Kamis, 22 Oktober 2009

INFEKSI NIFAS

1. Pendahuluan.
Dahulu infeksi nifas merupakan sebab kematian maternal yang paling penting, akan tetapi berkat kemajuan ilmu Kebidanan khususnya pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas serta pencegahannya dan penemuan obat-obat baru seperti sulfa, antibiotik dan lainnya di negara-negara maju peranannya sebagai penyebab kematian berkurang. Di neggara-negara berkembang, dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna, peranan infeksi nifas masih besar.
2. Riwayat.
Infeksi nifas sudah dikenal sejak jaman Hippocrates dan Galenius yang diduga penyebabnya karena tidak mengeluarkan lokia. Pada tahun 1849 Semmelweis untuk pertama kalinya berdasarkan pengalamannya pada Wiener Gebaranstalt menyatakan bahwa penyakit dalam nifas disebabkan oleh infeksi pada luka. Luka di jalan lahir yang sebagian besar datang dari luar. Pendapat Semmelweis ini mendapat tantangan hebat dan baru setelah lama kemudian Lister melaksanakan antisepsis pada pembedahan dengan hasil baik dan penemuan sebab-sebab infeksi nifas berkat kemajuan mikrobiologi.
3. Definisi.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas
Demam nifas Morbiditas Puerperalis meliputi demam pada masa nifas oleh sebab apa pun. Menurut Joint Committee on Maternal Welfare, AS morbiditas C atau lebih selama 2 hari dalam 10puerperalis ialah kenaikan suhu sampai 38 hari pertama post partum dengan mengecualikan hari pertama. Suhu diukur dari mulut sedikit-dikitnya 4 kali sehari.


4. Etiologi.
Bermacam-macam
• Eksasogen : kuman datang dari luar.
• Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
• Endogen : dari jalan lahir sendiri.
Selain itu infeksi nifas dapat pula disebabkan oleh:
• Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang paling berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).
• Staphylococcus aerus menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi infeksi umum. Banyak ditemukan di RS dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.
• E. coli berasal dari kandung kemih atau rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium.
• Clostridium Welchii, bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
• Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin juga dari luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob adalah berbagai macam gram positif dan E. coli. Mikoplasma dalam laporan terakhir mungkin memegang peran penting sebagai etiologi infeksi nifas.

Cara terjadinya infeksi:
• Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alat- alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman.
• Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau yang membantunya.
• Hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
• Dalam RS banyak kuman-kuman patogen yang berasal dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara ke mana-mana antara lain ke handuk, kain-kain, alat-alat yang suci hama dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau nifas.
• Coitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab yang paling penting kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
• Infeksi intra partum. Biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan periksa dalam.
• Gejala: kenaikan suhu disertai leukositosis dan tachikardi, denyut jantung janin meningkat, air ketuban menjadi keruh dan berbau.
• Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya infeksi berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan lahir.
5. Faktor Predisposisi.
• Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan banyak, pre ekslampsi, infeksi lain seperti pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
• Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama.
• Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
• Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
6. Patologi.
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan, yaitu :
• Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan endometrium.
• Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui permukaan endometrium.
Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium
a. Vulvitis.
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan megeluarkan pus.
b. Vaginitis.
Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
c. Sevicitis.
Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d. Endometritis.
Paling sering terjadi. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insertio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.

Penyebaran melalui pembuluh darah (Septikemia dan Piemia)
Merupakan infeksi umum disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.

Penyebaran melalui jalan limfe.
Peritonitis dan Parametritis (Sellulitis Pelvika)
Penyebaran melalui permukaan endometrium.
Salfingitis dan Ooforitis.
7. Gambaran Klinik.
a. Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina dan Serviks. :
• Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-kadang perih saat kencing.
• Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit.
• Bila luka yang terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis.
Tergantung pada jenis virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam pertama post partum bersifat naik turun. Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau.
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut Lokiometra. Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
c. Septikemia :
• Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
• Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat,biasanya disertai menggigil.
• Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat (140-160 kali per menit atau lebih).
• Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toxinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
d. Piemia :
• Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak meningkat.
• Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
• Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
• Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
• Piemia dimulai dengan tromboplebitis vena-vena daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil dibawa keperadaran darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang dihinggapinya.
e. Peritonitis
Peritonitis terbatas pada daerah pelvis (pelvia peritonitis): demam, nyeri perut bagian bawah, KU baik. terdapat abses pada cavum Douglas
Peritonitis umum: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire. Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat fasies hippocratica.

f. Selulitis pelvik :
• Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
• Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
• Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
• Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
• Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
g. Salfingitis dan Ooforitis
Gejala hampir sama dengan pelvio peritonitis.
8. Diagnosis
Untuk penegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan seksama. Perlu diketahui apakah infeksi terbatas pada tempat masuknya kuman ke dalam badan atau menjalar keluar ke tempat lain. Pasien dengan infeksi meluas tampak sakit, suhu meningkat, kadang-kadang menggigil, nadi cepat dan keluhan lebih banyak.
Jika fasilitas ada, lakukan pembiakan getah vagina sebelah atas dan pada infeksi yang berat diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini untuk mengetahui etiologi infeksi dan menentukan pengobatan antibiotik yang paling tepat.

9. Diagnosis Banding
Radang saluran pernapasan (bronkitis, pneumonia, dan sebagainya), pielonefritis, dan mastitis.
10.Penatalaksanaan
• Selama kehamilan
Perbaikan gizi untuk mencegah anemia.Coitus pada hamil tua hendaknya tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
• Selama persalinan.
Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalur jalan lahir.Membatasi perlukaan. Membatasi perdarahan.Membatasi lamanya persalinan.
• Selama nifas
Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama. Penderita dengan tanda infeksi nifas jangan digabung dengan wanita dalam nifas yang sehat.
Penanganan infeksi nifas :
• Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
• Berikan terapi antibiotik.
• Perhatikan diet.
• Lakukan transfusi darah bila perlu.
• Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.
10. Pengobatan Infeksi Nifas
Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat. Berikan dosis yang cukup dan adekuat. Sambil menunggu hasil laboratorium berikan antibiotika spektrum luas. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
11.Prognosis
Prognosis baik bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi, diikuti peritonitis umum dan piemia.
12.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial.
Tujuan 1: mencegah dan mengurangi infeksi.
Intervensi:
• Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter yang baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis dan kemungkinan “perdarahan” / nyeri.
• Kaji tinggi fundus dan sifat.
• Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post partum.
• Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting). Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan catat apakah klien menyusui dengan ASI.
• Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis. Catat kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam 10 hari post partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
• Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur secara teratur.
• Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
• Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C dan zat besi.
• Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk efektif dan nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas.
• Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur secara sering dan teratur.
• Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.
Tujuan 2: identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya.
Intervensi:
• Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.
• Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan test sensitivitas antibiotik seperti penicillin, gentamisin, tetracycline, cefoxitin, chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine atau methyler gonovine.
• Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
• Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan elektrolit secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada pasien yang muntah
• Pemberian analgetika dan antibiotika

Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
Tujuan : Nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi :
• Selidiki keluhan pasien akan nyeri;perhatikan intensitas (0-10), lokasi,dan faktor pencetus
• Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal:tegangan otot,gelisah.
• Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
• Berikan tindakan kenyamanan (misal:pijatan/masase punggung)
• Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh : latihan relaksasi/napas dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi)
• Kolaborasi:
- Pemberian obat analgetika.
- Catatan: hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi perdarahan
- Pemberian Antibiotik.

Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
• Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
• Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
• Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Rasional : Memberikan dukungan emosi
• Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
• Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
• Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.

Sumber :

www.one.indoskripsi.com/..../5136/0

www.hidayat2.wordpress.com/2009/05/12/askep-infeksi-nifas

www.khaidirmuhaj.blogspot.com/.../askep-nipas-dengan-perdarahan-nipas

www.ners.unair.ac.id/materi.kuliah/asuhan-keperawatan


Wiknjosastro. Hanifa. Prof. Dr, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992.


Read More ..

KECENDERUNGAN PERMASALAHAN YANG MASIH DIRASAKAN DALAM RANGKA MENGHADAPI INDONESIA SEHAT 2010

A. Pendahuluan
Derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang bermakna. Hal ini ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi (AKB), dari 46 (SDKI 1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003), dan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dari 334 (SDKI 1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Meskipun sudah menurun, namun bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, maka angkaangka tersebut masih belum menggembirakan.
Umur Harapan Hidup (UHH) waktu lahir dalam tiga dekade cenderung meningkat dari 41 tahun pada (1960) menjadi 66,2 tahun (Susenas 2003). AKB, AKI, dan UHH tersebut masih terdapat ketimpangan, terutama di wilayah KTI, serta penduduk dengan strata ekonomi dan pendidikan rendah.
Prevalensi gizi kurang pada balita juga mengalami penurunan dari 37,5% (1989) menjadi 24,6% (2000) dan meningkat kembali menjadi 31% pada tahun 2001. Saat ini kasus gizi buruk (busung lapar) sedikit merebak, karena lemahnya sistem kewaspadaan pangan dan gizi, serta menurunnya perhatian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat.
Saat ini di setiap kecamatan telah ada paling sedikit sebuah Puskesmas, data tahun 2000 terdapat 7.237 Puskesmas, 21.267 Puskesmas Pembantu, dan 6.392 Puskesmas Keliling. Hampir di setiap ibu kota provinsi dan kabupaten/kota telah tersedia rumah sakit milik pemerintah. Permasalahan yang dirasakan tentang sarana kesehatan tersebut terutama di daerah-daerah pemekaran. Namun demikian pelayanan kesehatan masih dirasakan belum mencukupi, baik dari segi keterjangkauan, maupun kualitasnya.

B. Permasalahan Yang Masih Mungkin Dihadapi
Keadaan geografi negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terpencar-pencar, merupakan salah satu tantangan dalam upaya pembangunan nasional terutama dalam pembangunan kesehatan.
Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Selain itu pembangunan Kesehatan juga merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 dan Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Keadaan lain di Negara Indonesia yang masih merupakan masalah yang harus dihadapi dalam permasalahan Bidang Kesehatan meliputi :




1. Masih cukup tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi.
Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta tingkat kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga.
Berbagai permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai program pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah diamanatkan dalam GBHN 1999–2004. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial dan budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha; pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga; penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi antarsektor dan antarlembaga.
Lingkungan sosial budaya yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan harus dilihat dari segi kehidupan masyarakat secara luas. Faktor-faktor keasyarakatan tersebuit antara lain struktur sosial, ekonomi dan budaya. Ini meliputi kecerdasan rakyat, kesadaran rakyat untuk memlihara kesehatan dirinya sendiri.
Makin bertambah tinggi tingkat pendidikan masyarakat kan tercipta perilaku dan sikap yang baik terhadapa hidup sehat yang menguntungkan uipaya kesehatan. Masyarakat agraris pada umumnya lebih lamban menanggapi perubahan nilai sosila budaya termasuk ekonomi, hingga sulit mengatasi masalah kemiskinan maupun pengembangan sosial dan budaya, yang justru berpengaruh pada sikap dan perilaku hidup sehat.

2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi ;
Upaya pengendalian pertumbuhan telah berhasil dengan baik terutama melalui gerakan Keluarga Berencana. Namun pertambahan jumlah penduduk dan perbandingan penduduk usia muda yang masih besar, serta penyebaran peduduk yang masih belum merata, menimbulkan masalah. Perbandingan jumlah penduduk wanita dan pria, tidak akan banyak berubah dari keadaan sekarang, yaitu 100 orang wanita terhadap 96,8 pria. Jumlah penduduk berusia 40 tahun keatas, secara relatif akan bertambah. Ini berarti perlunya peningkatan pelayanan untuk penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit degeneratif lainnya yang biasa diderita oleh penduduk berusia 40 tahun keatas, yang relatif lebih mahal pelayanannya dibandingkan dengan penyakit menular.
Dengan demikian ciri kependudukan di Indonesia sampai sekarang masih cenderung bergerak lamban dari penduduk usia muda ke arah penduduk usia tua. Karena itu upaya kesehatan masih ditujukan terutama kepada penyakit-penyakit yang banyak dideriita oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan tidak melupakan pula berbagai penyakit yang lazim diderita oleh golongan umur produktif yang makin besar jumlahnya serta perubahan ciri-ciri penyakit di masa akan datang

3. kondisi kesehatan lingkungan masih rendah;
Pencemaran lingkungan dewasa ini selain terutama disebabkan karena kebiasaan membuang kotoran yang tidak semestinya juga disebabkan oleh pencemaran air dan tanah serta udara karena bahan buangan industri, limbah pertanian dan pertambangan serta pencemaran udara karena kenderaan bermotor.
Pencemaran makanan dan minuman dapat terjadi karena hygiene dan sanitasi yang belum memadai, pemakaian bahan tambahan, pemakaian pestisida untuk menyelamatkan produksi pangan dan keadaan lingkungan yang makin tercemar.
Mengenai perumahan, bahwa dewasa ini masih banyak penduduk menempati rumah dan pemukiman yang tidak layak, yang merugikan kondisi kesehatan diri sendiri dan lingkungan.

4. perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah;
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok.
Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.
Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras ini.
Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.
Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

5. Keterbatasan pelayanan kesehatan ;
Dalam rangka pemerataan pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah, telah dibangun Pusat-Pusat Kesehatan Masyarakat. Dewasa ini seluruh kecamatan sudah mempunyai sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas serta beberapa Puskesmas Pembantu. Jangkauan upaya pelayanan Puskesmas dan Puskemsas pemantu masih belum memadai terutama di daerah pedesaan yang sulit perhubungannya atau daerah terpencil. Untuk mengatasi itu diadakan Puskesmas Keliling dan Polindes untuk membantu memberiakan pelayanan kepeda penduduk. Namun belum semua desa bisa terjangkau.
Upaya pelayanan kesehatan yang mmenyeluruh dan terpadu hanya mungkin diwujudkan jika sistem rujukan dikembangkan dengan meningkatkan sarana dalam arti luas, yakni pengembangan rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis serta kejelasan tanggung jawab antara Puskesmas dan Rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta.,

6. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata, masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa baik tenaga medis maupun tenaga paramedis jumlah dan mutunya serta pemerataannya masih belum memadai. Hampir seluruh dokter dan sebagian besar tenaga paramedis adalah pegawai negeri, sedangkan banyak tenaga medis merangkap melayani usaha kesehatan swasta. Hal ini dapat mengurangi mutu pelayanan kesehatan-kesehatan pemerintah. Perbandingan jumlah dokter dan paramedis serta tenaga kesehatan lainnya terhadap jumlah penduduk masih jauh dari memuaskan. Pola ketenagaan untuk unit-unit pelayanan kesehatan serta pendidikan dan latihannya masih perlu dimantapkan.
Sistem pengelolaan tenaga kesehatan yang baru dirintis belum sepenuhnya memungkinkan pembinaan tenaga kesehatan berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja.
Dengan meningkatnya kecepatan pembangunan bidang kesehatan sebagi bagian dari pembangunan nsional, kiranya masalah ketenagaan tersebut juga akan cenderung meningkat pula. Karena itu masalah ketenagaan perlu mendapatkan prioritas penggarapan baik untuk jangka pendek maupun menengah dan jangka panjang.

7. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal ;
Pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
Fasilitas kesehatan sebagi salah satu sumber daya kesehatan sampai dewasa ini telah dikembangkan tahap demi tahap sesuai dengan keperluan. Jumlah dan fungsi rumah sakit baik pemerintah maupun swasta telah pula ditingkatkan. Peningkatan rumah sakit ini merupakan salah satu kegiatan dari peningkatan upaya kesehatan rujukan, yang dimaksudkan untuk lebih menunjang upaya kesehatan Puskesmas. Demikian pula fasilitas kesehatan lainnya seperti laboratorium , kantor, perumahan dinas, fasilitas pendidikan dan latihan dan yang lainnya telah pula ditingkatkan. Namun pamanfaatan terhadap fasiltas tersebut masih belum optimal, hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya jumlah kunjungan rawat jalan di Puskesmas dibandingkan dengan kunjungan ke praktek pribadi medis maupun paramedis. Selain itu masih adanya pemanfaatan pengobatan pada praktik perdukunan pada sebagain masyarakat di pedesaan.

8. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal.
Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan transfortasi yang masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan terpencil sampai saat ini untuk sarana jalan dan transfortasi dapat dikatakan kurang mendukung. Untuk mencapai fasilitas kesehatan terkadang membutuhkan waktu berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga masyarakat di desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas juga dengan letak geografis darah tersebut. Selain itu tidak semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan petugas kesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.

9. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal.
Di antara faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan amntara lain adalah kertja sama lintas sektor. Kerja sama yang dimaksud adalkah kerja sama berbagao sektor pembangunan, kerjasama pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta. Yang masih perlu ditingkatkan adalah kerja sama lintas sektor yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, baik dari segi teknis opersional maupun administratif, ketengaan dan kejelasan mekanisme kerja bahkan termasuk aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan kerja sama secara luas
Kerja sama llintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja sama tersebut tidak didasari oleh saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara komponen yang terlibat serta tidak ada kejelasan tentang tujuan bersama. Peran yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen dalam kerja sama itu dan mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.


C. Rekomendasi Pemecahan Masalah
Dalam pengembangan pembangunan kesehatan, Departemen Kesehatan melakukan penyusunan berbagai pedoman dan standar, penelitian dan pengembangan kesehatan, pengembangan sistem informasi kesehatan, memfasilitasi daerah dalam memenuhi komitmen nasional dan global, serta mendorong peran aktif masyarakat.
1. Dengan makin kompleksnya pembangunan kesehatan, sangat diperlukan berbagai standar dan pedoman pembangunan kesehatan dari Departemen Kesehatan. Di era desentralisasi, standar dan pedoman pembangunan kesehatan dalam lingkup nasional tersebut semakin diperlukan sebagai acuan penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan daerah.
2. Selama ini di lingkungan Departemen Kesehatan berbagai jenis sistem informasi kesehatan telah berhasil dikembangkan, yakni dengan telah dikembangkannya. Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Tetapi dengan berlakunya asas desentralisasi, berbagai sistem informasi tersebut menjadi tidak berjalan lancar. Dengan kurang lancarnya sistem informasi kesehatan tersebut berakibat pada sistem perencanaan dan pengembangan kebijakan yang kurang berbasis pada data dan kenyataan di lapangan.
3. Dalam tahun 2003, penelitian dan pengembangan kesehatan secara nasional telah mulai digerakkan secara lebih terarah, terutama dalam kaitannya dengan desentralisasi pembangunan kesehatan, dan dalam menghadapi tantangan globalisasi. Saat ini masih dirasakan adanya kesenjangan antara produk litbangkes dengan pemanfaataanya untuk pembangunan kesehatan. Selain itu perlu adanya kajian-kajianterhadap fenomena yang ada saat ini serta prediksiuntuk perkembangan masa depan. Di masa mendatang peran penelitian dan pengembangan kesehatan serta kajian kebijakan pembangunan kesehatan, semakin diperlukan dalam mendukung pembangunan kesehatan.
4. Keberadaan dan kiprah Badan Pertimbangan Kesehatan sangat ditunggu-tunggu, terutama untuk memenuhi konsekwensi terhadap komitmen nasional dan global, serta sebagai penghubung pembangunan kesehatanantar Daerah dan Pusat, serta antar Daerah yang satu dan lainnya.
5. Pemberdayaan masyarakat sebagai isu sentral dalam pembangunan kesehatan perlu mendapat perhatian dan penanganan secara serius, terutama dalam melibatkan masyarakat untuk ikut serta dalam melakukan pelayanan kesehatan (to serve), dalam melakukan advokasi kepada stakeholder (to advocate), dan aktif dalam mengkritisi pelaksanaan upaya kesehatan (to watch).
6. Peranserta masyarakat di bidang kesehatan telah banyak berkembang antara lain dimulai dengan terbentuknya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) yang sekarang menjadi Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM). Departemen Kesehatan telah mengembangan Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan telah disosialisasikan dan dilaksanakan secara nasional. Mengingat kecenderungan semakin banyaknya penyakit akibat perilaku dan gaya hidup yang tidak sehat, maka pengembangan dan penyebarluasan sistem surveilan untuk perilaku yang berisiko (Behavioral Risk Factors Surveilance System) sangat mendesak untuk dilaksanakan dan disebarluaskan.
7. Sampai dewasa ini sebenarnya cukup banyak pembangunan kesehatan yang dilaksanakan berdasarkan asas dekonsentrasi dan asas pembantuan. Pemahaman dan pengutamaan konteks, proses, dan penyelenggara dari pelaksanaan kedua asas tersebut perlu lebih jelas dan fokus lagi. Selain itu perlu digarisbawahi bahwa pelaksanaan pembangunan kesehatan secara nasional akan gagal jika pusat tidak atau kurang memperhatikan kenyataan kemampuan keuangan berbagai daerah yang terbatas.
8. Dari pengalaman beberapa tahun terakhir, kejadian berbagai keadaan darurat/life saving yang berskala nasional di berbagai daerah, memerlukan pelayanan kesehatan yang bersifat khusus dan langsung dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan pada keadaan darurat/life saving yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan tersebut, masih perlu ditingkatkan.
9. Penajaman sasaran pembangunan kesehatan selama ini perlu ditingkatkan terutama untuk pemberian subsidi pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi penduduk miskin. Departemen Kesehatan telah menetapkan kebijakan yang mendasar, yakni membebaskan pembiayaan bagi keluarga miskin yang berobat ke Puskesmas dan rumah sakit klas tiga.
10. Upaya kesehatan yang bersifat public goods perlu lebih diutamakan. Di masa depan Departemen Kesehatan perlu lebih memberikan prioritas dalam upaya ini, untuk menekan terjadinya masalah kesehatan masyarakat, terutama yang akan menimpa masyarakat miskin. Bantuan fasilitas dari Pusat untuk mendukung pemberantasan penyakit menular (antara lain vaksin) masih perlu dibenahi, karena apabila hal ini dibebankan kepada daerah, maka sudah bisa dipastikan bahwa upaya pemberantasan ini akan kurang berhasil. Upaya kesehatan yang bersifat public goods ini harus berkualitas tinggi dan bisa dipertanggungjawabkan serta dipertanggunggugatkan kepada masyarakat. Disamping itu penyelenggaraan promosi kesehatan masih terbatas, dan perlu ditingkatkan baik intensitas maupun teknologinya yang sesuai dengan perkembangan sosial budaya masyarakat.
11. Pengaturan sistem rujukan pelayanan kesehatan sudah dilakukan, seperti peningkatan pemanfaatan rumahrumah sakit vertikal. Sementara itu alokasi anggaranuntuk upaya meningkatkan kinerja rumah sakit-rumah sakit vertikal ini perlu ditingkatkan.

D. Penutup

Pembangunan Kesehatan terus berjalan dan sejak dicanangkan perencanaan Indoneseia Sehat Tahun 2010 pada tahun 1999 oleh Presiden BJ.Habibie masih menyisakan 1 tahun lagi, namun permasalahan yang dihadapi teruslah ada dan berkembang. Hal tersebut tidak lepas dari geografis Indonesia itu sendiri dan era globalisasi dunia yang sangat mempengaruhinya. Memang dilihat dari permasalahan tersebut kita seakan pesimis bahwa Indonesia sehat 2010 akan tercapai, tetapi diharapkan dengan semangat dan tanggungjawab kita semua maka tujuan tersebut bisa tercapai. Dengan belajar dari pengalaman serta upaya-upaya yang terus dilaksanakan marilah kita sungsung Indonesia sehat 2010.


Sumber :

Keadaan Dan Masalah kesehatan Serta Kecenderungannya Sampai Tahun 2000, Kumpulan Makalah Seminar D.3 Keperawatan Depkes RI Yogyakarta Tahun 1994

www.musi-rawas.go.id/../bab6.pdf

www.depkes.go.id/bab2.pdf/renstra.depkes.2005-2009





Read More ..

MORBILI

MORBILI


A. Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala–gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000 ).
Morbili atipik yaitu penyakit yang berat ditandai oleh demam tinggi, pneumonia, edema perifer, dan rash makulopapuler, yang kadang-kadang hemoragis, dapat terjadi pada orang-orang yang terpapr virus ganas setelah mendapat vaksin morbili mati. Beberapa pasien mendapat sindroma ini sesudah pemberian vaksin hidup. Penyakit ini juga terlihat pada pasien yang diberi vaksin hidup dalam 3 bulan setelah mendapat vaksin mati. Perjalann penyakitnya khas lebih berat daripada morbili biasa, berlangsung kira-kira 2 minggu, dan diterapi secara simtomatis.( Terapi Mutakhir Conn 1984 - 1985, Rakel – P.Adrianto, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1984)

B. Terafi Gejala-Gejala Umum
1. Demam, Pasien harus diberi pakaian yang tipis supaya memberikan kenyamanan yang maksimum. Asetaminofen atau aspirin dalam dosis 10 mg per kg setiap 4-6 jam direkomendasikan untuk terapi ketidaknyaman yang menyertai demam.
2. Batuk. Kelembaban yang dihasilkan dari alat penguap mungkin membantu. Bilamana batuk mengganggu aktivitas tidur atau merupakan gangguan utama maka dapat digunakan kodein fosfat dalam dosis 0,2 mg per kg setiap 4 jam.
3. Kongesti. Dekongestan per oral dengan atau tanpa antihistamin mungkin memberikan sejumlah keringanan.
4. Konjungtivitis. Lampu ruangan yang dikecilkan dapat memberikan kenyamanan. Penggunaan air mata buatan dan kompres mata dingin memberikan perbaikan simtomatis.
5. Pruritus. Kompres dngin memberikan perbaikan simtomatis. Antihistamin per oral dapat membantu secara khusus karena efek sedtifnya.
6. Diare. Direkomendasikan diet lunak aau benar-benar cair yang dibeikan 3-4 jam sekali. Campuran kaolin dan pectin mungkin sedikit memberikan perbaikan.

C. Komplikasi-Komplikasi Sekunder
1. Otitis Media. Otitis media mungkn merupakan komplikasi sedkunder tersering dan harus diterap sesuai dengan bakteri pathogen yang diduga.
2. Pneumonia. Pneumonia suatu komplikasi kedua yang terlazim tetapi penyebab kematian utama bagi pasien morbili.
3. Mastoiditis. Baik etiologi maupun terapi antibiotika serupa dengan otitis media. Kadang-kadang diperlukan drainase bedah
4. Adenitis Servikalis. Pembesaran kelejr limfe servikalis sering menyertai penyakit virus. Jika adenitis servikalis bermakna menetap lama atau kelenjar limfe membesar menggambarkan etiologi bakteri, aspirasi kelenjar limfe yang terinfeksi harus dipertimbangkan.
5. Laringotrkeobronkitis. Biasanya disebabkan oleh proses penyakit alamiah dari virus morbili dan paling baik diterapi dengan pelembaban yang adekuat.
6. Sinusitis, mungkin diduga pada orang dengan purulenta persisten, batuk, atau nyeri kepala. Terapi sama dengan otitis media akuta.
7. Ensafalitis, suatu komplikasi yang jarang terjadi pada kira-kira 1-2 kasus per 1000.
8. Tuberkulosis, virus morbili dapat mengreaktivasi tuberculosis yang dorman dan membuat pasien alergi mendapat tes kulit TB yang biasa. Terapi tuberculosis yang sesuai harus dipakai jika timbul kemungkinan itu.
9. Purpura, timbul 3-15 hri setelah dimulainya rash dan mungkin menyertai hitung trobosit yang rendah atau normal. Terapi salsilat harus dhentikan jika timbul komplikasi ini.
10. Abdomen akut, mungkin disebabkan oleh limfadenitis generalisata yang menyertai penyakit ini
11. Miokarditis, mungkin timbul pada sebanyak 20 % pasien, tetapi jarang menimbulkan gejala-gejala. Payah jantung kongestif harus diterapi dengan terapi yang tepat.
12. Pneumomedistinum dengan emfisema subkutan, ulkus korne, pneumonia sel delta. Keadaan-keadaan tersebut jarang terjadi.



D. Pencegahan Umum
Dengan morbiditas morbili yang telah diketahui, pencegahan menjadi tujuan utama dan terpilih. Vaksin morbili hidup yang telah dilemahkan (Attenuvax) harus diberikan pada usia 15 bulan untuk perlindungan maksimum. Idealnya dikombinasikan dengan vaksin untuk parotitis epideika dan rubella (M-M-R II)
Yang Divaksinasi :
1. Anak sehat di atas umur 15 bulan
2. Bayi-bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun
3. Yang diberikan bersamaan gama globulin dan vaksin morbili hidup.
4. Orang-orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin virus mati.
5. Orang-orang yang tinggal di derah endemic morbili yang tinggi dapat menerima vaksin pada umur 6 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 15 bulan.
Kontraindikasi vaksin hidup :
1. Pasien-pasien imunokompromis (keganasan generalisata, cacat sel T, yang mendapat terapi imunosipresi).
2. Orang-orang dengan kemungkinan Tuberkulosis.
3. Wanita hamil.
4. Pasien-pasien yang alergi terhadap neomisin (Attenuvax atau M-M-R II).
5. Pasien-pasien yang telah mendapatkan darah lengkap,plasma, atau gama globulin dalam 8 minggu sebelum diberikan vaksin.
Efek samping mungkin terlihat pada 7 sampai 10 hari setelah pemberian vaksin hidup yang terdiri dari rash, demam atau keuanya dan yang lebih berat disertai malaise, demama, limfadenopayi setempat, eritema setempat dan indurasi, bisa terjadi pada orang-orang yang sebelumnya diimunisasi dengan vaksin mati.

E. Patofisiologi

Virus Morbili

Droplet Infection


Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus


Reaksi Inflamasi :

1. Demam, suhu naik, metabolisme naik, RR naik, IWL naik ------ Gangguan rasa nyaman : Peningkatan suhu tubuh-------Resiko kurang volume cairan.
2. Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen
a. Saluran cerna
Terdapat bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi eritema pada mukosa bukalis, berhadapan pada molar, palatum durum, mole
---Mulut pahit timbul Anorexia : Gangguan kebutuhan nutrisi < kebutuhan
---Hygiene tidak dijaga dan Imunitas kurang akan meluas pada saluran cerna bagian bawah ( usus )----- Absorpsi turun -----Diare : Kurang volume cairan Elektrolit
( BAB terus menerus ) Iritasi : Gangguan Integritas Kulit
b. Saluran nafas
Inflamasi saluran nafas atas; bercak koplik pada mukosa bukalis meluas ke jari trakeobronkial ---- Batuk, pilek, RR --------(Brochopneumonia) : Gangguan Pola nafas; bersihan jalan nafas

c. Konjungtiva
Radang Konjungtivis : Gangguan Persepsi sensori

d. Kulit menonjol sekitar sebasea dan folikel rambut --------- Eritema membentuk
macula papula di kulit normal---- Rash, ruam pada daerah balik telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh , deskuamasi rasa gatal :
 Gangguan Integritas kulit
 Gangguan Istirahat Tidur


F. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas diri :
2. Pemeriksaan Fisik :
• Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
• Kepala : sakit kepala
• Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad eripsi ).
• Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
• Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki ( pada stad.
• Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).
• Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
• Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
• Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
• Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
3. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

G. Nursing Care Plan
1. Dx. Kep yang mungkin muncul
1) Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh
2) Resiko kurang volume cairan
3) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Resiko terjadi gangguan pola nafas
5) Gangguan persepsi sensori
6) Gangguan integritas kulit
7) Gangguan istirahat tidur
8) Intoleransi aktivitas

2. Perencanaan Asuhan Keperawatan

1) Dx. Keperawatan 1
Dx Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi
Data Subjektif :
•Pasien mengeluh pusing
•Pasien mengeluh panas
Data Objektif :
•Suhu tubuh
•Pasien tampak gelisah
•Mukosa mulut kering
•Keringat berlebihan
•Frekuensi pernafasan meningkat
•Kejang
•Takikardi
•Kulit terasa panas
Tujuan :
•Suhu tubuh normal dalam jangka waktu…
Kriteria Hasil :
•Suhu tubuh 36,6 – 37,4 0 C
•Bibir lembab
•Nadi normal
•Kulit tidak terasa panas
•Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )
•Aktivitas sisi kemampuan
Rencana Tindakan :
• Identifikasi penyebab atau factor yang dapat menimbulkan peningkatan suhu tubuh: dehidrasi, infeksi, efek obat, hipertiroid.
• Observasi TNSR per …..
• Observasi fungsi neurologis : status mental, reaksi terhadap stimulasi dan reaksi pupil.
• Observasi cairan masuk dan keluar, hitung balance cairan
• Observasi tanda kejang mendadak
• Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi
• Berikan kompres air hangat
• Berikan cairan dan karbohidrat yang cukup untuk meningkatkan hipermetabolisme akibat peningkatansuhu.
• Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan bila suhu naik / bedrest total.
• Anjurkan dan bantu pasien menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat.
• Kolaborasi :
Pemberian anti piretik
Pemberian anti biotic
Pemeriksaan penunjang

2) Dx. Keperawatan 2
Dx Resiko kekurangan volume cairan tubuh B. D kehilangan sekunder terhadap demam.
Data Subjektif :
•Pasien mengeluh haus
•Pasien mengeluh lemas
•Pasien mengeluh mencret ….x/hr
•Pasien mengeluh muntah …x/hr
Data Objektif :
•TD…mmttg, N..x/mnt, S.. 0 C, RR…x/mnt
•Turgor kulit jelek
•Perubahan produksi urine…cc/ 24 jam
•Penurunan pengisian vena ( capillary refill )
•Volume dan tekanan nadi menurun
•Denyut nadi meningkat
•Demam
•Kulit kering
•Bibir kering
•Mata cekung
•Akral dingin
Tujuan :
• Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh dalam jangka waktu ….
Kriteria Hasil :
•Turgor baik
•Produksi urine …cc/jam <0,5 – 1 cc/kg BB/jam
•Kulit lembab
•TTV dalam batas normal
•Mukosa mulut lembab
•Cairan masuk dan keluar seimbang
•Tidak pusing pada perubahan posisi
•Tidak haus
•Hb, Ht, dbn
Rencana Tindakan :
• Observasi penyebab kekurangan cairan : muntah, diare, kesulitan menelan, kekurangan darah aktif, diuretic, depresi, kelelahan
• Observasi TNSR…
• Observasi tanda – tanda dehidrasi
• Observasi keadaan turgon kulit, kelembaban, membran mukosa
• Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan cairan terjadi secara mendadak, ukur produksi urine setiap jam, berat jenis dan observasi warna urine.
• Catat dan ukur jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar per….
• Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan untuk mencegah edema paru, dispneu, bila pasien terpasang infus
• Timbang BB setiap hari
• Pertahankan bedrest selama fase akut
• Ajarkan tentang masukan cairan yang adekuat, tanda serta cara mengatasi kurang cairan
• Kolaborasi :
Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Pemberian obat sesuai indikasi
Observasi kadar elektronik, Hb,Ht

3) Dx. Keperawatan 3
Dx. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : Asupan makanan yang
kurang
Data Subjektif :
•Pasien mengatakan mual
•Pasien mengatakan tidak nafsu makan
•Pasien mengatakan susah makan
Data Objektif :
•Bising usus….x/mnt
•Mukosa mulut kering
•Vomitus ….cc
•Porsi makan : …..porsi
•Hb …., Albumin…..
•Konjungtiva dan selaput lendir pucat
•Terdapat bercak – bercak merah pada mukosa mulut
Tujuan :
• Pasien dapat memperbaiki status gizi (nutrisi ) dalam jangka waktu
Kriteria Hasil :
•BB meningkat
•Mual berkurang / hilang
•Tidak ada muntah
•Pasien menghabiskan makan 1 porsi
•Nafsu makan meningkat
•Pasien menyebutkan manfaat nutrisi
•Pasien mengungkapkan kesediaan mematuhi diit
•Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
•Nilai Hb, Protein dalam batas normal
Rencana Tindakan :
• Kaji pola makan pasien
• Observasi mual dan muntah
• Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat untuk kesembuhan
• Kaji kemampuan untuk mengunyah dan menelan
• Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau hilangnya bising usus.
• Beri posisi semi fowler / fowler saat makan
• Identifikasi factor pencetus mual , muntah , diare, nyeri abdomen
• Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai sesuai diit
• Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik
• Bantu pasien untuk makan , catat jumlah makanan yang masuk
• Hindari makanan dan minuman yang merangsang
• Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
• Kolaborasi :
Penatalaksanaan diit yang sesuai ( dengan ahli gizi )
Pemberian nutrisi parenteral
Pemberian anti emetik
Pemberian multivitamin, cara pemberian makanan / tambahan.

Sumber :

Terapi Mutakhir Conn 1984 - 1985, Rakel – P.Adrianto, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1984

Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI

Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.


Read More ..

Kanker Pada Sistem Reproduksi Wanita / Kanker Vulva

DEFINISI
Kanker Vulva adalah tumor ganas di dalam vulva.

Vulva merupakan bagian luar dari sistem reproduksi wanita, yang meliputi labia, lubang vagina, lubang uretra dan klitoris.

3-4% kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan kanker vulva dan biasanya terjadi setelah menopause.
Beberapa jenis kanker vulva:
1. Karsinoma sel skuamosa (85%)
Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel-sel skuamosa yang merupakan jenis sel kulit yang utama.
Kanker jenis ini biasanya terbentuk secara perlahan selama bertahun-tahun dan biasanya didahului oleh suatu perubahan prekanker yang mungkin berlangsung selama beberapa tahun.

Istilah kedokteran yang sering digunakan untuk keadaan prekanker ini adalah Neoplasma intraepitel vulva (NIV, intraepitel artinya sel-sel prekanker terbatas pada epitel yang merupakan lapisan permukaan pada kulit vulva.
NIV terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu NIV1, NIV2, and NIV3. Istilah lainnya untuk NIV adalah displasia.
Tingkat keparahan perubahan prekanker mulai dari yang terendah sampai yang terberat:
- NIV1 atau displasia ringan
- NIV2 atau displasia menengah
- NIV3 atau displasia berat
- Karsinoma in situ
- Karsinoma invasif.
2. Melanoma (5%)
Melanoma berasal dari sel penghasil pigmen yang memberikan warna pada kulit.
3. Sarkoma (2%)
Ssarkoma adalah tumor jaringan ikat di bawah kulit yang cenderung tumbuh dengan cepat.
Sarkoma vulva bisa menyerang semua golongan usia, termasuk anak-anak.
4. Karsinoma sel basal (1%)
Karsinoma sel basal sangat jarang terjadi pada vulva, karena biasanya menyerang kulit yang terpapar oleh sinar matahari.
5. Adenokarsinoma (1%)
Sejumlah kecil kanker vulva berasal dari kelenjar dan disebut adenokarsinoma. Beberapa diantaranya berasal dari kelenjar Bartholin yang ditemukan pada lubang vagina dan menghasilkan cairan pelumas yang menyerupai lendir.
Kebanyakan kanker kelenjar Bartholin adalah adenokarsinoma, tetapi beberapa diantaranya (terutama yang tumbuh dari saluran kelenjar) merupakan karsinoma sel transisional atau karsinoma sel skuamosa.
Meskipun agak jarang, adenokarsinoma juga bisa berasal dari kelenajr keringat pada kulit vulva.



PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui.

Faktor resiko terjadinya kanker vulva:
1. Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis)
HPV merupakan virus penyebab kutil kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.
2. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
3. Infeksi sifilis
4. Diabetes
5. Obesitas
6. Tekanan darah tinggi.
7. Usia
Tigaperempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis.
Usia rata-rata penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun.
8. Hubungan seksual pada usia dini
9. Berganti-ganti pasangan seksual
10. Merokok
11. Infeksi HIV
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sehingga wanita lebih mudah mengalami infeksi HPV menahun.
12. Golongan sosial-ekonimi rendah
Hal ini berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan yang rutin.
13. Neoplasia intraepitel vulva (NIV)
14. Liken sklerosus
Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
15. Peradangan vulva menahun
16. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.
GEJALA
Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina.
Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal.
Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer.

Gejala lainnya adalah:
- nyeri ketika berkemih
- nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil biopsi jaringan.


Staging (Menentukan stadium kanker)

Staging merupakan suatu peroses yang menggunakan hasil-hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik tertentu untuk menentukan ukuran tumor, kedalaman tumor, penyebaran ke organ di sekitarnya dan penyebaran ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh.
Dengan mengetahui stadium penyakitnya maka dapat ditentukan rencana pengobatan yang akan dijalani oleh penderita.

Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa telah terjadi kanker vulva, maka dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran kanker ke daerah lain:
• Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
• Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
• Pemeriksaan panggula dibawah pengaruh obat bius
• Rontgen dada
• CT scan dan MRI.

Stadium kanker vulva dari sistem FIGO:
- Stadium 0 (karsinoma in situ, penyakit Bowen) : kanker hanya ditemukan di permukaan kulit vulva
- Stadium I : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineum (daerah antara rektum dan vagina). Ukuran tumor sebesar 2 cm atau kurang dan belum menyebar ke kelenjar getah bening
- Stadium IA : kanker stadium I yang telah menyusup sampai kedalaman kurang dari 1 mm
- Stadium IB: kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam dari 1 mm
- Stadium II : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu, dengan ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening
- Stadium III : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineum serta telah menyebar ke jaringan terdekat (misalnya uretra, vagina, anus) dan/atau telah menyebar ke kelenjar getah bening selangkangan terdekat.
- Stadium IVA : kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke uretra bagian atas, kandung kemih, rektum atau tulang panggul, atau telah menyebar ke kelenjar getah bening kiri dan kanan
- Stadium IVB : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam panggul dan/atau ke organ tubuh yang jauh.
PENGOBATAN
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:
1. Pembedahan
- Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah jaringan normal di sekitar kanker
- Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening
- Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker
- Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung kanker
- Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva
- Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva
- Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah bening di sekitarnya.
- Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher rahim, rahim dan vagina.
Untuk membuat vulva atau vagina buatan setelah pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan bedah plastik.
2. Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya utnuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.
Pada radiasi eksternal digunakan suatu mesin sebagai sumber penyinaran; sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan radioaktif.
3. Kemoterapi
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau otot).
Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam aliran darah sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh.
Pengobatan berdasarkan stadium
Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta usia dan keadaan umum penderita.

- Kanker vulva stadium 0
1. Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya
2. Vulvektomi skinning
3. Salep yang mengandung obat kemoterapi

- Kanker vulva stadium I
1. Eksisi lokal luas
2. Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah bening selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang sama dengan kanker
3. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh
4. Terapi penyinaran saja.

- Kanker vulva stadium II
1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka dilakukan setelah pembedahan dilakukan penyinaran yang diarahkan ke panggul
2. Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).

- Kanker vulva stadium III
1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan dan kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan kanan.
Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker atau jika sel-sel kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan tumornya besar tetapi belum menyebar, setelah pembedahan dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan selangkangan
2. Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan
3. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi.

- Kanker vulva stadium IV
1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum atau kandung kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
2. Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran
3. Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal
4. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan.

- Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)
1. Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran
2. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
3. Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa pembedahn
4. Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi gejala nyeri, mual atau kelainan fungsi tubuh.
PENCEGAHAN
Ada 2 cara untuk mencegah kanker vulva:
1. Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
2. Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif.
Keadaan prekanker bisa ditemukan dengan menjalani pemeriksaan sistem reproduksi secara teratur dan memeriksakan setiap ruam, tahi lalat, benjolan atau kelainan vulva lainnya yang sifatnya menetap.
Pengobatan NIV bisa mencegah sejumlah kasus kanker invasif.

Melanoma bisa dicegah dengan mengangkat tahi lalat atipik.

Setiap wanita hendaknya mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada kulit vulva dengan melakukan pemeriksaan sendiri (dengan bantuan sebuah cermin) setiap bulan.





Sumber :

www.healthycaus.blogspot.com/2009/07/kanker-vulva

www.medicastore.com/kanker-vulva


Read More ..

PERITONITIS

PENGERTIAN
Peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa.
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum, lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Kumpulan tanda dan gejalanya seperti nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi defans muscular dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis adalah inflamasi membrane peritoneal. Peritoneum adalah kantung dua lapis semipermeabel yang berisi kira-kira 1500 ml cairan yang menutupi organ yang berada dalam rongga abdomen karena bagian ini dipersarafi dengan baik oleh saraf somatic, stimulasi peritoneum parietal yang membatasi rongga abdomen dan pelvis menyebabkan nyeri tajam dan terlokalisasi.

ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri
• Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
• Appendisitis yang meradang dan perforasi
• Tukak peptik (lambung / dudenum)
• Tukak thypoid
• Tukan disentri amuba / colitis
• Tukak pada tumor
• Salpingitis
• Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus  dan  hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii.
2. Secara langsung dari luar.
• Operasi yang tidak steril
• Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.
• Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
• Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula peritonitis granulomatosa.
3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.
4. Infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infeksi (umum) dan abses abdomen (lokal infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asitesterjadi kontaminasi hinga ke rongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau pembuliuh limfe mesenterium, kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan penyebab penyakit hati yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses, ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul. Komponen asites pathogen yang sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negative E. coli 40%, klebsiella pneumoniae 7%, spesies pseudomonas, proteus dan gram lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu strptokokus pneumoniae 15%, jenis streptokokus lain 15%dan golongan staphylokokus 3%. Selain itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri.





GEJALA DAN TANDA
• Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis umum.
• Demam
• Distensi abdomen
• Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada perluasan iritasi peritonitis.
• Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya.
• Nausea
• Vomiting
• Penurunan peristaltik.

DIAGNOSIS
Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya. (peritoneum visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis hamper sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipertermi, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maksimum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang meyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosuprasi (misalnya DM, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV)penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis atau penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.

PATOFISIOLOGI
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam rongga abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan iskemia, trauma atau perforasi tumor, peritoneal diawali terkontaminasi material.
Awalnya material masuk ke dalam rongga abdomen adalah steril (kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edem jaringan dan pertambahan eksudat. Caiaran dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar.

TEST DIAGNOSTIK
1. Test laboratorium
• Leukositosis
• Hematokrit meningkat
• Asidosis metabolik
2. X. Ray
• Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :
• Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
• Usus halus dan usus besar dilatasi.
• Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
3. Drainase panduan CT scan dan USG pembedahan

PROGNOSIS
• Mortalitas tetap tinggi antara 10 % - 40 %.
• Prognosa lebih buruk pada usia lanjut dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih dari 48 jam.
• Lebih cepat diambil tindakan lebih baik prognosanya.


KOMPLIKASI
Eviserasi luka, pembentukan abses.



PENATALAKSANAAN
Penggantian cairan, koloid, dan elektrolit adalah focus utama. Analgesic diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker dapat meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan nafas dan bentuk ventilasi diperlukan. Medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon peradangan. Penatalaksanan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan tanda peritonitis ata hipovolemia harus menjalani eksplorasi bedah tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Sedangkan pada pasien dengan luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparatomi. Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien yang emncakup tiga fase yaitu. (1) Fase praoperatif, dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien digiring ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup peneratapan penkajian dasar pasien ditatanan klinik atau di rumah, menjalani wawancara preoperative dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan pada pembedahan. Bagaimanapun aktivitas keperawatan mungkin dibatasi hingga melakukan pengkajian pasien preoperative di tempat ruang operasi. (2) Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau keruang pemulihan, pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi : memasang infuse, memberikan medikasi IV, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan adan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh: aktivitas keperawatan terbatas hanya pada menggenggam tangan pasien selama induksi anesthesia umum, bertindak dalam peranannya sebgai perawat scub atau membantu dalam mengatur posisi pasien di atas meja operasi. (3) Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik taua di rumah. Lingkup keperawatan mencakup rantang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase pascaoperatif langsung focus terhadap mengkaji efek dari agen anesthesia dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus terhadap penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih detail lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dengan kemungkinan, proses keperawatan pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi dan evaluasi diuraikan.

TATA LAKSANA KEPERAWATAN

Nyeri, distensi abdomen dan mual yang berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan.
Hasil yang diharapkan : dalam 1 jam intervensi persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri. Indicator-indikator objektif seperti meringis dan melindungi abdomen.
Intervensi :
1. Kaji dan dokumentasikan karakter dan beratnya ketidaknyamanan setiap 1 sampai 2 jam. Gunakan skala nyeri dengan pasien dengan rentang tidak ada nyeri sampai nyeri paling buruk.
2. Pertahankan pasien tirah baring, untuk meminimalkan nyeri yang dapat diperberat dengan aktivitas; berikan istirahat; lingkungan tenang.
3. Pertahankan pasien pada posisi nyaman, biasanya pada posisi semi fowler.

Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan penurunan kedalaman pernafasan sekunder akibat tindakan melindungi pada nyeri atau distensi abdomen.
Hasil yang diharapkan : pasien mempunyai pola pernafasan efektif dibuktikan dengan tidak adanya bunyi nafas adventisius, Pao2 = 80 mmhg, saturasi oksigen = 95%, TD = 90/50 mmhg (atau dalam rentang dasar pasien).

Intervensi :
1. Pantau hasil GDA dan waspada terhadap indicator-indikator hiposekmia.
2. Auskultasi lapang paru-paru untuk mengkaji ventilasi dan mendeteksi komplikasi pulmoner.
3. Pertahankan pasien pada posisi semifowler atau fowler untuk membantu upaya pernafasan.
4. Berikan oksigen sesuai program.

Perubahan perlindungan yang berhubungan potensial terhadap memburuknya/ kambuhnya peritonitis atau terjadinya syok septiksekunder akibat proses inflamasi.
Hasil yang diharapkan : pasien bebas dari gejala peritonitis yang memburuk/ berulang/ syok septic dibutikan dengan normotermia, TD: 90/60 mmhg (atau dalam rentang normal pasien), Fj = 100dpm, eupnea, haluaran urin, 30 ml/jam.
Intervensi :
1. Kaji abdomen setiap 1-2 jam selama fase akut dan setiap 4 jam bila kondisi pasien telah stabil.
2. Bila diprogramkan pasang selang gastric dan sambungkan pada pengisap untuk mencegah atau menurunkan distensi.
3. Pantau TV sedikitnya setiap 2 jam.
4. Berikan antibiotic sesuai program.
5. Pertahankan tekhnik steril pada penggantian balutan dan semua prosedur invasive.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah dan penghisapan usus.
Hasil yang diharapkan : pada minimum 24 jam sebelum pulang dari RS, pasien mempunyai nutrisi adekuat dibuktikan dengan berat dan stabil, keseimbangan atau status nitrogen positif dan albumin serum 3,5-5,5 g/dl.

Intervensi :
1. Bila diprogramkan, dukung pasien dengan nutrisi parenteral perifer (NPP) atau NPT, tergantung pada durasi fase akut (biasanya 3 hari).
2. Berikan pengantikan cairan, elektrolit dan vitamin sesuai program.


Tambahan
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen.
2. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
3. Potensial kekurangan cairan sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.

Tindakan keperawatan post operasi:
1. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
2. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.
3. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain tercabut.
4. Perawatan luka operasi secara steril.

Evaluasi
1. Tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :
• Suhu tubuh normal,Nadi normal,Perut tidak kembung,Peristaltik usus normal,Flatus positif,Bowel movement positif
2. Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
3. Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.
4. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.
5. Luka operasi baik.





Sumber :

Materi Kuliah Medikal Bedah Stikes Muhammadiayah Banjramasin
Dosen : Iswantoro

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984.

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.

http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-peritonitis.html

Read More ..

Sabtu, 17 Oktober 2009

Vitamin dan kesehatan kita

A. Pendahuluan
Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun manusia terdiri atas unit-unit kecil yang disebut sel. Selama makhluk itu masih hidup banyak sekali proses atau perubahan yang terjadi dalam sel. Aktivitas yang terjadi dalam sel inilah yang menyunjang terlaksana fungsi makhluk hidup itu sendiri.
Sel-sel tubuh manusia yang banyak itu membutuhkan membutuhkan makanan yang seimbang diantaranya adalah vitamin. Semua makanan yang seimbang disertai istirahat dan gerak badan yang cukup akan diperoleh vitamin yang kita perlukan.
Jika kita tidak makan sesuatu kecuali vitamin tentu saja akan mati kelaparan. Vitamin dapat ditemukan dalam tanaman (daun-daunan), makanan atau buah-buahan. Tetapi vitamin akan mudah hilang bila dimasak terlalu lama, dikeringkan atau terpanggang panas matahari serta terkena terpaan angin.
Vitamin memegang peranan penting dalam suatu reaksi kimia pada tubuh kita. Dari reaksi kimia sel tersebutditeruskan melalui enzim, yang terdiri dari persenyawaan vitamin dan mineral. Tiap-tiap enzim bertanggung jawab atas beberapa reaksi kimia sendiri. Jika kehilangan satu vitamin saja, enzim tidak dapat terbentuk yang akhirnya beberapa fungsi tubuh yang penting tidak dapat dijalankan.

Kita semua pasti sudah pernah tahu dan mendengar kata-kata vitamin. Banyak orang sakit karena kekurangan vitamin atau vitamin dianjurkan untuk mempercepat kesembuhan. Pertanyaannya apa yang dimaksud dengan vitamin. ?Bagaimana ditemukan pertama kali vitamin itu ?Mengapa diperlukan untuk tubuh kita ? Banyak orang mengira bahwa vitamin berasal dari tubuh kita sendiri atau merupakan sebuah/sesuatu makanan. Vitamin hanya terdapat pada sayuran dan buah. Setelah dikonsumsi maka di dalam proses pencernaan vitamin-vitamin tersebut akan metabolisme dengan bantuan enzim-enzim pencernaan yang kemudian dimanfaatkan oleh tubuh kita.
B. Pengertian
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan serta pencegahan penyakit. Vitamin biasanya disebut sebagai mikronutrien. Ia membantu pertumbuhan proses protein, karbohidrat, dan lemak dalam badan anda. Sebagian vitamin dapat membantu tubuh menghasilkan sel-sel darah dan hormon. Biasanya, tubuh kita tidak dapat menghasilkan banyak mikronutrien.
Kebanyakan vitamin-vitamin ini tidak dapat disintesis oleh tubuh. Beberapa di antaranya masih dapat dibentuk oleh tubuh, namun kecepatan pembentukannya sangat kecil sehingga jumlah yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Oleh karenanya tubuh harus memperoleh vitamin dari makanan sehari-hari. Jadi vitamin mengatur metabolisme, mengubah lemak dan karbohidrat menjadi energi, dan ikut mengatur pembentukan tulang dan jaringan
Sumber-sumber utama vitamin di antaranya terdapat pada makanan yang kaya akan protein seperti telur, daging dan susu. Sumber vitamin nabati misalnya biji-bijian (beras dan sebangsanya), sayuran hijau,kentang, kacang-kacangan (leguminosa) seperti kedelei dan petai cina
Vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air :
- Vitamin yang larut di dalam air : Vitamin B dan Vitamin C
- Vitamin yang tidak larut di dalam air : Vitamin A, D, E, dan K atau disingkat Vitamin ADEK.
C. Sejarah
Sejarah penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali mengemukakan adanya zat yang bertindak sebagai factor diet esensial dalam kasus penyakit beri-beri. Pada tahun 1897 ia memberikan gambaran adanya suatu penyakit yang diderita oleh anak ayam yang serupa dengan beri-beri pada manusia. Gejala penyakit tersebut setelah binatang diberi makanan yang terdiri atas beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat disembuhkan dengan memberi makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk. Hasil penemuan yang menyatakan bahwa dalam makanan ada factor lain selain karbohidrat, lemak dan protein sebagai energi, mendorong para ahli untuk meneliti lebih lanjut tentang vitamin, sehingga diperoleh konsep tentang vitamin yang kita kenal sekarang. Pada saat ini terdapat lebih dari 20 macam vitamin.
Perkataan vitamin telah diusulkan oleh seorang pakar biokimia yang berbangsa Poland pada tahun 1912.Vita di dalam bahasa Latin bemaksud kehidupan dan mine -amine adalah adalah kata tambahan dari amine; kerana pada masa itu banyak orang yang menyangka bahawa semua vitamin adalah amine dan sekarang kesalahan ini telahpun disedari. Polish kemudian memberi nama factor diet esensial ini dengan vitamin. Selanjutnya hasil pekerjaan Warburg tentang koenzim (1932-1935) dan kemudian penyelidikan R Kuhn dan P Kerrer menunjukan adanya hubungan antara struktur kimia vitamin dengan koenzim.
Nilai memakan makanan tertentu bagi kesihatan telah diketahui sejak lama sebelum vitamin dikenal pasti. Orang-orang Mesir purba tahu bahwa memberi pasien makan hati akan membantu merawat rabun malam, yang kini diketahui akibat kekurangan vitamin A. Pada tahun 1747, pakar bedah Scotland, James Lind menyedari bahawa makanan sitrus membantu menghalang beri-beri (scurvy), penyakit yang mampu membawa maut di mana kolagen tidak terbentuk dengan sempurna, dan ciri-ciri yang muncul adalah luka lambat sembuh, pendarahan pada gusi, dan rasa sakit yang sangat kuat. Pada tahun 1753, Lind menerbitkan Treatise on the Scurvy. Hasil apa yang dijumpainya, bagaimanapun tidak diterima secara meluas. Sebagai contohnya, Dalam ekspedisi Artik Tentara Laut Di Raja pada abad ke 19, ia dipercayai secara meluas bahwa penyakit beri-beri boleh dicegah dengan kebersihan diri yang baik di atas kapal, senam berkala, dan menguatkan moral anak buah kapal, bukannya dengan memakan makanan segar. Ini mengakibatkan ekspedisi tentara laut itu masih diserang penyakit beri-beri. Ketika Robert Falcon Scott melakukan dua ekspedisinya ke Antartika pada awal abad ke-20, teori pengobatan ketika itu ialah penyakit beri-beri diakibatkan oleh makanan dalam tin yang tercemar.
D. Penggolongan Vitamin dan Fungsinya
☺ Vitamin A (Retinol)
Vitanim A adalah suatu alkohol. Didalam tumbuhan vitamin A terdapat sebagai provitamin A, yaitu senyawa karoten. Vitamin A berperan dalam proses melihat, yaitu pada proses fotokimia pada retina. Pada retina mata terdapat pigmen yang sensitive terhadap cahaya, yaitu rodopsin, suatu protein gabungan yang dapat berdisosiasi menjadi protein opsin dan retinen trans (vitamin A dalam bentuk aldehid). Disosiasi ini terjadi apabila rodopsin terkena cahaya. Membantu pertumbuhan tulang, pertahanan terhadap penyakit, memperbaiki struktur kulit serta mencegah rabun.
Defisiensi vitamin A akan menyebabkan seseorang tidak dapat melihat dengan jelas dalam cahaya redup (rabun senja) , katarak, infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, kulit yang tidak sehat, dan lain-lain.
Kebutuhan vitamin A pada diet diukur dalam satuan internasional (IU = Internasional Unit). Satu satuan internasional adalah aktivitas dari 0,344 mcg, kristal retinilasetat (0,3 mcg retinol)
Sumber vitamin A susu, ikan, sayuran berwarna hijau dan kuning, hati, buah-buahan warna merah dan kuning (cabe merah, wortel, pisang, pepaya, dan lain-lain). Contoh lain sumber-sumber vitamin A adalah :
- Bayam berduri (Amaranthi spinosi folium), Tanaman asal : Amaranthus spinosus L, Famillia : Amaranthaceae,Kegunaan : Pelancar asi, diuretik dan penambah darah.
- Ubi jalar (Batatasae Folium), Tanaman asal : Ipomoea batatas L, Famillia : Convolvulaceae, Kegunaan : Mempercepat pematangan bisul
- Pisang (Musae Radix),Tanaman asal : Musa paradisiacaL, Famillia : Musaceae, Kegunaan : Penawar racun

☺ Vitamin B
Membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi, selera makan, pencernaan, menjaga tisu mata, dan membantu proses metabolisma
• Vitamin B1
- Sumber yang mengandung vitamin B1 = gandum, daging, susu, kacang hijau, ragi, beras, telur, dan sebagainya
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B1 = kulit kering/kusik/busik, kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.
• Vitamin B2
- sumber yang mengandung vitamin B2 = sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, susu, dan banyak lagi lainnya.
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2 = turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, dan sebagainya.
• Vitamin B3
- Sumber yang mengandung vitamin B3 = buah-buahan, gandum, ragi, hati, ikan, ginjal, kentang manis, daging unggas dan sebagainya
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 =
terganggunya sistem pencernaan, otot mudah keram dan kejang, insomnia, bedan lemas, mudah muntah dan mual-mual, dan lain-lain
• Vitamin B5
- sumber yang mengandung vitamin B5 = daging, susu, sayur mayur hijau, ginjal, hati, kacang ijo, dan banyak lagi yang lain.
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B5 = otot mudah menjadi kram, sulit tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik, dan lain-lain
• Vitamin B6
- sumber yang mengandung vitamin B6 = kacang-kacangan, jagung, beras, hati, ikan, beras tumbuk, ragi, daging, dan lain-lain.
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B6 = pelagra alias kulit pecah-pecah, keram pada otot, insomnia atau sulit tidur, dan banyak lagi lainnya.
• Vitamin B12
- sumber yang mengandung vitamin B12 = telur, hati, daging, dan lainnya
- Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B12 = kurang darah atau anemia, gampang capek/lelah/lesu/lemes/lemas, penyakit pada kulit, dan sebagainya
☺ Vitamin C (Asam askorbat)
Dalam air vitamin C mudah teroksidasi, terutama apa bila dipanaskan. Kehilangan vitamin C terjadi pada pengolahan, pengeringan dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan zat-zat interseluler, kalagen. Membantu mempercepatkan penyembuhan luka, menjaga sistem kekebalan tubuh, menyerap zat besi, membentuk tulang dan gigi
Defisiensi vitamin C adalah :
- Skorbut (sariawan), pendarahan gusi
- Mudah terjadi luka dan infensi tubuh, dan kalau sudah terjadi sukar disembuhkan
- Hambatan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak
- Pembentukan tulang yang tidak normal pada bayi dan anak-anak
- Kulit mudah mengelupas
- Rasa nyeri pada persendian
Sumber vitamin C adalah sayuran yang berwarna hijau, buah-buahan (perlu diketahui bahwa rasa asam pada buah tidak selalu sejalan dengan kadar vitamin C dalam buah tersebut karenarasa asam disebabkan oleh asam-asam lain yang terdapat dalam buah bersama vitamin C). Sumber yang mengandung vitamin C terdapat pada jambu klutuk atau jambu batu, jeruk, tomat, sayur segar, dan lain sebagainya. Sumber lain yang mengandung vitamin C di antaranya sebagai berikut:
- Nanas (Ananas comosi Fructus),Tanaman asal : Ananas comosus L,Famillia : Agaraceae,Kegunaan : Memacu enzim pencernaan, obat cacing
- Belimbing manis (Carambolae fructus), Tanaman asal : Averrhoa carambola L, Famillia : Oxalidaceae, Kegunaan : Peluruh dahak atau obat batuk (ekspektoran)
☺ Vitamin D
Vitamin D mengatur absorbsi laksium dan fosfat dari saluran pencernaan makanan, mengatur klasifikasi tulang dan gigi dan diperkirakan membuat mukosa usus halus menjadi permeable untuk kalsium dan fosfor. Diperkirakan pula bahwa vitamin D dapat membentu kelancaran terjadinya transport aktif kalsium melalui membrane. Pertumbuhan normal, meningkatkan paras sitrat(garam asid sitrik) dalam darah dan menggalakkan penyerapan kalsium dalam usus, menjaga kesihatan tulang dan gigi. Sumber yang mengandung vitamin D terdapat pada minyak ikan, susu, telur, keju, dan lain-lain.
Kelebihan vitamin D bersifat racun untuk tubuh. Dosis antara 1000-3000 mcg/hari/kg berat badan memberikan gejala keracunan dengan tanda-tanda diare, nausea (mual), dan poliuria. Keracunan berat akan menyebabkan kerusakan saluran kencing dan kalasifikasi jaringan lunak seperti jantung, pembuluh darah, paru-paru dan ginjal.
Defisiemsi vitamin D menyebabkan :
- Gigi akan lebih mudah rusak
- Ricketsia pada anak-anak dengan gejala : talang menjadi lunak, pembesaran sendi-sendi tulang, devormasi tulang dada , pelvis, pertumbuhan gigi terhambat. Pertumbuhan tulang tidak normal yang biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X.
- Kejang, otok bisa mengalami kejang-kejang,
- Ospeomalasia (pelunakan tulang) pada orang dewasa.
☺ Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan. Vitamin ini menerangi terjadinya oksidasi vitamin A, karotin, asam lemak tidak jenuh dan menjagakeadaan kesuburan individual. Sangat penting untuk mempertahankan fungsi saraf dan otot, melindungi struktur membran dari kerusakan, pertumbuhan normal, membantu metabolisma, menguatkan struktur paru-paru, hati, dan membran sel darah merah. Sebagai antioksida, vitamin ini bermanfaat sebagai mencegah penyakit jantung dan melambatkan penuaan. Sumber yang mengandung vitamin E terdapat pada ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi, minyak tumbuh-tumbuhan, havermut, dsb
Defisiensi vitamin E menyebabkan terjadinya hemolisis sel-sel darah merah dan anemi. Pada hewan menyebabkan kemandulan, gangguan syaraf dan otot, dll

☺ Vitamin K
Vitamin ini terdapat pada jaringan tumbuhan hijau, sedangkan vitamin K2 terdapat dalam bakteri. Sumber yang mengandung vitamin K terdapat pada susu, kuning telur, sayuran segar, dkk
Vitamin K merupakan senyawa penting dalam pembentukan protombin dan protein-protein pembekuan darah lainnya. Disamping itu juga berpartisipasi dalam proses fosforilasi oksidatif dalam metabolisme sel. Bagus untuk mereka yang baru menjalani pembedahan. Vitamin ini membantu membentuk struktur tubuh baru dan menyembuhkan jahitan.
Defisiensi vitamin k akan menjebabkan :
- Hemoragi
- Waktu pembekuan darah panjang
Sekiranya seseorang tidak biasa memakan makanan seperti sayuran dan buah-buah maka ada makanan atau suplemen (makanan tambahan seperti vitamin) yang bisa dikonsumsi, meskipun kandungan vitamin tidak selengkap yang didapat dari makanan biasa, tapi bukan berarti suplemen vitamin tidak diperlukan. Namun perlu kita mengerti bahwa vitamin bukanlah pengganti makanan yang kita makan sehari-hari. Terutama, makanan yang kaya dengan nutrien.
E. Penutup
Vitamin memang sangat diperlukan dalam membangun kesehatan tubuh dan mekanisme dalam tubuh dapat berjalan dengan normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat tubuh manusia dalam jumlah yang sangat cukup, oleh sebab itu harus diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi.
Vitamin sangat dianjurkan bagi kesehatan yang didapatkan pada makanan, sayuran dan buah, sekiranya ada yang tidak mau makan sayur, ikan, dan daging maka suplemen bisa dikonsumsi sesuai aturan dan keperluan tubuh kita
Vitamin juga bagus untuk yang tidak suka minum susu atau apa saja jenis makanan yang bernutrien tinggi. Untuk mendapatkan nutrien yang hilang , perlu makan suplemen vitamin. Pemanfaatan makanan yang mengandung vitamin akan membantu tubuh berfungsi secara normal.
Berbeda pula sekiranya ada yang tidak memanfaatkan makanan yang mengandung vitamin. Kekurangan vitamin tertentu dalam tubuh akan mengakibatkan beberapa gejala penyakit.

Sumber :


http://ms.wikipedia.org/wiki/Vitamin

www.organisasi.org/pengertian_dan_defenisi_vitamin_fungsi

www.warnadunia.com/pengertian_dan_defenisi_vitamin_fungsi

www.hadjeeb.wordpress.com/vitamin

Majalah Al-Ishlah, Edisi : 08.thn.II/09-10/98 Hal.40. Pentingnya vitamin Bagi manusia.


Read More ..

Minggu, 11 Oktober 2009

PROGRAM PENANGGULANGAN BUTA KATARAK PT ADARO INDONESIA

Pada tahun 2003, kenyataan menunjukkan bahwa terjadi backlog atau penumpukan penderita katarak di wilayah KabupatenTabalong, Hulu Sungai Utara (sekarang terbagi dengan kabupaten Balangan), dan Barito Selatan (sekarang juga terbagi dengan Kabupaten Barito Timur). Kabupaten-kabupaten tersebut merupakan wilayah operasional PT Adaro Indonesia.
Backlog itu diantaranya disebabkan oleh masalah ekonomi, keterbatasnya informasi, fasilitas, dan sumber daya pendukungnya seperti tidak adanya dokter spesialis mata. Sebagian besar penderita katarak adalah dari kelompok masyarakat tidak mampu yang pada umumnya menerima kebutaan sebagai sebuah "takdir abadi" yanq tak tersembuhkan. Padahal berdasarkan penelitian, katarak merupakan penyumbang terbesar bagi penyakit kebutaan di masyarakat yang sebetulnya bisa disembuhkan. Itu .adalah soal kemauan, keterbukaan, dan yang utama adalah dana.


Berangkat dari situ, maka dibuatlah kesepakatan bersama (MoU) Program Penanggulangan Buta Katarak antara PT Adaro Indonesia, Yayasan Kemanusiaan Indonesia (YKI), dan Pemerintah Kabupaten Tabalong, H,S U, dan BarseI. Inti kesepakatan ; pertama bahwa Dinas Kesehatan masing-masing bertanggung jawab dalam hal sosialisasi dan penjaringan pasien. Kedua PT Adaro Indonesia bertanggung jawab dalam hal pendanaan seluruh biaya operasi dan pengobatan. Terakhir, sedang YKI Bali adalah konsultan teknis yang diantaranya bertanggung jawab terhadap penyediaan dokter spesialis.
Jumlah penderita yang telah dilayani melalui Program Penanggulangan Buta Katarak pada tahun 2003 sebanyak 623 orang, tahun 2004 sebanyak 816 orang, tahun 2005 ada 494 orang, tahun 2006 sebanyak 601 orang, tahun 2007 sebanyak 533 orang, dan sebanyak 353 orang di tahun 2008, dan pada tahun 2009 hingga bulan April berjumlah 60 orang.
Program ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat. Penderita ka tarak sebagian besarnya adalah mereka yang berusia di atas lima puluh tahun. Banyak para manula penderita katarak yang hidup sendirian dalam kemiskinan mendapatkan kembali semangat hidupnya karena sudah dapat melihat lagi. Di bawah ini ada beberapa kisah penderita yang telah berhasil dilakukakan operasi katarak :
1. Kakek Jenglor, siapa yang tidak kenal dengan beliau ? warga kecamatan paringin kabupaten Balangan Pasti dengan cepat menunjuk orangnya bila ditanya sosok beliau. Meluruskan kembali urat yang terkilir, atau lemas dan terserang panas karena keletihan, beliaulah obat hidup bagi warga sekitar. Keahlian yang didapatkan secara turun temurun itu, membuat sang kakek sering diminta tolong. Dalam sehari, beliaupun sering keluar masuk rumah warga. Kakek Jenglor tidak pernah keberatan dipanggil untuk dimintai jasanya Itu, cerita lalu, Lalu sekali. Sejak katarak menutupi bola matanya, berbagai panggilan tidak lagi mampu dipenuhinya. Pandangannya tampak kabur sekali. Jangankan berjalan jauh, sekedar menatap wajah keluarganyapun tak lagi ia mampu. Bagi pelanggan yang sudi datang masih tetap ia terima, tapi pelanggannya jauh sekali berkurang, sisa tuanyapun banyak bertemankan gelap dan sunyi. Kini beliau bersedia kembali mendatangi rumah pelanggan karena dapat melihat kemabali.
2. Ny. Timah di Desa Masukau Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong misalnya, di masa tua tampa anak dan tingal sendiri di rumah peninggalan mendiang suaminya bukanlah hal yang baik, terlebih jika sedang sakit. Sempat mengalami kebutaan karena katarak, saat itu Ny.Timah merasa sangat terbantu dengan masih adanya keponakan yang menemani di rumah, membantu menjalani hidup sehari-hari. ”Amat sulit tidak dapat melihat !” katanya, jika saya memerlukan sesuatu, kadang saya harus menunggu bantuan Ani keponakan saya” kenangnya. Ibu Timah merasa bersyukur karena ikut serta dalam operasi katarak tahun 2003 beberapa bulan sebelum Ani dipinang dan pergi mengikuti suaminya pindah ke Kalimantan Timur. Kini ibu Timah menjadi sangat produktif dengan berjualan di lokasi sekolah dasar.
3. Tidak jauh dari kediaman ibu Timah ada juga Ny Siah yang kembali giat menyadap pohon karet, walau cuma sebagai tenaga upahan.
4. Ibu Mantan, 76 tahun. Kesenderian, itulah kehidupan sehari-hari Ibu Mantan setelah suaminya, seorang mantan TNI AD meninggal dunia dan putera satu-satunya yang bertugas di Papua dinyatakan hilang dalam tugas dan tidak pernah ditemukan kembali. Tinggal disebuah gubug disamping Perumnas Kalahang, Ibu Mantan menyambung hidupnya dengan cara memelihar beberapa ekor ayam kampung. Enam tahun yang llu hidup yang memang telah sulit menjadi bertambah sulit setelah dirinya kehilangan penglihatan di kedua matanya. Dirinya cukup beruntung karena memiliki tetangga yang sangat baik dan selalu peduli, bahkan membrinya makanan sehingga beliau dapat bertahan hidup. ”Aku masih bagaduh hayam, walau rancak rabah taranjah kandang atau tihang” (Aku masih memelihara ayam walaupun sering jatuh, menabrak pagar tau tiang) ujar Ibu Mantan. Ibu Manta mengikuti operasi katarak gratis sebanyakk dua kali pada tanggal 29 Desember 2004 dan 9 Juni 2005 keduanya diadakan di Puskesmas Hikun, Kecamatan Tangjung. Kini, tak kalah hebatnya tanpa harus menabrak- nabrak lagi - kini sudah memiliki banyak ternak ayam dan itik di sekeliling rumah.
Banyak contoh lain yang dapat disampaikan di sini. Akan tetapi pada dasarnya, jika anda miskin, buta, apalagi sendirian , maka kadang hanya ada dua narapan yang tersisa, segera pergi meninggalkan kehidupan fana ini, atau sebuah miracle berupa uluran tangan yang membantu kearah kesembuhan. Ketika seseorang pernah merasakan gelapnya kehidupan, sungguh, terang adalah nikmat yang tak dapat dilukiskan indahnya. Mengenang kenikmatan dalam kepahitan, tanpa ketabahan hanyalah beban derita yang berat. Doa mereka yang ada di wilayah operasional PT Adaro Indonesia, membuat Allah Swt membuka jalan lain. Program katarakpun kini mampu membebaskan lebih dari 3.100 penderitaf. Mereka sebanyak itu kini mampu melihat kembali. Kalimat syukurpun kian kuat dihembuskan. Tidak hanya oleh kakek Jenglor, tapi bagi lainnya pula.
Katarak bagi kakek Jenglor dan sebagain besar kalangan sepuh adalah yang banyak merampas sisa kehidupan mereka. Aktivitas mereka menjadi amat tersandera. Pada akhirnya kenikmatan sisa tua yang sudah banyak berkurang kian membelenggu penderita katarak, tidak hanya bagi kakek Jenglor.namun juga ribuan penderita lainnya.



Sumber :

1. Program Penanggulangan Buta katarak, Menebar Kasih, Menggapai Asa, Risman/Fajerianur, Buletim Envirocoal Edisi XIII Tahun 2009, PT.Adaro Indonesia.
2. Indahnya Terang, “Tidak Semua Orang Prnah Melihat Indahnya Pelangi”,Greg n Trees, PT Adaro Indonesia

Read More ..