses penyakit

ü Perawatan yang baik

5. Pemulihan

ü Latihan dan pendidikan untuk melatih ketrampilan yang ada

ü Penempatan tenaga cacat secara selektif

ü Menyediakan tempat kerja yang dilindungi

ü Terapi kerja di rumah sakit

Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

1. Substitusi

2. Ventilasi umum

3. Ventilasi keluar setempat

4. Isolasi

5. Pakaian atau alat pelindung

6. Pemeriksaan sebelum kerja

7. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

8. Penerangan yang cukup

9. Pendidikan kesehatan

10. Lingkungan kerja yang sehat

Read More ..

Diet Untu Menghindari Peningkatan Risiko Diabetes Tipe 2

Diabetes saat ini menjadi penyakit yang mulai menjangkiti penduduk di negara-negara berkembang seperti Indonesia. WHO memperkirakan pada 2030 nanti sekitar 21,3 juta orang Indonesia terkena diabetes.Menurut Ketua Indonesian Diabetes Association (Persadia) Prof.Dr. dr. Sidartawan Soegondo SpPD-KEMD FACE, DM tipe 2 merupakan yang terbanyak diderita, yaitu sekitar 95% dari keseluruhan kasus DM. Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang tidak terkait dengan insulin. Faktor risiko terjadinya diabetes tipe 2 antara lain adalah faktor makanan yang dikonsumsi seperti sering mengonsumsi minuman dengan pemanis gula seperti soft drinks dan fruit drink (minuman buah dalam kemasan) serta kurang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.

Seringnya meminum minuman dengan pemanis gula berhubungan dengan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2. Demikianlah hasil studi yang dipublikasikan di Archives if Internal Medicine 28 juli 2008. Studi yang dipimpin oleh Julie R. Palmer, Sc.D dari Universitas Boston, membandingkan hubungan antara diabetes tipe 2, pertambahan berat badan dan konsumsi minuman pemanis gula dan minuman sari buah kemasan kepada 43,960 wanita afro-amerika. Sebanyak 17% responden melaporkan meminum 1 buah soft drink setiap hari, 32% melapor meminum minuman sari buah kemasan dengan pemanis sekali setiap hari, serta 22% melapor meminum sedikitnya segelas jus jeruk. Setelah 10 tahun , dilaporkan bahwa 2.713 responden menderita diabetes tipe 2. Responden tersebut adalah wanita yang meminum soft drink dan minuman sari buah kemasan lebih sering. Wanita yang meminum soft drink 1-2 x/hari memiliki peningkatan risiko 24% untuk menderita diabetes tipe 2 dibanding dengan wanita yang meminum kurang dari 1 kali/bulan. Sedangkan wanita yang meminum minuman sari buah kemasan 2x atau lebih/hari memiliki peningkatan risiko 31% untuk menderita diabetes tipe 2 dibanding dengan wanita yang meminum sari buah kemasan kurang dari 1x/hari. Minuman sari buah kemasan yang dimaksud termasuk soda, jus buah, minuman fruit-fortified (minuman dengan rasa buah asli) namun tidak termasuk diet soft drinks dan jus jeruk segar yang tidak berhubungan dengan risiko diabetes. Minuman sari buah kemasan biasanya mengandung kalori sama banyaknya dengan soft drink. Studi ini menyatakan bahwa mekanisme peningkatan risiko diabetes yang berhubungan dengan konsumsi soft drink adalah karena peningkatan berat badan akibat konsumsi kalori yang bayak terdapat di soft drink dan minuman sari buah kemasan.

Konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan ternyata dapat mengurangi risiko menderita diabetes tipe 2. Anne-Helen Harding, Ph.D. dari RS Addenbrooke, Inggris, menganalisa kadar vitamin C dan intake sayur dan buah-buahan pada 21.831 responden (rata-rata berusia 58 th) yang tidak menderita diabetes. Vitamin C adalah indikator yang baik dari kecukupan konsumsi sayur dan buah-buahan. Kemudian 735 responden melaporkan telah menderita diabetes, mereka adalah responden yang kurang mengonsumsi sayur dan buah sehingga kadar vitamin C dalam darah mereka juga kurang.

Sayur dan buah-buahan dapat menurunkan risiko diabetes dengan mencegah obesitas atau dengan menyediakan nutrient yang cukup seperti antioksidan untuk memerangi diabetes. Dibandingkan dengan mengonsumsi minuman buah kemasan, akan lebih baik jika mengonsumsi jus buah alami atau mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang cukup agar kita terhindar dari peningkatan risiko menderita diabetes tipe 2. Back to nature is the best way,,,

Read More ..