Jumat, 24 Juli 2009

AKIBAT ROKOK SETIAP 10 DETIK SEORANG MENINGGAL

Itulah faktanya yang didasarkan pada penelitian WHO sebagai badan kesehatan dunia. Penelitian ini mengacu pada beberapa laporan kesehatan yang mana telah menunjukkan bahwa rokok merupakan penyebab utama kematian di negara maju, karena menyebabkan penyakit kanker dan jantung. Satu dari dua perokok yang mulai merokok sejak usia muda meninggal dunia antara usia 35 tahun sampai dengan 69 tahun, kata Alan Lopez dari WHO. Tingkat kematian menyeluruh bagi para perokok tiga kali lebih tinggi daripada orang yang tidak merokok pada kelompok usia tersebut, katanya.


Di negara maju, rokok membunuh hampir 500.000 orang pada tahun 1955, sementara jumlah tersebut meningkat sampai dua juta perokok, termasuk 500.000 wanita tahun 1995. Bank dunia memperkirakan biaya perawatan kesehatan bagi penyakit yang ada kaitannya dengan merokok adalah sebesar 200 miliar dolar pertahun.
Diantara perokok, konsumsi rata-rata setiap harinya adalah 15 batang. WHO memperkirakan di seluruh dunia ada 1,1 miliar perokok, dengan 800 juta diantaranya mereka hidup di negara berkembang, termasuk 300 juta orang di China. Sekitar 47 persen dari perokok itu adalah pria dan 12 persen adalah wanita. Dari data itu, 42 persen pria perokok dan 24 persen wanita perokok berada di negara maju, dan 48 persen pria perokok dan 7 persen wanita perokok berada di negara berkembang.
Di negara kaya dan maju, rokok akan membunuh hampir 62 juta orang, kira-kira sama dengan penduduk Perancis dan Inggris pada akhir abad ini, kata laporan WHO. "Para perokok sangat penting memahami resiko tersebut," kata Lopez. Lopez menulis laporan tersebut dengan rekannya, Neil Collishaw.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa sekarang ini sekitar 3 juta orang meninggal dunia di seluruh dunia tiap tahunnya akibat merokok yang berarti satu orang meninggal tiap 10 detik. Tetapi dalam 25 tahun mendatang, jumlah ini akan meningkat pesat sampai 10 juta kematian setiap tahunnya, sementara pengaruh terhadap perokok yang lebih sedikit di negara maju ditenggelamkan oleh peningkatan sejumlah besar perokok di negara berkembang.
Percaya atau tidak ? Namun inilah berdasarkan penelitian para pakar di Indonesia. Para pakar menyesalkan budaya masyarakat yang sudah menganggap rokok sebagai hal yang biasa, bahkan menjadi suatu identitas. Misalnya antar teman apabila berkumpul dianggap kurang/tidak akrab apabila tidak sama-sama merokok, bahkan yang disesalkan adalah sponsor penyelenggaraan olahraga adalah dari industri rokok, padahal rokok sangat bertentangan dengan maksud dan tujuan olahraga.

Sumber :
Majalah Al-Ishlah edisi-05, thn II / VII-VIII/97 (disalin sesuai artikel aslinya)

Read More ..

Kamis, 23 Juli 2009

Perawat dan Etika Praktek Keperawatan 3

Perlindungan Hukum Praktek Keperawatan

Keberadaan hukum tertulis mempunyai makna dan tujuan luhur dalam mengatur situasi tata kehidupan masyarakat. Keberadaan hukum sebagai pengatur, pengawas, pengaman, pengayom dan pelindung. Tiap warga atau orang mempunyai perlakuan yang sama terhadap hukum. Dalam hukum tertulis selalu ada pasal tentang sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan, baik siapa saja yang melakukan pelanggaran tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka para perawat jangan terlalu risau akan perlindungan hukum, sepanjang dalam menjalankan tugas pada batas-batas normatif hukum.


Jadi memiliki ilmu pengetahuan dan keteranpilan serta kemampuan itu sendiri sudah merupakan perlindungan hukum. Ketika masih siswa/mahasiswa maka instansi pendidikan yang memberikan perlindungan hukum ketika melakukan tugas keperawatan. Saat wisuda mengucapkan sumpah sebagai langkah awal menerima aturan permainan dalam praktek keperawatan. Sepanjang tidak menyimpang dari sumpah, tidak akan mendapat sanksi, sekalipun pelanggaran sumpah, maka resiko sanksi moral sebagai penderitaan awal. Tindak lanjutnya, sumpah dikuatkan dengan kode etik dan etika keperawatan dan seterusnya dikuatkan lagi dengan peraturan pemerintah sebagai hukum tertulis. Dalam Peraturan pemerintah (PP) biasanya
tersirat/tersurat tentang sanksi hukum. Sebagai contoh PP no. 10 tahun 1966 mengenai wajib simpan rahasia kedokteran, dimana langsung atau tidak langsung perawat akan terlibat di dalamnya.
Berbagai aturan pedoman kerja dan petunjuk mewarnai perilaku praktek keperawatan dengan prinsif tidak menyimpang apalagi melanggar aturan tertulis tersebut. Karena tenaga kesehatan akan kena sanksi disiplin yang ada pada Undang-Undang Kesehatan (UU No. 23 th 1992) yang secara terinci operasionalnya akan ada keputusan Presiden (ps 54 ayat 1,2,3).
Perawat yang bertugas pada instansi, secara otomatis perlindungan hukumnya tercermin dalam instansi tersebut sebagai penanggung jawab. Bila bekerja secara tim, ketua sebagai penanggung jawab yang juga masih dilindungi oleh instansi yang memberikan tugas.
Apabila tugas mandiri, sejauh mana memperoleh ijin tertulis untuk praktek keperawatan bukan praktek pelayanan medis seperti dokter. Bila ada ijin tertulis, sepanjang tidak melanggar aturan main maka bebas resiko. Jadi ijin dapat berlaku sebagai perlindungan hukum. Bila tanpa ijin, seandainya praktek apapun bila tidak ada musibah maka juga bebas resiko.
Jadi bila perawat melakukan praktek mandiri perlu ijin tertulis dan ada standar serta kreteria apa saja yang boleh dilakukan secara mandiri. Dengan sendirinya tidak praktek seperti bidan atau seperti praktek dokter.
Praktek keperawatan sebagai modal pelayanan kesehatan cukup banyak memberi peluang seperti tertuang dalam Undang-Undang tentang kesehatan. Dan dalam undang-undang tersebut jelas disebutkan tentang perlindungan hukum terhadap semua tenaga kesehatan (ps 53) tertulis :
" Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya"
Dalam hal ini ijin praktek sangatlah penting guna perlindungan hukum.

Saat ini masih diupayakan suatu bentuk perlindungan hukum yang lebih kuat yaitu Undang-Undang Keperawatan untuk dapat disetujui oleh pemerintah. Undang-undang ini akan mengatur, mengawasi, mengayomi serta memberi perlindungan hukum yang jelas bagi perawat.

Terakhir, ada beberapa hal-hal yang bisa perawat lakukan , yaitu:
1. Secara berkelanjutan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menambah pengalaman.
2. Selalu berkoordinasi dengan jajaran kesehatan lainnya dalam tugas guna meringankan beban kerja dan mengantisipasi resiko.
3. Sering membaca hukum tertulis guna lebih memahami ketentuan yang berlaku khususnya tentang kesehatan.
4. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan jajaran kesehatan lain yang terkait dan pendekatan kepada masyarakat/individu secara normatif.
5. Bertindaklah sesuai dengan kemampuan dan sesuai profesi saja guna meringankan beban tanggung jawab.


Dari semua penjelasan di atas diharapkan dapatlah menjawab pertanyaan sekaligus menjadi solusi bagi perawat ketika melakukan upaya proses keperawatan dalam praktek keperawatan baik secara mandiri ataupun pada suatu institusi kesehatan.

Dartar pustaka
:
Makalah seminar sehari keperawatan di Yogyakarta tanggal 17 Juli 1993 dengan judul :
1. Tinjauan Pelaksanaan Hak dan Praktek Keperawatan oleh dr. Noeryati Aryono S.
2. Hak Perlindungan Hukum praktek Keperawatan oleh Soegandhi, Iswantiningsih, Susi Hadijah.
3.
Etika dan Profesionalisme Keperawatan oleh Siti Djunainah, BSc dan Sri Hendarsih, SKp.

Read More ..

Perawat dan Etika Praktek Keperawatan 2

Etika Praktek Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien (manusia) secara holistik. Karena subyeknya manusia maka memerlukan pertimbangan-pertimbangan nilai atau norma, hak-hak manusia dan tanggung jawab profesi.
Tidak jarang perawat dihadapkan dengan situasi yang memerlukan pengambilan keputusan tindakan apakah yang harus diambil. Tindakan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan manusia yang tidak membedakan bangsa, agama, jenis kelamin, status sosial, umur dan sebagainya.

Etika berasal dari bahasa Yunani "Ethos" yang menurut Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan, model perilaku atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Etika berhubungan dengan apa yang baik dan apa yang tidak baik dan dengan kewajiban moral.
Etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan tentang perilaku. Etika praktek keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari praktek keperawatan dan sangat penting dalam pendekatan pelayanan keperawatan serta menjadi unsur yang penting bagi ciri-ciri dan sikap mengabdi dari perawat.
Setiap perawat bertanggung jawab terhadap individu, keluarga, masyarakat yang sakit atau sehat. Tanggung jawab tersebut memerlukan etika yang berlaku pada praktek keperawatan, seperti :


1. Perawat memberikan pelayanan dengan menghormati martabat manusia, tanpa terikat pada pertimbangan kebangsaan, kesukuan, kepercayaan, ras, kedudukan.
2. Perawat melindungi hak individu dan kerahasian dengan melindungi secara hukum semua informasi komfidensial, dan hanya memberitahukan informasi yang relevan dengan asuhannya.
3. Perawat mempertahankan kemampuan individu dalam pelayanan asuhan, mengkui dan menerima tanggung jawab akan kegiatan dan pertimbangan pribadi.
4. Perawat melindungi pasien bila asuhannya dan keamannya dirugikan oleh tindakan setiap orang yang tidak kompoten, tidak etis atau melawan hukum.
5. Perawat menggunakan kompetensi dirinya sebagai perawat ketika menerima tanggung jawab dan menyerahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
6. Perawat berperan serta dalam kegiatan penelitian bila diterima bahwa hak subyek individual dilindungi.
7. Perawat berperan serta untuk menetapkan dan meningkatkan standar asuhan keperawatan dan pendidikan keperawatan.
8. Perawat berperan serta dalam upaya membentuk dan mempertahankan persyaratan ketenagakerjaan sesuai dengan asuhan berkualitas tinggi, melalui kegiatan dalam organisasi profesional.
9. Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan dan penduduk lainnya untuk meningkatkan upaya memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
10. Perawat harus menolak pemberian imbalan dan tidak mengharapkan imbalan atas iklan, promosi atau penjualan barang dagangan, pelayanan atau perusahaan.

Tujuan etika praktek keperawatan secara umum adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien atau pasien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, kepercayaan masyarakat terhadap profesi perawat.
Untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapd sifat yang harus dimiliki perawat, antara lain :
1. Jujur. Kejujuran sangat erat kaitannya dengan keselamatan pasien. Jujur dalam bertindak/pekerjaan, jujur dalam perkataan dan jujur terhadap lingkungan. Ketika mendokumentasikan asuhan haruslah sesuai dengan apa yang dilakukan.
2. Disiplin, mematuhi peraturan yang ditentukan dan tepat waktu.
3. Bijaksana. Pendekatan dalam melaksanakan asuhan dan tindakan memandang pasien sebagai manusia yang unik, sehingga pendekatan harus secara holistik dengan memperhatikan perbedaan individu.
4. Cepat tanggap terhadap setiap perubahan yang terjadi waktu memberikan pelayanan.
5. Empati. Dapat merasakan/mengerti apa yang dirasakan klien dengan merepleksikannya dalam bentuk verbal atau non verbal.
6. Tanggung jawab. Perawat harus dapat menyelesaika tugas yang menjadi wewenangnya dan berani menanggung akibat atas perbuatannya.

Bersambung......

Read More ..

Rabu, 22 Juli 2009

Perawat dan Etika Praktek Keperawatan

Secara operasional tenaga kesehatan termasuk perawat mempunyai batas-batas kewenangan, hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya.

Ternyata saat ini banyak di antara tenaga keperawatan (perawat)yang telah melaksanakan praktek pribadi di luar jam dinas dengan memberikan pengobatan yang sebenarnya bukan wewenangnya. Di lain pihat dokter selaku pihak yang berwenang memberikan tindakan pengobatan tidak bisa sepenuhnya menjangkau dan melayani masyarakat karena keterbatasan jumlah dokter. Di dukung kepercayaan masyarakat terhadap perawat dan jumlah tenaga keperawatan yang lebih banyak sehingga memungkinkan lebih mudah menjangkau dan melayani masyarakat.

Sekarang permasalahan yang muncul dan perlu jalan keluarnya adalah :
1. Sejauhmana profesionalisme perawat tersebut. ?
2. Bagaimana etika praktek keperawatan yang dilakukan ?
3. Bagaimana perlindungan hukum praktek keperawatan yang dilakukan.?


Profesionalisme Perawat.

Perawat merupakan sumber daya manusia yang melaksanakan upaya keperawatan dengan ilmu dan seni serta kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosial, spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup proses kehidupan manusia (CHS 1983).

Pelayanan perawatan yang diberikan adalah pelayanan yang profesional. Dalam hal ini berarti perawat yang memberikan pelayanan merupakan seorang perawat yang profesional dibidangnya yang mempunyai peran, fungsi, kompetensi, tanggung jawab serta berpendidikan sebagai perawat.
Ilmu dan keterampilan serta pendidikan profesi mendasari profesionalisme.
Selain dipedomani dari hal-hal tersebut, seorang perawat profesional dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Menggunakan proses intelektualitas dengan pertimbangan yang mantap, ilmiah, ethis dan estetis, tidak mekanis dan berpegang pada rutinitas. Hal dijabarkan dalam proses keperawatan untuk memecahkan masalah dalam asuhan keperawatan.
2. Pengalaman belajar dalam pendidikan formalnya diterapkan dalam tugas dan kegiatan pelayanan serta asuhan keperawatan dengan mutu yang dapat dipertanggung jawabkan secara profesional dengan tujuan untuk kesejahteraan klien yang dilayani.
3. Dalam melaksanakan tugas senantiasa memperhatikan perkembangan serta kecenderungan dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
4. Senantiasa menyebarluaskan pengetahuan dan informasi mengenai ilmu dan teknologi baik kepada teman seprofesi maupun kepada profesi lain dan kepada masyarakat.
5. Senantiasa memperhatikan unsur-unsur kehidupan manusia yang membentuk manusia seutuhnya.
6. Menekuni profesinya sebagai bagian dari kehidupannya, bukan sebagai batu loncatan dan bukan nilai material serta finansial semata-mata.
7. Senantiasa mengembangkan profesinya melalui pengembangan ilmu dan teknologi serta penelitian dalam keperawatan.
8. Menampilkan perilaku sebagai orang dan warga negara yang baik, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap profesinya.
9. Memiliki nilai-nilai etik, esthetis dan spiritual dalam mengembangkan dirinya sebagai anggota profesi keperawatan yang diterapkan secara nyata dalam melaksanakan tugas asuhan keperawatan.
10. Memelihara keseimbangan emosional walaupun harus bekerja keras, menghadapi berbagai ragam manusia dan banyak pengorbanan.


Bersambung......

Read More ..

Sabtu, 11 Juli 2009

Dampak Soft Drink Bagi Kesehatan

Akhir-akhir ini masyarakat kita terutama kawula muda mempunyai kecenderungan untuk mengkonsumsi soft drink atau yang lebih dikenal dengan minuman ringan. Selain karena cita rasanya yang menyegarkan, masyarakat terlanjur mempunyai image tersendiri. Iklan yang gencar di berbagai media masa ditambah dengan kemasannya yang mewah, memberi kesan minuman itu mempunyai gengsi dan kelas tertentu. Maka tak heran jika kini berbagai merek membanjiri pasaran.
Namun tahukah anda jika soft drink beresiko tinggi bagi kesehatan jika dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu lama. Mari kita teliti apa didalamnya.

Gula.
Soft drink memakai gula dalam kadar tinggi. Kebiasaan meminum soft drink memicu peningkatan berat badan dengan cepat. Oleh karena itu bagi siapa yang nengurangi berat badan, soft drink harus segera dihapus dari daftar konsumsi. Soft drink juga memicu kekurangan gizi karena rasa manis memberi rasa kenyang sehingga mengganggu selera makan.
Untuk itu hindari minun soft drink terutama menjelang waktu makan. Selain itu soft drink menghambat pemasukan beberapa zat gizi yang berharga. Cadangan protein, lemak dan mineral (kalsiun, zat besi, vitamin-vitamin) dalam tubuh kita akan diambil untuk pembakaran pasokan gula tersebut . Padahal siapa pun tahu bahwa soft drink tidak mengandung zat gizi selain kalori.

Kafein
Terdapat hampir pada semua soft drink. Kelebihan kafein menyebabkan iritasi lambung. Orang yang terlalu banyak minum soft drink biasanya mengeluh sakit ulu hati atau maag. Tingginya tingkat kafein dalam darah bisa menimbulkan / meningkatkan kadar kolesterol yang beredar dalam arteri, meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan kadar gula dalam darah.

Bahan-bahan adiktif.
Soft drink sarat dengan bahan-bahan tambahan antara lain pengawet, bahan pengawet ini digunakan untuk mempertahankan soda. Selain bahan pengawet juga terdapat bahan pewarna buatan dan aneka essence. Beberapa dari bahan itu akan berinteraksi dengan suplemen vitamin dan obat-obatan tertentu. Oleh karena itu jangan meminum soft drink jika sedang mengkonsumsi obat-obatan. Beri jangka waktu beberapa jam untuk memberi kesempatan agar obat beredar dalam tubuh.
Hasil penelitian para ahli menemukan satu lagi pengaruh buruk soda adalah mengurangi kemampuan sel-sel darah putih dalam memerangi bakteri infeksi.

Apabila kita semua peduli pada kesehatan, maka kini saatnya mengurangi atau menghentikan dan menggantinya dengan meminum susu yang siap minum, jus atau air mineral. Mungkin trend memang perlu, tetapi jika mengganggu kesehatan hendaknya berpikir dua kali, biasakan hidup sehat. Masih banyak minuman-minuman sehat yang siap dikonsumsi. (ASHIF)

Disalin sesuai aslinya pada buletin Forum Remaja 21 Tahun 1997

Read More ..

Rabu, 08 Juli 2009

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

DEFENISI REMAJA

Remaja didefinisikan sebagai masa p-eralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya jika usia remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka ia masih digolongkan dalam kelompok remaja.



DEFENISI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Apa yang dimaksud dengan reprodulsi ?

Secara sederhan reproduksi diartikan dari kata re = kembali dan produksi membuat atau menghasilkan. Jadi reproduksi mempunyaiarti proses kehidupan manusia dalam menghasilakan keturunan demi kelestaria hidup.

Apasih kesehatan reproduksi itu ?

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan social yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan system reproduksi (Konferansi Internasional Kependudukan dan Pembangunan , 1994).


Apa itu Kesehatan reproduksi remaja ?

Kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan social yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan system reproduksi yang dimiliki remaja.

Mengapa Remaja perlu mengetahui Kesehatan reproduksi ?

Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai factor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanghgung jawab mengenai proses reproduksi.

Pengetahuan apa saja yang perlu diketahui ?

1. Pengenalan masalah system reproduksi, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja).
2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia perkawinan serta merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginan.
3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kesehatan reproduksi.
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.
5. Pengaruh social dan media terhadap perilaku seksual.
6. Kekerasan seksual dan bgaimana menghindarinya.
7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negative.
8. Hak-hak reproduksi.


Sumber : Situs.kesrepro.info/krr/referensi.


Read More ..

JEJAS SEL DAN ADAPTASI

Manusia sesungguhnya, berupa kelompok sel-sel yang tersususn rapi dan rumit. Kesehatan perorangan berasal dari kesehatan selnya. Penyakit mencerminkan disfungsi sejumlah penting sel-sel.

Dalam bereaksi terhadap tekanan yang progresif, sel akan :
 Menyesuaikan diri
 Terjadi jejas yang dapat pulih kembali (reversible)
 Mati
Kelangsungan fungsi dan struktur fungsi sel normal, beradaptasi, terjejas ireversibel, mati merupakan keadaan yang berbatas kabur

Semua tekanan atau pengaruh berbahaya berdampak pertama-tama pada tingkat molekul. Perubahan molekul dan fungsi selalui mendahului perubahan morfologi. Waktu yang diperlukan untuk menimbulkan perubahan yang tampak pada adaptasi sel, jejas dan kematian berbeda-beda sesuai dengan kemampuan pemilihan cara-cara yang dipakai untuk mendetiksi perubahan tersebut.

Pertanyaannya
1. Apa yang menyebabkan terjadinya jejas, kematian sel dan adapatasi sel ?
2. Bagaimana Patogenesis dan Morfologi jejas sel ?
3. Apa yang dimaksud dengan penimbunan intrasel beserta contoh-contohnya, jelaskan ?
4. Pada organel-organel sel apa saja yang terjadi perubahan subsel, jelaskan ?
5. Ada beberapa proses adaptasi sel, jelaskan ?
6. Apa yang dimaksud dengan kalsifikasi dan perubahan hialin ?



Jawaban
1. Sebab-sebab Jejas, Kematian dan Adaptasi Sel adalah :
a. Hipoksia :
• Penyebab jejas dan kematian sel paling penting
• Mempengaruhi respirasi oksidasi aerob
• Hilangnya perbekalan darah, penyebab hipoksia yang paling sering
• Oksigenasi darah yang tidak memadai karena kegagalan kardiorespirasi

b. Bahan Kimia dan Obat :
• Penyebab penting adaptasi, jejas dan kematian sel.
• Setiap agen kimia atau obat dapat dilibatkan.
• Bahan yang tidak berbahaya bila konsentrasinya cukup sehingga dapat merusak lingkungan osmosa sel akan berakibat jejas atau kematian sel tersebut.
• Racun dapat menyebabkan kerusakan hebat pada sel dan kemungkinan kematian seluruh organisme.
• Masing-masing agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh

c. Agen Fisika :
• Trauma mekanik pada organel intrasel atau pada keadaan yang ekstrem, dapat merusak sel secara keseluruhan.
• Suhu rendah Vasokonstriksi dan mengacau perbekalan darah untuk sel-sel, bila suhu semakin rendah, air intrasel akan mengalami kristalisasi.
• Suhu tinggi yang merusak dapat membakar jaringan.
• Perubahan mendadak tekanan atmosfer juga dapat berakibat gangguan perbekalan darah untuk sel-sel. Penyakit caison
• Tenaga Radiasi menyebabkan ionisasi lansung senyawa kimia yang dikandung dalam sel, mutasi yang dapat berjejas atau membunuh sel-sel.
• Tenaga Listerik meyebabkan luka bakar, dapat mengganggu jalur konduksi syaraf dan sering berakibat kematian karena aritmia jantung.

d. Agen Mikrobiologi :
• Virus dan rcketsia merupakan parasit obligat intrasel yang hidupnya hanya di dala sel-sel hidup.
• Virus yang menyebabkan perubahan pada sel : Sitolisis (dapat menyebabkan kematian sel), Onkogen (merangsang replikasi sel, berakibat tumor).
• Kuman dengan membebaskan eksotoksin dan endotoksin yang mampu mengakibatkan jejas sel, melepaskan enzim sehinga dapat merusak sel.
• Jamur, protozoa dan cacing dapat menyebabkan kerusakan dan penyakit pada sel

e. Mekanisme Imun :
• Penyebab kerusakan sel dan penyakit pada sel.
• Antigen penyulut berasal dari eksogen (Resin tanaman beracun), endogen (antigen sel) yang menyebabkan penyakit autoimun.

f. Cacat Genitika :
• Kesalahan metabolisme keturunan dapat mengurangi sutu enzem sel.
• Dalam keadaan parah meyebabkan kelangsungan hidup sel tidak sesuai.
• Beberapa keadaan abnormal genetika diturunkan sebagai sifat keluarga (anemia sel sabit).


g. Ketidak seimbangan Nutrisi :
• Defesiensi nutrisi penyebab jejas sel yang penting, mengancam menjadi masalah kehancuran di masa mendatang.
• Defesiensi protein-kalori, avitaminosis, kalori berlebihan dan diet kaya lemak merupakan masalah ketidakseimbangan nutrisi di dunia.

h. Penuaan :
• Penuaan dan kematian sel merupakan akibat penentuan progresif selama jangka waktu hidup sel dengan informasi genitik yang tidak sesuai akan menghalangi fungsi normal sel.

2. Jejas pada sel mungkin mempunyai banyak penyebab, dan mungkin tidak mempunyai jalur akhir umum (common final pathway) kematian sel. Titik pantang balik, yaitu titik dimana kerusakan ireversibel dan kematian sel terjadi, masih banyak yang belum diketahui Jenis oksigen tereduksi parsial yang diaktifkan, merupakan perantara penting kematian sel dalam banyak keadan patologis.
Rangkaian Peristiwa : JEJAS ISKEMI DAN HIPOKSIA
 Titik pertama serangan hipoksia ialah pernapasan aerob sel, yaitu fosforilasi oksidatif oleh mitokondria.
 Pembentukan ATP diperlambat atau berhenti.
 Penimbnan natrium intrasel dan difusi kalium keluar sel disusul oleh iso-osmosa air mengakibatkan pembengkakan sel yang akut.
 Glikolisis meyebabkan penimbunan asam laktat dan fosfat anorganik dari hidrolisis ester-ester fosfat akan menurunkan pH intrasel.

Peristiwa selanjutnya terjadi pelepasan ribosom dan retikulum endoplasma bergranula dan penguraian polisom menjadi monosom. Terjadi gelembung di permukaan sel. Gangguan di atas reversibel bila oksigenasi segera dipulihkan, tetapi bila eskimi menetap maka terjadi jejas ireversibel.

Jejas ireversibel diikuti secara morfologis oleh :
 Vakuolisasi berat mitokondria, termasuk krista-kristanya.
 Kerusakan parah selaput plasma
 Pembengkakan lisosom
 Bila daerah iskemi diperfusi kembali terjadi influks kalsium yang masif ke dalam sel sehingga timbul kepadatan amorf dalam matriks mitokondria

Kemungkinan penyebab kerusakan membrane pada jejas iskemik yang ireversibel :
 Kehilangan ATP sel
 Kehilangan fosfolipid membran (sintesis berkurang atau degradasi meningkat)
 Produk-produk pemecahan lipid (asam lemak bebas, lisofosfolipid)
 Jenis oksigen beracun
 Perubahan sitoskelet
 Ruptur lisosom

Dua peristiwa secara tetap menandai sifat ireversibel :
 Ketidakmampuan mengubah disfungsi mitokondria (hilangnya fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP) terhadap reperfusi dan reoksigenasi.
 Timbulnya gangguan nyata pada fungsi selaput

Mekanisme jejas ireversibel
 Perubahan struktur dan fungsi mitokondria dalam jaringan iskemi dan pengurangan ATP sebagi penyebab kematian sel.
 Kerusakan membran sel sebagai faktor utama patogenesis jejas sel yang ireversibel.
 Fosforilasi oksidatif dipengaruhi hipoksia, oleh karena itu mempengaruhi sintesis ATP yang vital, kerusakan selaput penting bagi timbulnya jejas letal sel, dan ion kalsium, pada beberapa keadaan, merupakan perantara penting bagi perubahan biokimia yang menyebabkan kematian sel.
Jejas sel akibat radikal bebas :
 Beberapa bahan kimia menyebabkan jejas selaput secara langsung : keracunan merkuri klorida, air raksa mengikat gugus sulf-hidril selaput sel dan protein lain.
 Jejas radikal bebas, terutama oleh jenis oksigen yang diaktifkan, timbul sebagai jalur umum jejas sel pada berbagai proses, seperti jejas bahan kimia dan radiasi, keracunan oksigen dan gas lain-lain, penuaan sel, pembunuhan mikroba oleh sel fagosit, kerusakan radang, perusakan tumor oleh makrofag dan lain sebaginya.

Apakah radikal bebas itu :
 Sejenis bahan kimia yang memiliki satu elektron tanpa pasangan pada orbit luarnya yang sangat reaktif dan tidak mantap.
 Dalam sel mengadakan reaksi dengan bahan kimia anorganik dan organik.
 Radikal dapat dibentuk dari dalam sel oleh absorbsi tenaga radiasi, reaksi reduksi-oksidasi dan metabolisme enzimatik bahan-bahan kimia eksogen.

Sekali radikal bebas terbentuk, bagaimana tubuh dapat terbebas dari padanya ?
 Superoksida tidak mantap secara spontan dirusak menjadi oksigen dan hidrogen peroksida.
 Sejumlah enzim melakukan perlawanan terhadap radikal bebas.
 Logam-logam ikut serta pada pembersihan dengan cara menerima atau menyumbangkan elektron.
 Antioksidan endogen dan eksogen dapat menyekat permukaan radikal bebas atau membuatnya inaktif.

Jejas sebagai akibat virus :
 Dampak sitopati langsung, dimana partikiel virus yang melakukan replikasi cepat mempengaruhi beberapa aspek metabolisme sehingga terjadi kerusakan sel.
 Induksi reaksi imun terhadap antigen virus atau antigen sel hasil perubahan virus dan perusakan sel oleh antibodi atau reaksi perantaraan sel.

Penuaan sel :
 Dapat merupakan penimbunan progresif perubahan-perubahan struktur dan fungsi selama bertahun-tahun yang mengakibatkan kematian sel atau setidak-tidaknya pengurangan kemampuan sel bereaksi terhadap jejas.
 Penuaan sel sebagai akibat program genetika yang diwariskan dalam sel-sel dan sebagai akibat penimbunan jejas sel yang berulang sejalan dengan waktu.

Morfologis jejas sel :
 Perubahan Ultrastruktur :
1. Perubahan yang terdapat pada membran plasma, pembengkakkan sel, gelembung sitoplasama, penumpulan dan distrosi jonjot mikro, terjadi robekan pada selaput yang membungkus membran sel.
2. Perubahan mitokondria, menjadi padat, membengkak karena pergeseran ion, kepadatan amorf yang khas, terjadi robekan dan disusul perkapuran.
3. Pelebaran retikulum endoplasma, diikuti pelepasan ribosom dan pecahnya polisom disertai pengurangan protein, terjadi fragmentasi progresif retikulum endoplasma dan pembentukan gambaran mielin.
4. Perubahan pada lisosom, dapat jernih dan sering bengkak, setelah jejas awitan jejas letal, lisosom robek dan dapat menghilang ditemukan sebagai bangkai (sel mati)

 Gambaran Mikroskop Cahaya :
1. Jejas reversibel (perubahan morfologis sebagi akibat jejas non letal sel : degenerasi), pembengkakkan sel dan perubahan berlemak.
2. Kematian sel – Nekrosis. Nekrosis dapat didefinisikan sebagai perubahan morfologi akibat tindakan degradasi progresif oleh enzim-enzim pada sel yang terjejas letal.
3. Dua proses penting : (1) pencernaan sel oleh enzim menyebabkan nekrosis likuefaktif ,(2) denaturasi protein menimbulkan nekrosis koagulatif.
4. Nekrosis kaseosa (gambaran putih seperti keju pada daerah nekrosis), merupakan bentuk lain nekrosis koagulatif, dijumpai paling sering pada fokus-fokus infeksi tuberkulosis. Apoptosis ialah gambaran morfologi nyata kematian sel yang tidak lazim yang mengenai satu sel atau kelompok sel. Nekrosis lemak oleh enzim, adanya area-area fokal kerusakan lemak sebagai akibat dilepaskan secara abnormal enzim-enzim pankreas yang diaktifkan ke dalam jaringan pankreas dan rongga peritoneum. (Nekrosis pankreas akut). Asam lemak yang dilepaskan bergabung dengan kalsium menghasilkan daerah-derah yang tampak makro putih berkapur.
5. Nekrosis fibrinoid : Jejas imunologi terhadap arteri dan arteriol yang ditandai oleh penimbunan massa fibrin yang berwarna merah muda homegen, protein plasma, imunoglobulin, dalam dinding pembuluh yang terkena. Merupakan bentuk nyata reaksi jaringan terhadap bentuk-bentuk tertentu jejas.
6. Nekrosis gangrenosa : diterapkan pada tungkai bawah yang kehilangan perbekalan darah dan selanjutnya diserang kuman. Bila gambaran koagulatif menonjol, dinamakan ganren kering, bila invasi kuman mengakibatkan likuefaksi, disebut gangren basah

3. Penimbunan Intrasel :
• Adanya beberapa metabolit normal berlebihan pada sel. Contoh : Penimbunan glikogen pada penderita diabetes yang kadar glokusanya tinggi terus.
• Penimbunan beberapa produk abnormal yang tidak dapat dimetabolisme.Contoh : Produk abnormal sebagai hasil kesalahan metabolisme keturunan
• Sintesis intrasel berlebih beberapa produk. Contoh : Sintesis berlebihan pigmen melanin yang dijumpai pada penyakit tertentu, misalnya insufisiensi adrenal

Lemak :
 Perubahan berlemak merupakan penimbunan abnormal lemak dalam sel parenkin. Penumpukan vakuol lemak dalam sel, baik kecil maupun besar, mencerminkan peningkatan bsolut lemak intrasel.
 Agar dikeluarkan oleh hati, trigliserida intrasel harus digabungkan dengan molekul apoprotein khusus yang disebut protein penerima lipid untuk membentuk lipoprotein.
 Perubahan berlemak paling sering terjadi pada hati dan jantung

Gangguan yang menyebabkan hati berlemak :
 Pemasukan berlebih asam lemak bebas ke dalam hati.
 Sentesis asam lemak dari asetat meningkat.
 Oksidasi asam lemak berkurang.
 Peningkatan esterifikasi asam lemak menjadi trigliserida, sehingga terjadi peningkatan gliserofosfat-alfa, tulang punggung karbohidrat yang terlibat dalam seterifikasi tersebut.
 Pengurangan sintesis apoprotein.
 Sekresi lipoprotein dari hati terganggu.
Nomor 2 dan 3 menyebabkan peningkatan esterifikasi asam asam lemak menjadi triglisirida

Penimbunan lipid lainnya :
 Penimbunan intraseluler kolesterol dan ester kolesterol juga menonjol pada penyakit-penyakit tertentu, yang paling penting adalah ateroskloris.
 Penimbunan intrseluler kolesterol dan ester kolesterol dalam makrofag juga khas pada keadaan hiperlipidemi herediter dan diklapat (akuesita).
 Pertumbuhan lemak ke dalan (infiltrasi stroma oleh lemak) merupakan penimbunan jaringan adiposa dalam stroma jaringan ikat sutu parenkin yang sering dijumpai pada jantung dan pankreas.
 Penimbunan protein dapat dijumpai dalam sel karena kelebihan yang ada pada sel atau karena sel mensentesis protein dalam jumlah berlebihan.
 Endapan berlebihan intraselular bahan glikogen tempak pada penderita kelainan metabolisme glokusa atau glikogen (penderita diabetes mellitus). Glikogen juga ditimbun di dalam sel-sel dalam kelompok kelainan yang berhubungan erat, semua bersifat genetik, yang secara bersamaan disebut penyakit penimbunan glikogen atau glikogenoses.
 Kompleks lipid dan karbohidrat. Penimbunan intraselular berbagai metabolit abnormal ditandai oleh peningkatan data tentang kesalahan metabolisme keturunan yang semua dinamakan penyakit penimbunan

Pigmen :
 Pigmen Eksogen
Pencemaran udara yang parah menyebabkan penimbunan debu pada paru-paru seperti pada pekekerja tambang (antrokosis, pneumokoniosis pekerja tambang, fibroaia progresif massif paru, siderosis, sideroselikosis)
Tattoo dapat menyebabkan pigmentasi yang menetap seumur hidup dalam makrofag kulit yang kadang-kadang mengganggu.

Pigmen endogen :
1. Hemosiderin
2. Hematin
3. Bilirubin
4. Lipofusin
5. Melanin
1, 2, dan 3 berasal dari haemoglobin
Hemosiderin :
 Ialah pigmen kuning emas sampai coklat, granular atau berkristal, mengandung zat besi yang segera tampak dengan mikroskop cahaya.
 Pigmentasi hemosiderin pada sel dan jaringan terjadi sebagai proses setempat atau sistemik di seluruh tubuh.
 Pada payah jantung yang berkepanjangan paru merupakan contoh yang baik untuk bendungan lama yang meyebabkan penampakan hemosiderin dalam sel fagosit mononuklir dalam alveoli. Makrofag berpigmen ini sering disebut sel payah jantung.
 Hemosiderin sistemik dijumpai bila terjadi kelimpahan besi dalam tubuh, hemokromatosis merupakan contoh paling eksterm kelimpahan sistemik besi.
 Pigmen dan kandungan besi ini dapat dimobilisasi sehingga hemosiderin akan menghilang jika penyebab kelebihan zat besi hilang.

Hematin :
 Pigmen yang berasal dari hemaglobin yang relatif jarang dan susunannya tidak menentu.
 Pigmen ini tampak terjadi pada hemolisis massif sel darah merah, seperti yang terjadi pada reaksi tranfusi atau pada destruksi eritosit oleh parasit malaria.
 Pigmen ini juga kuning emas, tetapi jelas terbatas pada sel-sel retikuloendotel dalam tubuh.
 Masih mengandung zat besi.

Bilirubin :
 Pigmen empedu normal kuning coklat, hijau, juga berasal dari hemoglobin, tetapi tidak lagi mengandung zat besi.
 Peningkatan kadar bilirubin plasma (hiperbilirubinemia) dapat menyebabkan berbagai kelainan yang merusak metabolisme normal bilirubin, misalnya peningkatan pemecahan sel darah merah (ikterus hemolisis)
 Pada heperbilirubinemia, jaringan dan cairan tubuh terwarnai oleh empedu yang menyebabkan kulit dan sklera berwarna kuning (ikterus).
 Bilirubin tampak secara morfologi dalan sel-sel hati bila ikterus sudah sangat nyata.

Lifopusin :
 Pigmen yang tidak larut yang juga dikenal sebagai lipokrom, pigmen kerusakan (wear-and-tear) atau penuaan.
 Lipofusin tampak dalam sel yang mengalami perubahan progresif, lambat seperti pada atrofi yang terjadi pada usia lanjut dan penderita malnutrisi berat yang disertai pengisutan alat tubuh (atrofi coklat).
 Lipofusin merupakan sisa tidak tercerna vakuol autofagi yang terbentuk selama penuaan dan atrofi.
 Pigmen ini berasal dari peroksidasi lipid poli tidak jenuh membran subsel.

Melanin :
 Berasal dari bahasa Yunani melas yang berarti hitam, merupakan pigmen endogen bukan berasal dari hemoglobin, berwarna coklat hitam yang dibentuk bila enzim tirisine mengkatalis oksidasi tirosin menjadi dil-idroksifelalanin (DOPA).
 Melanosit normal terapat pada kulit, folikel rambut, saluran uvea dan lain-lain.
 Pada manusia, sistesis melanin diatur oleh kelenjar adrenal dan hipofisis.
 Albino merupakan penderita kehilangan tirosinase herediter, tidak mampu mensintesis melanin dan sangat peka dan mudah terjejas cahaya matahari serta kanker kulit.



4. Perubahan sub sel :
 Membran dan kerangka membran : kerusakan selaput yang reversibel dan ireversibel, kelainan lain pada struktur molekul membran dan komponen-komponen yang terkait, beberapa bersifat genetik.
 Lisosom : (1). Heterogasitosis, bahan-bahan dari lingkungan eksterna diambil melalui proses endositosis (cara khusus : fagositosis, dari makromolekul : pinositosis). Contoh : pengambilan dan pencernaan kuman oleh leukosit neitrofil. (2). Autofagositosis, organel sel mengalami jejas setempat dan kemudian harus dicerna bila funsi sel normal ingin dipertahankan, lisosom dilibatkan dalam autodigesti (autolisosom) dan prosesnya disebut autofagi.
 Induksi (Hipertrofi) Retikulum Endoplasma Polos : Penggunaan barbiturat jangka lama akan berakibat pemendekan progresif jangka waktu tidur, penderita mengalami adaptasi terhadap obat. Dasar adaptasi ini ditelusuri melalui induksi meningkatnya volume (hipertrofi) retikulum endoplasma polos (SER) hepatosit.
 Mitokondria : Disfungsi mitokondria berperan penting pada jejas akut sel, berbagai perubahan dalam jumlah, ukuran dan bentuk terjadi pada keadaan patologi. Contoh : keadaan abnormal (megamitokondria) pada hati penderita alkoholisme.
 Sitoskelet, keadaan yang abnormal mendasari berbagai keadaan patologi yang mencerminkan gangguan fungsi sel, seperti gerakan sel dan gerakan organel intrasel atau pada beberapa keadaan penimbunan bahan berfibril intraselular. Sitoskelet tersusun dari mikrotubuli, filamen aktin tipis, filamin miosin tebal, berbagai kelas filamen sedang, beberapa bukan filamin yang tidak mengalami polimerasasi lainnya. Patologi sitoseklet akan segera mengungkap lebih banyak keadaan dimana kelainan sitoseklet berperan pada perkembangan penyakit.

5. Adaptasi sel :
 Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya.
 Fungsi dan morfologi sel normal tidak berada dalam keadaan yang kaku, tetapi mengikuti perubahan struktur dan fungsi cairan yang mencerminkan perubahan tantangan hidup.
 Sebagi contoh : induksi SER, Atrofi, Hipertrofi.

Atropi :
 Pengisutan ukuran sel akibat kehilangan bahan sel.
 Penyebab : (1) berkurangnya beban kerja, (2) hilangnya persyarafan, (3) berkurangnya perbekalan darah, (4) nutrisi yang tidak memadai, (5) hilangnya rangsang hormon.
 Perubahan sel yang mendasai sifatnya sama yaitu kemunduran sel sampai ukuran kecil.
 Pada banyak keadaan atrofi disertai kenaikan nyata jumlah vakuol autofagi.

Hipertrofi :
 Hipertropi menyatakan peningkatan ukuran sel dan perubahan ini, meningkatkan ukuran alat tubuh.
 Disebabkan oleh kenaikan tantangan fungsi atau rangsang hormon khas dan dapat terjadi dalam keadaan fisiologi dan patologi.
 Perubahan lingkungan yang menyebabkan hipertrofi otot bercorak terjadi terutama sebagai peningkatan beban kerja. Contoh : tekanan darah tinggi pada jantung, otot tulang karena kerja berat.
 Ada batasnya hipertrofi dimana pembesaran yang terjadi tidak mampu lagi memberikan kompensasi sehingga terjadi, misalnya payah jantung.

6. Klasifikasi :
 Kalsifikasi patologi merupakan proses pengendapan abnormal garam-garam kalsium, disertai sedikit besi, magnsium dan garam-garam mineral lainnya.
 Kalsifikasi distrofik : permulaan dan kelanjutan yang akhirnya menyebabkan pembentukan kristal kalsium fosfat. Kasus yang sering terjadi pada penyakit kalsifikasi katup dan ateroklerosis.
 Kalsifikasi metastatik : Perubahan ini terjadi pada jaringan normal bila terjadi hiperkalsemia. Kalsifikasi metastatik dapat terjadi luas ke seluruh tubuh, tetapi pada dasarnya mengenai jaringan interstisium pembuluh-pembuluh darah, ginjal, jantung, mukos lambung.

Perubahan hialin :
 Pengendapan hialin terjadi di dalam sel, diantara sel-sel dan lebih luas lagi sebagai hialinisasi jaringan.
 Hialin menyatakan sifat setiap bahan homogen, terang dan berwarn merah muda dalam potongan jaringan rutin seperti : (1) parut jaringan ikat berkolagen padat dapat memberi gambaran hialin homogen merah muda, (2) penebalan dan reduplikasi selaput basal (arteriolosklerosis hialin), (3) Endapan sejenis protein ekstraselular abnormal padaamiloidosis, tampak hialin dengan mikroskop cahaya. (4) Tetes protein yang direabsorpsi yang dijumpai pada sel epetel tubuli ginjal , (5) Infeksi virus tertentu yang ditandai adanya inklusi hialin virus dalam sel-sel yang terlibat, (6) Pada alkoholik kronik, terutam bila menyebabkan sirosis hati, hepatosit dapat membentuk endapan hialin sitoplasma
Istilah hialin diterapkan pada golongan heterogen perubahan anatomi sekedar dalam usaha untuk menggolongkan penampilannya dalam potongan jaringan yang diwarnai.


Sumber :
Materi Kuliah Patologi Klinik
Dosen : dr.Hatta Antemas

Read More ..

GANGGUAN JIWA

ADALAH GANGGUAN
• PIKIRAN
• PERASAAN
• TINGKAH LAKU
SHG TIMBUL PENDERITAAN DAN TERGANGGUNYA FUNGSI SEHARI-HARI YAKNI FUNGSI PEKERJAAN DAN FUNGSI SOSIAL




GANGGUAN PIKIRAN
• PIKIRAN BERULANG-ULANG
• KETAKUTAN YG BERLEBIHAN/IRRASIONAL
• KEYAKINAN TDK RASIONAL(CURIGA, MERASA DIKEJAR-KEJAR, MERASA MAU BUNUH DIRI
• GANGGUAN PERSEPSI (MENDENGAR BISIKAN ATAU MELIHAT BAYANG2 TAK ADA OBYEKNYA – HALUSINASI

GANGGUAN PERASAAN :
• CEMAS BERLEBIHAN
• SEDIH BERLARUT-LARUT
• GEMBIRA BERLEBIHAN
• MARAH YANG TIDAK MASUK AKAL

GANGGUAN TINGKAH LAKU
• GADUH GELISAH
• PERILAKU TERUS DIULANG
• PERILAKU KACAU
• GANGGUAN PERKEMBANGAN PD ANAK, BICARA, HIPERAKTIF DLL

PENDERITAAN DAN FUNGSI PEKERJAAN DAN SOSIAL

PENDERITAAN/ KELUHAN :
• GGN TIDUR
• GGN MAKAN
• SULIT KONSENTRASI
• PUSING, SAKIT KEPALA, MUAL, DLL
• KURANG GAIRAH KERJA DAN SEKS

FUGSI KERJA/SOSIAL :
• KESALAHAN DLM PEKERJAAN
• BOLOS SEKOLAH
• KINERJA KURANG
• SERING DITEGOR ATASAN
• MENARIK DIRI DLM PERGAULAN

PENYEBAB GANGGUAN JIWA
• KETURUNAN (GENETIK)
• LINGKUNGAN DAN SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL
• FISIK

CONTOH GANGGUAN JIWA

• GANGGUAN CEMAS (ANXIETAS)
1. CEMAS BERLEBIHAN TAK MASUK AKAL
2. KETEGANGAN MENTAL, FISIK
3. MEMPENGARUHI KONDISI FISK DAN MENTAL

• DEFRESSI
1. PERASAAN SEDIH DAN TERTEKAN YG MENETAP
2. PUTUS ASA
3. TDK NIKMATI PEKERJAAN
4. TIMBUL GEJALA FISIK DAN MENTAL
5. BUNUH DIRI
6. AKTIFITAS MENURUN

• GANGGUAN PSIKOSOMATIK
1. ADA GEJALA FISIK TAPI PX TIDAK ADA GANGGUAN FISIK
2. SAKIT KEPALA, MUAL
3. DIOBATI GX FISIK TP AKAN TIMBUL LAGI

• GANGGUAN PSIKOTIK
1. AUTISME
2. TINGKAH LAKU ANEH, KACAU
3. PENAMPILAN KOTOR
4. TAK BISA MENGURUS DIRI LAGI

Daftar Pustaka :

1. Departemen Kesehatan RI: Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Umum, 1995.
2. Direktorat Kesehatan Jiwa, Dep.Kes.RI: PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa) III 1993.



Read More ..

JAMINAN MUTU

Mutu :
Tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati (Winston Dictionary, 1956).
Sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980).
Totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang dihasilkan, yg di dlmnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa aman dan/atau terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut (Din ISO 8402, 1986).
Kepatuhan terhadap standar yg telah ditetapkan (Crosby, 1984).



KONSEP PROGRAM JAMINAN MUTU

Pengertian :
Suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.

Tujuan :
1. Tujuan antara :
Untuk diketahuinya mutu pelayanan
2. Tujuan akhir :
Makin meningkatnya mutu pelayanan.

Manfaat :
• Dapat lebih meningkatkan efektifitas
• Dapat lebih meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan.
• Dapat lebih meningkatkan penerimkaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
• Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan gugatan hukum.

Dimensi mutu :
• Bagi pemakai jasa pelayanan yaitu yang berkaitan dengan ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan pasien, keramahan petugas dsb.
• Bagi penyelenggara pelayanan kes. Yaitu berkaitan dengan kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi ked.mutakhir, dan/atau adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
• Bagi penyandang dana yaitu berkaitan dengan efesiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kes. Dan atau kemampuan mengurangi kerugian.
Dimensi yang dipakai no. 1 dan 2

Pelayanan kesehatan yang bermutu :
• Yankes yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa yankes sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.

Bagaimana menilai kepuasan pasien ?
Melaksanakan survei kepuasan pasien dengan cara :
- Pengamatan langsung
- Wawancara paska pelayanan
- Kaji ulang rekam medis
- Diskusi Kel.Terarah.
Yg digunakan dan telah dilaksanakan adalah pengamatan langsung dan mengisi kotak puas tdk puas yang disediakan dengan kartu khusus.

Bagaimana menilai yankes sesuai standar ?
Melakukan survei dengan menggunakan daftar tilik (checklits).
Fungsi daftar tilik :
- Alat menilai mutu yankes (petugas & ke
giatan)
- Alat identifikasi masalah yankes.
- Alat bantu dlm yankes
- Alat Supervisi
- Alat bantu dlm pelatihan.
- Alat klarifikasi penyebab masalah mutu.

Peran serta masyarakat terhadap program jaminan mutu :
• Terlibat secara langsung sebagai pemakai jasa pelayanan kesehatan dapat bekerjasama dalam pelaksanaan survei kepuasan pasien melalui kotak puas dan tidak puas.
• Secara tidak langsung dapat memberikan masukan baik berupa keluhan atau saran melalui BPKM yang telah dibentuk di kecamatan atau melalui kotak saran yang telah tersedia di Puskesmas.

Bahan bacaan
Materi pelatihan tenaga surveilans Puskesmas tahun 1997


Read More ..

Membangun Diri Secara Terapeutik 2

HOMUR
Setipa orang perlu memiliki rasa humor, kesanggupan untuk mengenal suatu situasi yang lucu dan kesanggupan menyenangkan diri sendiri pada suatu saat tertentu.
Humor akan membawa situasi yang hangat dalam berkomunikasi, mengurangi kemarahan kecemasan dan mempermudah proses penyembuhan.




RASA MALU
Malu timbul karena adanya komplik antara ego ideal. Biasanya merupakan hal yang tidak menyenangkan terhadap kesadaran diri dan cenderung disembunyikan.
Yang perlu dilakukan perawat agar tidak menimbulkan rasa malu bagi pasien :
1. Mempertahankan harga diri pasien dengan menyebut nama pasien, mengetuk pintu sebelum masuk kamar pasien.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisifasi dalam kegiatan bersama, apabila pasien memintanya.
3. Mendorong pasien dan keluarganya untuk memecahkan masalah yang menimbulkan rasa malu.
4. Apabila pasien merasa malu karena adanya sesuatu tugas yang tidak tercapai, pasien diarahkan menggunakan alternative lain, sehingga rasa malu yang didapat akan berkurang.

TAKUT
Suatu reaksi efektif disertai perasaan yang tidak menyenangkan dan kadang-kadang disertai reaksi motorik dan sikaf seperti gemetar, jantung berdebar dan melarikan diri. Respon takut merupakan reaksi yang biasa terhadap peristiwa dan pengalaman yang umumnya menimbulkan rasa takut dan timbul karena keadaan mengancam individu malah yang berlebihan.

MARAH
Marayh adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1987)
Pengungkapan rasa marah dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya, sehingga tidak akan menimbulkan masalah.
Perawat harus menyadari bahwa pasien dapat mengungkapkan marah dengan tidak bermusuhan dan memberi dukungan atas ungkapan tersebut, perlu mmengembangkan kemampuannya mengatasi tinkah laku pasien yang tidak terkontrol
Perawat perlu mengeksplorasi kemampuan pasien dalam pemecahan masalah karena pemecahan masalah adalah metode utama dalam menanggulangi marah.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara, yaitu :
1. Mengungkapkan secara verbal, merupakan cara yang konstruktif, menimbulkan rasa lega, diungkapkan dengan tidak menyakiti orang lain sehingga tidak menimbulkan masalah.
2. Menekan, cara ini kurang efektif, karena dengan menekan rasa marah dapat melarikan diri dari masalahnya dan mengingkari marah, sehingga marah tidak terungkap dan muncul rasa bermusuhan. Bila rasa marah tidak terungkap serta menahun akan menyebabkan marah pada diri sendiri dan depresi psikosomati atau marah pada orang lain/lingkungan yang mendorongnya mengamuk.
3. Menantang, kadang kemarahan menyebabkan orang merasa kuat sehingga bersikap menantang, dan masalah tidak selesai. Hal ini menimbulkan marah berkepanjangan dan muncul rasa bermusuhan. Cara ini juga tidak efektif.
Dalam menghadapi pasien yang marah, perawat hendaknya mendorong pasien untuk mengungkapkan kemarahannya sehingga merasa lega dan masalah bias diselesaikan.

Dari semua penjelasan diatas perawat haruslah menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan psikologis pasien sangatlah penting. Perawat disini berperan efektif dan terapeutik, mampu mengidentifikasi respon pasien dan senantiasa menjalin hubungan interpersonal yang terapeutik sehingga dapat mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan dapat memberikan asuhan yang tepat. Dengan adanya huibungan interpersonal yang terapeutik perawat dan pasien, akan memungkinkan adanya kerjasama yang baik antara perawat dan pasien dalam mengatasi masalahnya sehingga asuhan yang diberikan berkualitas Perawat dan pasien bersama-sama membangun diri secara terapeutik guna mencapai tujuan bersama yaitu kesehatan yang optimal.



Sumber :
Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Penyakit Jiwa, Jelid 3,Depkes RI, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta, 1990

Hubungan Terapeutik Perawat – Klien, Budi Anna Keliat,S.Kp,MSc. Penerbit buku Kedokteran

Marah Akibat Penyakit Yang diderita, Budi Anna Keliat, S.Kp,MSc, Cristina Th Sinaga, S.Kp, Penerbit Arcan.



Read More ..

Kamis, 02 Juli 2009

Membangun diri secara terapeutik

Ketika perawat memberikan asuhan keperawatan bahwasanya seorang perawat harus meyakini keadaan pasien bahwa pasien adalah manusia yang utuh dan unik yang tepdiri dari aspek bio psiko sosial kultural spiritual.
Tetapi pada umumnya asuhan yang diberikan lebih diutamakan pada aspek biologis saja, karena aspek lain dianggap kurang penting. Padahal sebenarnya semua aspek yang ada sangat menentukan status kesehatan pasien.
Untuk dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik, perawat harus mampu mengidentifikasi masalah dan pespon pasien.
Dalam melaksanakan upaya pelayanan seorang perawat sudah sewajarnya mempunyai sikap dan tindakan yang menunjang kesembuhan pasien dan dapat menggunakan dirinya secara terapeutik dalam menjalin hubungan interpersonal dengan pasien.
Hubungan perawat dan pasien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman untuk memperbaiki emosi pasien. Perawat memakai dirinya sendiri dan tekhnik pendekatan khusus dalam bekerja dengan pasien untuk memberi pengertian dan mengubah perilaku pasien.
Untuk dapat menggunakan dirinya secara terapeutik, perawat perlu mengenal dirinya, perasaan, pikiran dan nilai agar asuhan yang diberikan berkualitas. Perawat juga perlu memahami beberapa hal penting, yaitu :


TRUST
Trust adalah rasa percaya bahwa seseorang akan menaruh respek terhadap kebutuhan orang lain dan berharap akan berbuat sesuatu yang akan dipertanggungjawabkan dan diamalkan.
Perawat memberikan kesempatan pada pasien untuk belajar mempercayai orang lain dan mengalami kehangatan dan keamanan dalam bentuk hubungan dengan orang lain. Beberapa paktor yang meningkatkan rasa percaya :
1. Harus ada kesesuain antara ucapan dan perbuatan yang ditunjukkan perawat.
2. Perawat harus memiliki keterampilan yang memadai.
3. Adanya kesesuaian antara verbal dan non verbal (komunikasi) sehingga memudahkan mengembangkan rasa percaya dari pasien.

EMPATI
Empati adalah kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi atau perasaan orang lain. Empati diartikan juga sebagai kemampuan menyelami ke dalam hidup orang lain. Tetapi perawat harus menyadari adanya keterpisahan dirinya dan menjamin tumbuhnya rasa aman dari pasien. Empati sebaiknya diekspresikan secara terbuka oleh perawat kepada pasien dengan komunikasi sesuai tingkatan pengertian pasien.

PENERIMAAN
Penerimaan dalam hal ini lebih dari sekedar setuju terhadap sesuatu yang terjadi pada diri pasien dan merupakan bentuk kegiatan yang integral dari hubungan perawat dan pasien serta memerlukan adanya kesadaran diri dari perawat, sehingga dapat mengenal reaksi-reaksi yang ditunjukkan dari pasien dari hubungan perawat dan pasien karena sering kali dijumpai perawat memiliki egosentris sehingga merasa pendapatnya saja yang benar.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam proses penerimaan :
1. Mengenal dan memiliki keputusan, menerima pasien sebagaimana adanya yang membutuhkan pertolongan. Diperlukan adanya kesabaran, toleransi dan murah hati.
2. Menerima keputusan-keputusan yang telah dilakukan dan menguji keputusan tersebut apakah sesuai atau tidak. Perawat harus mengenal keputusan yang diambil berdasarkan pendapat, nilai atau kepercayaan dirinya dan jangan mengharapkan pasien untuk merobah orientasi nilainya dan harus sama dengan perawat.

MENJAGA KERAHASIAAN
Sesuai dengan etika perawatan, pasien berhak dijaga kerahasiaannya mengenai segala sesuatu tentang dirinya. Perawat harus mampu menjaga informasi tentang pasien, tidak memdiskusikannya di luar rumah sakit dan hanya didiskusikan di tempat yang sesuai.

TANGGUNG JAWAB
Perawatan profesional mempunyai tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap asuhan yang diberikan pada pasien. Pada saat tertentu keadaan pasien mengalami keterbatasan, sehingga secara fisik tidak mampu bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan dirinya. Perawat memberikan bantuan kepada pasien dalam memenuhi kebutuhannya. Namun bukan berarti membiarkan pasien tergantung pada orang lain. Perawat bertanggung jawab dalam membimbing kemandirian pasien.

Bersambung.....

Read More ..