Minggu, 29 November 2009

Kegiatan Operasi Katarak Gratis oleh PT.Adaro Indonesia

Katarak merupakan suatu keadaan kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan penglihatan (tajam penglihatan) menjadi kabur atau berkurang dan bahkan menyebabkan kebutaan. Katarak ini disebabkan oleh faktor degeneratif yang akan terjadi seiring bertambahnya usia. Namun faktor penyakit lain seperti glokuma, kencing manis (diabetes melitus) juga berperan terhadap terjadinya katarak.

Upaya yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi kebutaan karena katarak adalah tindakan operatif yang dilakukan oleh doktes spesialis mata. Untuk itu PT.Adaro Indonesia dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) bidang kesehatan di bawah Community Development bekerjasama dengan pemerintah daerah Kab.Hulu Sungai Utara, Kab.Balangan, Kab.Tabalong mengadakan operasi katarak gratis. Operasi Katarak Gratis ini adalah sebagai program unggulan yang dilakukan bagi masyarakat kurang mampu. Kegiatan operasi katarak dilakukan di Mobil Klinik Mata dan Operasi katarak yang telah dimodifikasi untuk kemudahan mobilisasi di setiap daerah-daerah yang sulit dijangkau. Adapun kriteria penderita yang akan di operasi katarak :
1. Keluarga tidak mampu termasuk keluarga miskin.
2. Telah dilakukan sekrening dengan tajam penglihatan < 6/60.
3. Secara medis layak untuk dilakukan operasi katarak.
4. Penderita dan keluarga setuju untuk di operasi dengan menandatangani informed consent.

Operasi katarak gratis tersebut terus berjalan mulai mei 2003 sampai sekarang dengan jumlah penderita yang telah di operasi lebih dari 3.500 orang dan pada tanggal 29 Nopember 2009 telah dioperasi 11 penderita bertempat di Puskesmas Sei Karias Kec.Amuntai Tengah dengan perincian penderita dari Kec.Amuntai Selatan 5 orang, Kec.Amuntai Tengah 3 orang dan Kec.Sei Tabukan 3 orang.

Dengan adanya kegiatan operasi katarak dari PT.Adaro Indonesia diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka kebutaan karena katarak di wilayah operasional perusahaan yang meliputi Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah.

Read More ..

Jumat, 27 November 2009

ABSES HATI

Pendahuluan
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta Reference Library, 2004)
Abscess adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang tidak akibat kerusakan jaringan, Hepar adalah hati (Dorland, 1996).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran empedu. (Robins, et al, 2002).
Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal
Abses hati dahulu lebih banyak terjadi melalui infeksi porta, terutama pada anak muda, sekunder pada peradangan appendicitis, tetapi sekarang abses piogenik sering terjadi sekunder terhadap obstruksi dan infeksi saluran empedu.



Anatomi dan Fisiologi
Hepar merupakan organ berbentuk biji dalam tubuh kita dengan berat 1,5 kg pada orang dewasa. Letaknya, terdapat pada bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi tulang iga.
Hepar terbagi atas dua lapisan utama; pertama, permukaan atas berbentuk tembung, terletak di bawah diafragma, kedua, permukaan bawah tidak rata dan memperhatikan lekukan fisura transfersus. Fisura longitudional memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi empat belahan; lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus.
Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu; Arteri hepatica dan Vena porta. Vena hepatica, keluar dari aorta dan memberikan 1/5 darah dalam hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95-100 % masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler Vena, akhirnya keluar sebagai Vena hepatica. Vena porta terbentuk dari lienalis dan Vena mesentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus.
Hati dapat dianggap sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat, menyimpan, mengubah dan mengekskresikan sejumlah besar substansi yang terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaan fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari traktus gastrointestinal; kemudian hati akan menyimpan atau mentransformasikan semua nutrient ini menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk keperluan metabolik. Hati merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan metabolisme glukosa dan protein. Hati membuat dan mengekresikan empedu yang memegang peran uatama dalam proses pencernaan serta penyerapan lemak dalam tractus gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah produk dari dalam aliran darah dan mensekresikannya ke dalam empedu.
Fungsi metabolic hati terdiri dari; mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannnya sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan. Kedua; mengeluarkan zat buangan dan bahan racun untuk diekresikan dalam empedu dan urin. Ketiga; menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen. Keempat; sekresi empedu garam empedu dibuat di hati di bentuk dalam system retikula endothelium dialirkan ke empedu. Kelima; pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin. Keenam; menyimpan lemak untuk pemecahan berakhir asam karbonat dan air. Selain itu hati juga berfungsi sebagai penyimpan dan penyebaran berbagai bahan, termasuk glikogen, lemak, vitamin, dan besi, vitamin A dan D yang dapat larut dalam lemak disimpan di dalam hati. Hati juga membantu mempertahankan suhu tubuh secara luasnya organ ini dan banyaknya kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir melalui organ ini sehingga menaikkan suhu tubuh.

Etiologi
Bakteri ini bisa sampai ke hati melelui: 1) kandung kemih yang terinfeksi. 2) Luka tusuk atau luka tembus. 3) Infeksi didalam perut., dan 4) Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah. Gejalanya berkurangnya nafsu makan, mual dan demam serta bisa terjadi nyeri perut. (Schoonmaker, D., 2003).
Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu abses hati amebik (AHA) dan abses hati pyogenik (AHP). AHA merupakan komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang sering dijumpai di daerah tropik/ subtropik, termasuk indonesia. Abses hepar pyogenik (AHP) dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess. (Aru, W. S., 2002)
Pada era pre-antibotik, AHP terjadi akibat komplikasi appendisitis bersamaan dengan pylephlebitis. Bakteri phatogen melalui arteri hepatika atau melalui sirkulasi vena portal masuk ke dalam hati, sehingga terjadi bakteremia sistemik, ataupun menyebabkan komplikasi infeksi intra abnominal seperti divertikulitis, peritonitis dan infeksi post operasi. (Robins, et al, 2002).
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang terbanyak adalah E. coli


Patofisiologi

Pengaruh abses hepar terhadap kebutuhan manusia. Bruner dan Suddarth, 2000)

1. Amuba yang masuk menyebabkan peradangan hepar sehingga mengakibatkan infeksi
2. Kerusakan jaringan hepar menimbulkan perasaan nyeri
3. Infeksi pada hepar menimbulkan rasa nyeri sehingga mengalami gangguan tidur atas pola tidur.
4. Abses menyebabkan metabolisme dihati menurun sehingga menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
5. Metabolisme nutrisi di hati menurun menyebabkan produksi energi menurun sehingga dapat terjadi intoleransi aktifitas fisikManifestasi klinis
Keluhan awal: demam/menggigil, nyeri abdomen, anokresia/malaise, mual/muntah, penurunan berat badan, keringan malam, diare, demam (T > 38), hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian. (Cameron 1997)

Komplikasi
Komplikasi yang paling sering adalah berupa rupture abses sebesar 5 – 15,6%, perforasi abses keberbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru, pericardium, usus, intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang dapat terjadi superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase.(Menurut Julius, Ilmu penyakit dalam, jilid I, 1998.
Saat dignosis ditegakan, menggambarkan keadaan penyakit yang berat, seperti septikaemia/bakteriemia dengan mortalitas 85%, ruptur abses hati disertai peritonitis generalisata dengan mortalitas 6-7% kelainan plueropulmonal, gagal; hati, kelainan didalam rongga abses, henobilia, empiema, fisistula hepatobronkial, ruptur kedalam perikard atau retroperitoneum. Sistem plueropulmonum merupakan sistem tersering terkena. Secara khusus, kasus tersebut berasal dari lesi yang terletak di lobus kanan hepar. Abses menembus diagfragma dan akan timbul efusi pleura, empyema abses pulmonum atau pneumonia. Fistula bronkopleura, biliopleura dan biliobronkial juga dapat timbul dari reptur abses amuba. Pasien-pasien dengan fistula ini akan menunjukan ludah yang berwarna kecoklatan yang berisi amuba yang ada. (Adams, E. B., 2006).
Pembesaran limpa merupakan temuan patologi yang umum dan penting. Pembesaran pada pulpa merah terjadi karena adanya peningkatan jumlah sel-sel fagosit dan atau peningkatan jumlah sel darah. Pada infeksi yang bersifat kronis, hiperplasia jaringan limfoid dapat ditemukan. splenomegali karena abses hati bisa dimungkinkan oleh :
1. Infeksi
Pada kasus infeksi bakterial yang bersifat akut, ukuran limpa sedikit membesar. Pembesaran terjadi akibat peradangan yang menyebabkan peningkatan infiltrasi sel-sel fagosit dan sel-sel neutrofil. Jaringan atau sel-sel yang mati akan dicerna oleh enzim, sehingga konsistensi menjadi lembek, apabila disayat mengeluarkan cairan berwarna merah, bidang sayatan menunjukkan warna merah merata. Permukaan limpa masih lembut dan terlihat keriput. Peradangan dapat meluas sampai dengan kapsula limpa yang disebut sebagai perisplenitis dengan atau tanpa disertai abses.
Pada infeksi kronis non-pyogenik, pembesaran yang terjadi melebihi ukuran limpa pada infeksi akut. Konsistensi mengeras, bidang sayatan memperlihatkan adanya lymphoid aggregates, pulpa merah banyak mengandung sel-sel fagosit yang didominasi oleh sel plasma.
2. Gangguan Sirkulasi
Gangguan sirkulasi dapat menyebabkan kongesti buluh darah pada limpa. Keadaan kongesti limpa ini dapat disebabkan oleh 2 kondisi utama, yaitu gagal jantung kongestif (CHF/Congestive Heart Failure) dan sirosis hati (Hepatic Cirrhosis). Kondisi gagal jantung (dilatasi) menyebabkan kongesti umum/sistemik buluh darah balik, terutama vena porta hepatika dan vena splenik. Keadaan ini mengakibatkan tekanan hidrostatik vena meningkat dan mengakibatkan terjadinya pembesaran limpa. Pada kondisi sirosis hati, aliran darah pada vena porta mengalami obstruksi, karena terjadi fibrosis hati. Keadaan seperti ini menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik vena porta dan vena splenik, sehingga menyebabkan pembesaran limpa. Pembesaran limpa yang diakibatkan oleh sirosis hati ini dapat disertai penebalan lokal pada kapsula. Adanya abses hati khussunya yang terdapat pada vena porta juga memungkinkan obstruksi.


Patogenesis

Hati adalah organ yang paling sering terjadinya abses. Abses hati dapat berbentuk soliter atau multipel. Hal ini dapat terjadi dari penyebaran hematogen maupun secara langsung dari tempat terjadinya infeksi di dalam rongga peritoneum. Hati menerima darah secara sistemik maupun melalui sirkulasi vena portal, hal ini memungkinkan terinfeksinya hati oleh bakteri tersebut. (Aronen, H. J., 2006

Manifestasi klinis

Manifestasi sistemik AHP lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klisik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya.( Herrero, M., 2005).
Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila AHP letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional,( Tukeva, T. A. et al, 2005)

Diagnosis

Penegakan diagnosis dapat ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, serta pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan fisikHepatomegali terdapat pada semua penderita, yang teraba sebesar tiga jari sampai enam jari arcus-costarum. (Molander, P., 2002)

Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium yang di periksa adalah darah rutin termasuk kadar Hb darah, jumlah leukosit darah, kecepatan endap darah dan percobaan fungsi hati, termasuk kadar bilirubin total, total protein dan kadar albumin dan glubulim dalam darah. (Kanal E. P. et al, 2003)

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri, anemia, peningkatan laju endap darah, peningkatan alkalin fosfatase, peningkatan enzim transaminase dan serum bilirubin, berkurangnya kadar albumin serum dan waktu protrombin yang memanjang menunjukan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP. (Dalinka, M. K. et al, 2007).

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara konvensional adalah dengan drainase terbuka secara operasi dan antibiotik spektrum luas oleh karena bakteri penyebab abses terdapat didalam cairan abses yang sulit dijangkau dengan antibiotik tunggal tanpa aspirasi cairan abses. Penatalaksanaan saat ini, adalah dengan menggunakan drainase perkunancus abses intra abdominal dengan tuntunan abdomen ultrasound atau tomografi komputer, komplikasi yang bisa terjadi adalah perdarahan, perforasi organ intra abdominal, infeksi, ataupun terjadi kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase. (Palfreyman, J. M., 2003)

Prognosis

Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan pengobatan, jika hasil kultur darah yang memperlihatkan penyebab becterial organisme multiple, tidak dilakukan drainase terhadap abses, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya penyakit lain. (Bloom, B. J., 2007).
Peningkatan umur, manifestasi yang lambat, dan komplikasi seperti reptur intraperikardi atau komplikasi pulmonum meningkatkan tiga kali angka kematian. Hiperbilirubinemia juga termasuk faktor resiko, dengan reptur timbul lebih sering pada pasien-pasien yang juendice. (Edelman, R. R., 2002).

Kesimpulan

Abses hati merupakan infeksi pada hati yang di sebabkan bakteri, jumur, maupun nekbrosis steril yang dapat masuk melalui kandung kemih yang terinfeksi, infeksi dalam perut, dsb. Adapun gejala-gejala yang sering timbul diantaranya demam tinggi, nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dll. Dan pada umumnya diagnosis yang di pakai sama seperti penyakit lain yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan laboratorium. Secara konvensional penatalaksanaan dapat dilakukan dengan drainase terbuka secara operasi dan antibiotik spektrum luas.


Sumber :
www.info-medis.blogspot.com/2008/11/abs...
www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27a
www.netral-collection-knomledge.blogspot...
www.indovet.wordpress.com/2009/10/30/pe...


Read More ..

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

By : HIRYADI


PENGERTIAN
• SISTEM ; Suatu kesatuan atau tatanan yg terdiri dr kumpulan eleme-elemen yg saling berinteraksi & saling bergantung dg yg lain & scr bersama-sama bergerak untuk mencapai tujuan.
• Unsur sistem : input, process, output, impact, feed back, environment.

• Sistem yg terdiri dr berbagai elemen yg dikenal dg sub sistem, dapat pula membentuk suatu sistem baru & dipandang sbg sistem lagi.

• PELAYANAN : Kegiatan dinamis brp membantu menyiapkan, menyediakan & memproses serta membantu keperluan orang lain (Soetanto,2003).

• PELAYANAN KESEHATAN : Upaya yg diselenggarakan sendiri atau scr bersama-sama dlm suatu organisasi untuk memelihara & meningkatkan kesehatan, mencegah & menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, klg, klp, & ataupun masy. (Lovey & Loomba)

• SISTEM KESEHATAN : suatu kesatuan dari serangkaian usaha teratur yg terdiri atas berbagai komponen guna mencapai suatu tujuan derajat kesehatan yg optimal bagi masyarakat.
SISTEM KESEHATAN
NASIONAL (SKN)
• SKN : Suatu tatanan yg menghimpun berbagai upaya bangsa indonesia scr terpadu & saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yg setinggi-tingginya sbg perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dlm UUD 45.
Sub Sistem SKN
• Sub sistem Upaya Kesehatan
• Sub sistem Pembiayaan Kesehatan
• Sub sistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
• Sub sistem Farmasi, Alkes,Makanan & Minuman
• Sub sistem Manajemen & Informasi Kesehatan
• Sub sistem Pemberdayaan Masyarakat



UPAYA KESEHATAN
• 2 UNSUR UTAMA :
• UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
• UPAYA KESEHATAN PERORANGAN
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)
• UKM : setiap kegiatan oleh pemerintah dan atau masy, dunia usaha, untuk memelihara & meningkatkan kes., mencegah & menanggulangi timbulnya masalah kes di masy.

• UKM mencakup : promosi kes, pemberantasan penyk. Menular, pengendalian penykt. Tdk menular, penyehatan lingk & penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masy, pengamanan penggunaan zat adiktif dlm makanan & minuman, pengamanan narkotika, psikotropika,zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana & bantuan kemanusian

UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP)
• UKP : setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau masy, dunia usaha untuk menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
• Meliputi : promosi kes, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, rawat inap, pembatasan kecacatan & pemulihan yg ditujukan thd perorangan.

PRINSIP UPAYA KESEHATAN
• UKM terutama diselenggarakan oleh pemerintah dg peran aktif masy. & swasta.
• UKP diselenggarakan baik oleh pemerintah, maupun masy & dunia usaha.
• Bersifat menyeluruh,terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, profesional & bermutu
• Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta harus memperhatikan fungsi sosial

• Penyelenggaraan upaya kesehatan termasuk pengobatan tradisional & alternatif, harus tdk bertentangan dg kaidah ilmiah.
• Penyelengaraan upaya kesehatan hrs sesuai dg nilai & norma sosial budaya serta moral & etika profesi.

TINGKATAN / STRATA UKP
• UKP STRATA PERTAMA :
• UKP tingkat dasar yg mendayagunakan ilmu penget & teknologi kes dasar yg ditujukan kpd perorangan.
• Penyelenggara ; pemerintah, masy & swasta
• Diwujudkan dlm bentuk yan profesional : puskesmas, praktik perawat, bidan, dokter, balai pengobatan, rumah bersalin.
• Layanan penunjang ; apotek, toko obat. Lab klinik,optik.

• UKP STRATA KEDUA ;
• UKP tingkat dasar yg mendayagunakan ilmu penget & teknologi kes Spesialistik yg ditujukan kpd perorangan.
• Penyelenggara ; pemerintah, masy & swasta
• Diwujudkan dlm bentuk yan profesional : RS kelas C & B non pendidikan milik pemerintah & swasta, prakrik dokter spesialis.
• Layanan penunjang ; apotek, toko obat. Lab klinik,optik.


• UKP STRATA KETIGA :
• UKP tingkat dasar yg mendayagunakan ilmu penget & teknologi kes Subspesialistik yg ditujukan kpd perorangan.
• Penyelenggara ; pemerintah, masy & swasta
• Diwujudkan dlm bentuk yan profesional : praktik dokter spesialis konsultan, RS kelas B pendidikan & kelas A.
• Layanan penunjang ; apotek, toko obat. Lab klinik,optik.

RUMAH SAKIT
• American Hospital association mendefinisikan Rumah Sakit sbg suatu organisasi yg melalui tenaga medis profesional yg terorganisir serta sarana kedokteran yg permanen menyelenggarakan pelayan kedokteran, asuhan keperawatan yg berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yg diderita oleh pasien.

FUNGSI RUMAH SAKIT
• Menyediakan & menyelenggarakan :
• Pelayanan medik
• Pelayanan penunjang medik
• Pelayanan rehabilitatif
• Pencegahan & peningkatan kesehatan
• Sgb tempat pendidikan & pelatihan tenaga medik.

JENIS RS
• Jenis pelayanannya : RS Umum, RS Khusus (RS Jiwa, RS Mata, RS Jantung, dll)
• pengelola/pemilik : RS vertikal (milik depkes) RS Daerah (provinsi & kabupaten), RS TNI & Polri, RS Departemen lain/BUMN, RS swasta
• Kemampuan pelayanan : RS kelas D,C,B dan A

PUSKESMAS
• Puskesmas adl unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelengarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja


TUJUAN
• Meningkatkan kesadaran, kemauan & kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yg bertempat tinggal di wil kerja puskesmas, agar terwujud derakat kesehatan yg setinggi-tingginya.

FUNGSI
• PUSAT PENGGERAK PEMBANGUNAN BERWAWASAN KESEHATAN
• PUSAT PEMBERDAYAAN MASY.
• PUSAT PELAYANAN KESEHATAN STRATA PERTAMA

PUSAT PENGGERAK PEMBGN BERWAWASAN KES.
• Agar semua bidang pembangunan di wil kerja puskesmas sll mempertimbangkan aspek kes.
• Melakukan analisa mengenai dampak kesehatan (AMDAK)
• Pendidikan
• Pertanian
• Industri,dll

PUSAT PEMBERDAYAAN MASY
• Dilakukan dg cara;
• Memotivasi, memfasilitasi, menggali partisipasi aktif masy. Di bid. Kes., ditandai dg munculnya upaya kes. Berbasis masy. (UKBM) spt posyandu, polindes.

PUSAT YAN KES STRATA PERTAMA
• Menyelenggarakan yankes scr bermutu, terjangkau, adil dan merata.
• Upaya pelayanan kesehatan perorangan (Private goods), pendekatan kuratif & rehabilitatif
• Upaya pelayanan kesehatan masyarakat (Public Goods), pendekatan promotif & preventif
Puskesmas Pembantu
• Unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam rung lingkup wilayah yang lebih kecil
Puskesmas Keliling
• Unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasiserta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.
• Memberi pelayanan kesehatan daerah terpencil
• Melakukan penyelidikan KLB
• Transport rujukan pasien
• Penyuluhan kesehatan dengan audiovisual

Bidan desa
• Bagi desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab kepada kepala puskesmas.
• Wilayah kerjanya dengan jumlah penduduk 3.000 orang
• Tugas utama bidan desa
• Membina PSM
• Memberikan pelayanan
• Menerima rujukan dari masyarakat

MUTU PELAYANAN
• Baik tidaknya sebuah pelayanan
• Ukuran mutu pelayanan ;
• Proses yan dilaksanakan sesuai prosedur yan yg standar
• Petugas yan memiliki kompetensi yg diperlukan
• Pelaksanaan yan di dukung teknologi, sarana & prasarana memada
• Yan dilaksanakan tdk bertentangan dg kode etik
• Pelaksanaan yan dapat memuaskan pelanggan
• Pelaksanaan yan dpt memuaskan petugas pelayanan
• Pelaksanaan yan mendapatkan keuntungan bg lembaga penyedia yan.

SISTEM RUJUKAN
• Yaitu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yg melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik thd suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dlm arti dari unit yg berkemampuan kurang kpd unit yg lebih mampu, atau scr horizontal dlm arti antar unit-unit yg setingkat kemampuannya.

JENIS RUJUKAN

RUJUKAN KESEHATAN
• Rujukan kes untuk pelayanan kes masy.
• Dikaitkan dg upaya pencegahan penyakit & peningkatan derajat kesehatan
• Macam ; rujukan teknologi, sarana dan operasional

RUJUKAN MEDIK
• Untuk yan medik / kedokteran
• Upaya penyembuhan penyakit
• Macam : rujukan penderita, pengetahuan, bahan pemeriksaan / laboratorium





Read More ..

Minggu, 22 November 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN NEOPLASMA GI

I. Konsep Dasar Medis
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung-J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara otomatis lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrum pilorikum atau pilorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah rufluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjasinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.
Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat mengalami stenosis (penyempitan pilorus yang menyumbat) sebagai komplikasi dari penyakit tukak lambung. Abnormalitas sfingter pilorus dapat pula terjadi pada bayi. Stenosis pilorus atau pilorospasme terjadi bila serat-serat otot di sekelilingnya mengalami hipertrofi atau spasme sehingga sfingter gagal berelaksasi untuk mengalirkan makanan dari lambung ke dalam duodenum. Bayi akan memuntahkan makanan tersebut dan tidak mencerna serta menyerapnya. Keadaan ini mungkin dapat diperbaiki melalui operasi atau pemberian obat-obatan adrenerfik yang menyebabkan relaksasi serat-serat otot.
Lambung terdiri dari empat lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum dan terus memanjang ke arah hati, membentuk omentum minus. Lipatan peritonium yang keluar dari satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai ligamentum. Jadi omentum minor (dikenal juga dengan nama ligamentum hepatogastrikum atau hepatoduodenalis) menyokong lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati. Pada kurvatura mayor, peritonium terus ke bawah membentuk omentum mayus, yang menutupi usus halus dari depan seperti apron besar. Sakus omentum minus adalah tempat yang sering terjadi penimbunan cairan (pseudokista pancreatikum) akibat komplikasi pancreatitis akut.
Tidak seperti daerah saluran cerna lain, bagian muskularis tersusun dari tiga lapis dan bukan dua lapis otot polos: lapisan longitudinal di bagian luar, lapisan sirkuler di tengah, dan lapisan oblik di bagian dalam. Susunan serat otot yang unik ini memungkin berbagai macam kombinasi kontraksi yang diperlukan untuk memecahkan makanan menjadi partikel-partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung, dan mendorongnya ke arah duodenum.
Submukosa terdiri dari jaringan areolar jarang yang menghubungkan lapisan mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan peristaltik. Lapisan ini juga mengandung pleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe.
Mukosa, lapisan dalam lambung, tersusun dari lipatan-lipatan longitudinal yang disebut rugae. Dengan adanya lipatan-lipatan ini lambung dapat berdistensi sewaktu diisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan menurut bagian anatomi lambung yang ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenjar mukus atau gastrik terletak di fundus dan hampir pada seluruh korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tiga tipe utama sel. Sel-sel zimogenik atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsk diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor intrinsik akan mengakibatkan pernisiosa. Sel-sel mukus (leher) di temukan di leher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus. Hormon gastrik diproduksi oleh sel G yang terletak pada daerah pilorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen. Substansi lain yang disekresikan oleh lambung adalah enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium dan klorida.
Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mencabang ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang anatomi ini sangat penting, karena vagotomi selektif merupakan tindakan primer yang penting dalam mengobati tukak duodenum.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splangnikus major dan ganglia seliakum. Serabut-serabut aferen mengantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan, kontraksi otot dan peradangan, dan dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut eferen simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesenterikus (Auerbach) dan submukosa (Meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan mengkoordinasi aktifitas motorik dan sekresi mukosa lambung.
Seluruh suplai di lambung dan pancreas (serta hati, empedu, dan limpa) terutama berasal dari arteri seliaka atau trunkus seliakus, yang mempercabangkan cabang-cabang yang mensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang penting dalam klinis adalah arteria gastroduodenalis dan arteria pancreatikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum, serta yang berasal dari pancreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan ke hati melalui vena porta.



2. Fisiologi
Fungsi motorik dan pencernaan lambung meliputi:
a) Fungsi motorik
1) Fungsi reservoir
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos; diperantarai oleh saraf saraf vagus dan dirangsang oleh gastrin.
2) Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kotraksi otot yang mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur oleh suatu irama listrik intrinsik dasar.
3) Fungsi pengosongan lambung
Diatur oleh pembukaan sfingter pilorus dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktifitas osmotik, keadaan fisik, serta oleh emosi, obat-obatan, dan kerja. Pengosongan lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal.

b) Fungsi pencernaan dan fungsi sekresi
1) Pencernaan protein
Pencernaan protein oleh pepsin dan HCI dimulai di sini; pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil peranannya.
2) Sintesis dan pelepasan gastrin
Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum, dan rangsangan vagus.
3) Sekresi faktor intrinsic
Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.
4) Sekresi mucus
Membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.

Fungsi motorik terdiri atas penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan kimus (makanan yang bercampur dengan sekret lambung) ke dalam duodenum. Pengertian tentang regulasi dan pengawasan sekresi lambung penting untuk mengetahui patogenesis dan pengobatan tukak lambung secara rasional.
Pengaturan Sekresi Lambung
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik dan intestinal. Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan masuk lambung, yaitu sebagai akibat melihat, mencium, memikir, atau mengecap makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya oleh saraf vagus dan dihilangkan vagotomi. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan. Impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hasilnya, kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCI, pepsinogen dan menambah mukus.Fase sefalik menghasilkan sekitar 10 % dari sekresi lambung normal yang berhubungan dengan makanan.
Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus. Distensi yang terjadi pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls tersebut berjalan menuju medula melalui aferen vagus dan kembali ke lambung melalui eferen vagus; impuls-impuls ini merangsang pelepasan hormon gastrin dan secara langsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawa oleh aliran darah menuju kelenjar lambung, untuk merangsang sekresi. Pelepasan gastrin juga dirangsang oleh PH alkali, garam empedu di antrum, dan terutama oleh protein makanan dan alkohol. Gastrin adalah stimulus utama sekresi asam hidroklorida.
Fase sekresi gastrik menghasilkan lebih dari dua pertiga sekresi lambung total setelah makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari total sekresi lambung harian yang berjumlah sekitar 2.000 ml. Fase gastrik dapat terpengaruh pada reseksi bedah antrum pilorus, sebab di tempat inilah gastrin diproduksi.
Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Fase sekresi lambung ini diduga sebagian besar bersifat hormonal. Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus, suatu hormon yang menyebabkan hormon terus-menerus mensekresikan cairan lambung. Tetapi, peranan usus kecil sebagai penghambat sekresi lambung jauh lebih besar.
Distensi usus halus menimbulkan ferleks entrogastrik, diperantarai oleh pleksus mienterikus, saraf simpatis dan vagus, yang menghambat sekresi dan pengosongan lambung. Adanya asam (pH kurang dari 2,5), lemak dan hasil-hasil pemecahan protein menyebabkan pengeluaran beberapa hormon usus. Sekretin, klesitokinin (CCK, cholecytokinin), dan peptida penghambat gastrik (GIP), semuanya memiliki efek inhibisi terhadap sekresi lambung.
Selama periode interdigestif (antar dua waktu pencernaan) sewaktu pencernaan tidak terjadi dalam usus, sekresi asam klorida terus berlangsung dengan kecepatan lambat yaitu 1 sampai 5 mEq/jam. Ini disebut pengeluaran asam basal (BAO, basal acid output) dan dapat diukur dengan pemeriksaan sekresi cairan lambung selama puasa 12 jam sekresi lambung normal selama periode ini terutama terdiri mukus dan hanya sedikit pepsin dan asam. Tetapi, rangsang emosional kuat, dapat meningkatkan BAO melalui saraf parasimpatis (vagus) dan diduga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tukak lambung.
B. Definisi
1. Karsinoma gaster merupakan tumor ganas lambung yang paling banyak tergolong adenokarsinoma. (Soeparman & Sarwono Waspadji, 1990).
2. Karsinoma gaster merupakan bentuk neoplasma gastrointestinal yang paling sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,4 % kematian akibat kanker. (Price & Wilson, 1995).
3. Karsinoma gaster adalah gangguan sel gaster yang dalam waktu lama terjadi mutasi sel gaster. (Sjamsuhidajat & Wim De Jong, 1997).
4. Karsinoma gaster merupakan mutasi sel gaster yang kebanyakan menyerang antrum gaster dan merupakan kanker adenokarsinoma. (Baughmen & JoAnn, 2000).
5. Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.
(Patologi, dr. Achmad Tjarta,2002).
6. Karsinoma Gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada Gaster. (R. Simadibrata,2000)

C. Etiologi
Penyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun para penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan merupakan faktor penting dalam kejadian karsinoma Gaster. Makanan tersebut seperti :
1. Gastritis kronis.
2. Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).
3. Herediter.
4. Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar atau diasapkan.
5. Sering makan makanan yang terlalu pedas.
6. Kurang makanan yang mengandung serat.
7. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko-karsinogenik

D. Patofisiologi.
Karsinoma gaster merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6 % dari semua kematian akibat kanker. Laki-laki lebih sering terserang dan sebagian besar kasus timbul setelah usia 40 tahun.
Penyebab kanker lambung tidak diketahui tetapi dikenal faktor-faktor predisposisi tertentu. Faktor genetik memegang peranan penting, dibuktikan karsinoma lambung lebih sering terjadi pada orang dengan golongan darah A. Selain itu faktor ulkus gastrikum adalah salah satu faktor pencetus terjadinya karsinoma gaster.
Pada stadium awal, karsinoma gaster sering tanpa gejala karena lambung masih dapat berfungsi normal. Gejala biasanya timbul setelah massa tumor cukup membesar sehingga bisa menimbulkan gangguan anoreksia, dan gangguan penyerapan nutrisi di usus sehingga berpengaruh pada penurunan berat badan yang akhirnya menyebabkan kelemahan dan gangguan nutrisi. Bila kerja usus dalam menyerap nutrisi makanan terganggu maka akan berpengaruh pada zat besi yang akan mengalami penurunan yang akhirnya menimbulkan anemia dan hal inilah yang menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan penurunan pemenuhan kebutuhan oksigen di otak sehingga efek pusing sering terjadi.
Pada stadium lanjut bila sudah metastase ke hepar bisa mengakibatkan hepatomegali. Tumor yang sudah membesar akan menghimpit atau menekan saraf sekitar gaster sehingga impuls saraf akan terganggu, hal ini lah yang menyebabkan nyeri tekan epigastrik.
Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, teraba massa pada rektum, dan kelenjar limfe supraklavikuler kiri (Limfonodi Virchow) yang membesar menunjukkan penyakit yang lanjut dan sudah menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktiva harus dicurigai adanya penyebaran di porta hepatik.
Kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untk tujuan kuratif memberikan angka ketahanan hidup 5 tahun sampai 50 %. Bila telah ada metastasis ke kelenjar limfe angka tersebut menurun menjadi 10 %. Kemoterapi diberikan untuk kasus yang tidak dapat direseksi atau dioperasi tidak radikal. Kombinai sitostatik memberikan perbaikan 30-40% untuk 2-4 bulan.
Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk tujuan kuratif dilakukan operasi radikal yaitu gastrektomi (subtotal atau total) dengan mengangkat kelejar limfa regional dan organ lain yang terkena. Sedangkan untuk tujuan paliatif hanya dilakukan pengangkatan tumor yang perforasi atau berdarah. (Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 1997)

E. Tanda dan Gejla.
Tanda dan gejala karsinoma kolo-rektal tergantung dari lokasi dan besarnya tumor :
1. Nyeri
2. Penurunan Berat badan.
3. Muntah
4. Anoreksia.
5. Disfagia.
6. Nausea.
7. Kelemahan.
8. Hematemasis.
9. Regurgitasi.
10. Mudah kenyang.
11. Asites ( perut membesar).
12. Keram abdomen
13. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
14. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.





F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan fisis.
Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan jika telah terjadi metastasis ke hati, teraba hati yang iregular, dan kadang-kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
2. Radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda dengan berbagai posisi seperti telentang. Tengkurap, oblik yang disertai dengan komprsi.
3. Gastroskopi dan Biopsi.
Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk melihat adanya tumor gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1969) dengan biopsi ditemukan 94 % pasien dengan tumor ganas gaster sedangkan dengan sitologi lavse hanya didapatkan 50 %.
4. Pemeriksaan darah pada tinja.
Pada tumor ganas sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood), untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.
5. Sitologi.
Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan tumor ganas lambung dengan hasil 80 – 90 %. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi dengan pemeriksaan gastroskopi dan biopsi.

G. Komplikasi
1. Perforasi.
Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.
2. Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas lambung sehingga dapat menimbulkan anemia.
3. Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai keluhan muntah-muntah.
4. Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut.

H. Penatalaksanaan.
1. Bedah.
jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahan sudah dapat dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reaksi kuratif akan berhsil bila tidak ada tanda metastasis di tempat lain, tidak ada sisa Ca pada irisan lambung, reseksi cairan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limfa secukupnya.
2. Radiasi.
Pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.
3. Kemoterapi.
Pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau kombinsi kemoterapi. Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, mitonisin C, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan hasil 18 – 30 %.

I. Klasifikasi
Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).
Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
1. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
























II. Konsep Dasar Keperawatan.
A. Pengkajian.
1. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan.
a. Apakah ada riwayat kanker pada keluarga.
b. Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan.
c. Lingkungan tempat tinggal klien.
d. Tingkatpengetahuan dan kepedulian pasien.
e. Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok, alkohol, obat-obatan, polusi, lingkungan, ventilasi.
2. Nutrisi metabolic.
a. Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari.
b. Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi.
c. Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
d. Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus.
e. Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin).
f. Adanya makanan tambahan.
g. Napsu makan berlebih/kurang.
h. Kebersihan makanan yang dikonsumsi.
3. Eliminasi
a. Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah pengontrolan.
b. Adanya mencret bercampur darah
c. Adanya Diare dan konstipasi.
d. Warna feses, bentuk feses, dan bau.
e. Adanya nyeri waktu BAB
4. Aktivitas dan latihan
a. Kebiasaan aktivitas sehari hari.
b. Kebiasaan olah raga.
c. Rasa sakit saat melakukan aktivitas.
5. Tidur dan istirahat
a. Adanya gejala susah tidur/insomnia.
b. Kebiasaan tidur per 24 jam
6. Persepsi kognitif.
a. Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang.
b. Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat.
c. Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri).
d. Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu

7. Persepsi dan konsep diri
Penilaian klien terhadap dirinya sendiri
8. Peran dan hubungan dengan sesama.
a. Klien hidup sendiri/keluarga.
b. Klien merasa terisolasi.
c. Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat.
9. Reproduksi dan seksualitas
a. Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas.
b. Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
10. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess
a. Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah.
b. Mekanisme koping yang biasa digunakan.
c. Respon emosional klien terhadap status saat ini.
d. Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
11. Sistem kepercayaan
Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu

B. Diagnosa Keperawatan.
1. Pre-Op.
a. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker.
b. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan.
d. mual, muntah dan tidak nafsu makan.
e. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
2. Post-Op.
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
b. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau intervensi operasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap prosedur invasive.
e. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker.

C. Rencana Keperawatan
1. Pre-Operasi.
a. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1) Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya.
2) Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
3) Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri.

b. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1) Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien.
2) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan.
3) Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
4) Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1) Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2) Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3) Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4) Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak.
d. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan:
Klien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang ditandai dengan: tidak mengeluh lemas, klien beraktivitas secara bertahap.
Rencana Tindakan :
1) Sediakan waktu istirahat yang cukup.
R/ Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses penyembuhan.
2) Kaji keluhan klien saat beraktivitas.
R/ Mengidentifikasi kelainan beraktivitas.
3) Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
R/ Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan.
4) Bantu memenuhi kebutuhan klien.
R/ Terpenuhinya kebutuhan klien.

2. Post-Operasi
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
- Suara nafas vesikuler
- Bunyi nafas bersih, tidak ada suara tambahan
Rencana tindakan :
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels, ronchi.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya: penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi nafas (asma berat).
2) Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat radio inspirasi/ekspirasi.
R/ Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.



3) Catat adanya derajat dyspnea misalnya keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distress pernafasan, penggunaan otot bantu.
R/ Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit. Misalnya infeksi, reaksi alergi.
4) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
5) Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya: debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
R/ Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat, mentriger episode akut.
6) Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R/ Memberikan pasien-pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dyspnea dan menurunkan jebakan udara.
7) Observasi karakteristik batuk misalnya menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
R/ Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
8) Tingkatkan masukan cairan antara sebagai pengganti makanan.
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret. Mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.

b. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau intervensi operasi.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan :
1) Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya.
2) Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
3) Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri.



c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa.
Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1) Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2) Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3) Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4) Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak.

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap prosedur invasive.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Proses penyembuhan luka tepat waktu.
Rencana tindakan:
1) Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, menggigil, berkeringat.
R/ Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis.
2) Observasi daerah luka operasi, adanya rembesan, pus, eritema.
R/ Deteksi dini terjadinya proses infeksi.
3) Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.
R/ Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu mengurangi ansietas.
4) Kolaborasi dengan medik untuk terapi antibiotik.
R/ Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.

e. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:


1) Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien.
2) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ Untuk mengurangi kecemasan.
3) Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
4) Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ Dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatan.

f. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan
Tujuan : Gangguan konsep diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana tindakan :
1) Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/ Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2) Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/ Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3) Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R/ Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4) Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/ Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.















Daftar Pustaka


Abdul, S.Kep., Ns, M.Kes. htpp://www.kumpulanasuhankeperawatan.com diakses tanggal 14 Juli 2009.

A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia Press.

Ismail, S.Kep., Ns, M.kes. Askep klien dengan ca gaster. htpp://www.Ilmukeperawatan.com, diakses tanggal 14 Juli 2009.


Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan. Ed 3. Jakarta : Media Aesculappius.

Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius.Fakultas Kedokteran : UI.

Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).








Read More ..

PEMICUAN

Pemicuan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mendorong atau memotivasi seseorang, keluarga atau masyarakat agar berbuat lebih baik. Bentuk dari kegiatan pemicuan yaitu suatu promosi aplikatif yang memungkinkan tumbuh rasa takut, jijik, rasa bersalah yang kemudian muncul rasa tanggung jawab dan ingin memperbaiki keadaan.
Kegiatan pemicuan merupakan salah satu kegiatan yang lebih gampang untuk memunculkan peran serta / memperdayakan masyarakat.
Pemicuan merupakan konsep dari kegiatan CLTS yang diadopsi dari Banglades. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam hal ini tidak buang air besar disembarang tempat.
Pemicuan yang dilaksanakan pada program CLTS berorientasi pada sanitasi lingkungan yang poin akhirnya ada kesadaran masyarakat untuk buang hajat pada tempatnya yaitu dengan berperan serta membuat jamban keluarga.
Pemicuan merupakan suatu upaya untuk menimbulkan suatu “energy lebih” dalam diri sesorang atau kelompok, sehingga terjadi suatu mata rantai gerakan yang exponensial (menggelora, menggelegar bagai ombak samudra).
Pemicuan adalah suatu kegiatan sifatnya diharapkan akan menimbulkan effek yang besar dan berakumulatif. Untuk itu pemicuan harus terfokus dan didasari oleh sesuatu yang memang akan mampu untuk menjadi besar dan meluas. Dengan demikian utamakan bahwa dalam pemicuan dipilih daerah yang ada potensinya untuk berkembang, karena akhirnya daerah tersebut akan dijadikan “acuan” bagi daerah lain untuk mereplikasi. Pilih suatu wilayah yang besarannya tidak terlalu luas (misal suatu wilayah dusun atau RW) sehingga relative mudah dicover dan dimonitor. Daerah tersebut jelas masalahnya dan dianalisis kemungkinan sumber dayanya. Pemicuan tidak harus dilakukan pada seluruh dukuh atau RW dalam suatu wilayah desa. Pemicuan yang difokuskan dalam satu atau dua dukuh/RW asalkan terencana, mantap, serius dan berkesinambungan dalam pendampingan akan lebih menghasilkan karya yang nyata, disbanding dengan pemicuan yang terlalu luas tetapi tidak mendalam dan hanya sekilas saja. Pemicuan dalam wilayah dukuh/RW, dan berhasil, kelak akan menjadi bahan replikasi dan dijadikan acuan, contoh bagi dukuh/RW dalam desa yang bersangkutan, dan bahkan desa lainnya.

I. PROSES PEMICUAN DI KECAMATAN AMUNTAI SELATAN TAHUN 2009

Desa yang melaksanakan proses pemicuan meliputi 3 desa (Desa Rukam Hilir, Desa Simpang 4, Desa Teluk Paring). Peserta masing-masing desa rata-rata berjumlah 30 – 40 KK. Kegiatan dilaksanankan pada tanggal 12 Juni 2009 untuk Desa Rukam Hilir, tanggal 17 Juni 2009 untuk Desa Simpang 4 dan Teluk Paring


Adapun tahapan Pemicuan yang dilaksanakan yaitu:
a. Perkenalan
Untuk terwujudnya suasana seperti tersebut di atas, seorang Fasilitator dan orang lain yang berasal dari luar desa (termasuk Kepala Puskesmas, Sanitarian, Bidan, dll) harus pandaipandai membawa diri, memperkenalkan diri secara terbuka dan disertai rasa humor yang sehat. Humor yang disampaikan harus menghindari ha-hal yang berbau pornoaksi, pornografi, tidak menyinggung ras atau kesukuan, tidak menyinggung perpolitikan, dll. Perkenalan diri dari seorang Fasilitator adalah merupakan upaya pembukaan pintu masuk untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Fase perkenalan merupakan fase yang sensitif, karena bila pada fase ini masyarakat sudah tertarik, sudah percaya akan kedatangan seorang Fasilitator, maka mereka akan ‘terhipnotis’ untuk selalu berperan aktif dalam setiap tahap proses pemicuan.
b. Pencairan Suasana melalui permainan
Untuk lebih menghidupkan suasana awal, maka perlu dikembangkan adanya proses ‘ice breaking’ lebih dalam, yaitu melalui permainan (game) atau bentuk-bentuk roll playing lainnya. Dengan dilakukannya roll playing diharapkan suasana akan lebih hidup, segar dan peserta lebih intim dalam membaur. Roll playing juga akan berguna dalam dynamika kelompok, sehingga nantinya proses pemicuan akan bergulir seperti bola salju, tapi penuh dengan kehangatan, hidup dan tidak kaku. Setiap bahan untuk joke, game ataupun roll playing diusahakan untuk ada relevansinya atau dimaknai dengan sifat-sifat seseorang, dengan perilaku organisasi atau kelompok, modelmodel komunikasi, dll. Dengan demikian roll playing tersebut sekaligus merupakan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan berorganisasi.
c. Pemetaan
Pemicuan melalui analisis partisipasi dimulai dengan menggambarkan peta wilayah
RT/RW/Dukuh oleh masyarakat itu sendiri. Kemudian peserta diminta menggambar sungai, masjid, sekolah, dll yang merupakan sarana umum di wilayah tersebut. Selanjutnya peserta diminta mengambarkan peta lokasi rumah masing-masing, sekaligus tanyakan kepada mereka kemana saat ini mereka buang air besar. Beri kode simbol atau gambarkan rumah dengan warna kuning bagi mereka yang BAB sembarangan, dan warna hijau untuk rumah mereka yang BAB di jamban. Dalam pemicuan bias juga menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar lokasi, seperti daun, batu, ranting kayu, dll. Dengan memberi simbol atau warna pada lokasi gambar rumah masing-masing, maka akan terlihat dengan jelas, bagaimana penyebaran tinja yang ada di wilayah tersebut. Untuk kepentingan masyarakat dalam memonitor dan evaluasi kondisi wilayahnya sendiri pada waktu yang akan datang, maka peta yang dibuat diatas tanah pada saat proses pemicuan “harus “ disalin ke atas kertas yang cukup lebar (missal kertas flipchart yang disambungsambung) dan ditempelkan didinding balai pertemuan atau balai LKM, atau balai pertemuan lainnya.
d. Alur Kontaminasi
Untuk lebih memberi gambaran tentang tingkat ‘besaran’ tinja yang tersebar luas secara sembarangan, masyarakat diminta untuk menghitung sendiri berapa kg/kwtl/ton jumlah tinja yang berhamburan. Tanyakan kepada mereka berapa jumlah anggota keluarga, kemudian kalikan dengan jumlah tinja yang dibuang manusia per orang per hari ( yaitu sekitar 400 gram/orang/hari). Dengan cara perhitungan tersebut, maka dapat dihitung berapa besar tinja yang berhamburan dalam suatu wilayah, dalam kurun waktu sehari, seminggu, sebulan, setahun dan seterusnya. Teruskan pertanyaan, KEMANA SELAMA INI TINJA TERSEBUT PERGI???
- Tinja dikebon dimakan ayam, dan akhirnya dimakan manusia
- Tinja dilahan kosong, mengering, menjadi debu, dihirup manusia
- Tinja di balong/empang dimakan ikan dan akhirnya dimakan masuk ke manusia.
- Tinja masuk ke sungai mencemari air dan akhirnya masuk ke manusia juga.

e. Pemicuan
Pemicuan melalui sentuhan ego, humanism, rasa jijik, keagamaan
Bilamana masyarakat buang air besar sembarangan di sungai atau di empang, maka fisik tinja tidak akan terlihat secara nyata, karena dalam waktu yang relatif singkat tinja tersebut akan hilang tebawa air sungai, atau tertelan ikan mujair di empang.
Untuk kondisi semacam ini maka perlu teknik-teknik pemicuan lain yang lebih kena sasaran. Fasilitator hendaknya punya kemampuan berimprovisasi dalam melakukan pemicuan sesuai dengan kondisi setempat. Misalnya:
- Gunakan pengalaman seorang ibu yang habis melahirkan yang kemudian BAB disungai pada saat hari hujan. Tanyakan pada Ibu tersebut perasaanya, apakah nyaman, apakah aman.
- Gunakan pengalaman seorang ibu yang habis melahirkan yang kemudian BAB dikebon pada malam hari. Tanyakan pada Ibu tersebut perasaanya.
- Tanyakan kepada seorang Bapak, bagaimana perasaannya jika isterinya atau anak perempuannya sedang BAB di sungai atau kebon kemudian terlihat orang lain.
- Mintakan pada seorang guru agama/Kyai/Uztad untuk menjelaskan hubungan antara kebersihan dengan agama dan keimanan seseorang.
- Tunjukan seekor ikan yang isi perutnya penuh dengan tinja, dan tanyakan perasaan mereka bilama mereka makan ikan tadi walau sudah dimasak
- Mintakan kepada seorang warga untuk minum air gelas yang ada lalatnya, apakah mereka mau meminumnya.
- Dan lain-lain
Pemicuan melalui sentuhan aspek bahaya penyakit
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang erat kaitannya dengan air dan saanitasi. Untuk itu masyarakat diajak melihat bagaimana TINJA kotoran manusia dapat dimakan masuk ke MULUT manusia itu sendiri dan bahkan manusia lainnya dan akhirnya menimbulkan penyakit diare. Dalam hal ini biarkan masyarakat untuk membuat alur kontaminasi ORAL FECAL. Kemudian kembangkkan pertanyaan yang bersifat memicu perasaan takut atau rasa lainnya, seperti missal:
- Apakah ada peserta atau anggota ke;luarga diskusi yang pernah sakit diare atau sakit lainnya terkait kesehatan lingkungan
- Apakah yang sakit punya jamban atau tidak
- Penderita dari warga kaya atau miskin
- Bagaimana perasaan ibu/bpk ketika melihat anaknya sakit tergolek di RS
- Adakah anak atau anggota keluarga yang mati akibat penyakit
- Bagaimana perasaan mereka saat tau anak atau anggota keluarga mati
- Bagaimana kondisi keuangan saat itu?
- Dan lain-lain
Transek walk
Pemicuan nyata lapangan dilakukan dengan cara menelusuri wilayah dalam suatu RT/RW/Dukuh untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana warga setempat buang air besar sembarang. Semua peserta yang hadir dalam proses pemicuan diajak untuk jalan bersama melihat lokasi tersebut. Bila peserta transect melewati suatu lokasi BABS kepada mereka dilarang untuk menutup hidung, sehingga peserta merasakan betapa bau yang timbul akibat tinja berada diruang terbuka sembarangan. Ingat, dilarang menutup hidung saat transect walk dan tetap berhenti ditempat sekejap untuk diskusi. Ajak peserta untuk mendiskusikan keadaan tersebut, baik dari aspek keindahan dan kebersihan lingkungan, dari aspek penyebaran penyakit, dari aspek keselamatan, dll. Akhirnya tanyakan kepada warga yang BABS tersebut, bagaimana perasaannya sekarang setelah orang lain menderita akibat bau menyengat. Jika ada kelompok anak yang ikut dalam transek, atau tak jauh dari tempat BAB sembarangan tersebut,, tanyakan apakah mereka senang akan keadaan tersebut. Ajak anakanak untuk menghentikan kebiasaan BAB sembarangan, ajak untuk membuat nyanyian, slogan, puisi atau bentuk-bentuk kesenian lainnya. Pemicuan dengan melalui transect walk ini akan lebih menyentuh ego seseorang, dengan timbulnya rasa malu dan rasa jijik seseorang apalagi dengan melihat secara nyata tinja yang berserakan ditanah terbuka
f. Kesepakatan Niat untuk berubah
Kesepakatan untuk berubah diharapkan muncul setelah pemicuan, niat yang diutarakana peserta pemicuan merupakan kesadaran pesertra bukan karena intervinsi dari fasilitator atau adanya iming-iming hadiah.
g. Kontrak Kesepakatan/Rencana Tindak Lanjut
Pada akhir sesi pemicuan, masyarakat dikumpulkan kembali untuk membuat rencana tindak mereka, sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan masing-masing. Namun perlu dipahami, bahwa sesi penyusunan Rencana Tindak pada hakekatnya adalah sesi masyarakat, maka diharapkan yang memimpin sesi ini adalah salah satu dari anggota yang hadir dalam proses pemicuan (kelak, mungkin orang ttersebut akan menjadi Natural Leader). Pancing dan tawarkan pada mereka siapa yang akan memimpin dalam sesi ini, dan usahakan agar Fasiliator seminimal mungkin untuk mengintervensi sesi ini. Rencana tindak pada intinya merupakan kesanggupan seseorang, KAPAN mereka akan membangun jamban secara swadaya. Berilah reward/penghargaan saat itu juga (misal cukup dengan tepuk tangan bersama) bila ada anggota masyarakat yang sudah terpicu dan merencanakan sanggup kapan mereka akan membangun jamban dengan menyebut waktu pembangunan jamban.
Dari jumlah peserta yang hadir terdapat beberapa yang telah memiliki jamban sedangkan yang tidak memiliki jamban sebagian menandatangani kontrak kerja untuk membuat jamban dengan rentang waktu yang bervariasi.

II. PERMASALAHAN

- Kebiasaan masyarakat sudah merasa nyaman dan enjoy BAB di padang, di tanah dan di sungai
- Masyarakat banyak yang merasa belum mampu membuat jamban.
- Masyarakat terbiasa dengan menerima bantuan sehingga kegiatan inipun dianggap diberi bantuan.
- Kondisi daerah rawa sehingga biaya pembuatan jamban terlalu mahal

III. UPAYA PEMECAHAN MASALAH

- Masyarakat berniat gotong royong membuat jamban murah meriah
- Dalam awal pertemuan sudah dijelaskan bahwa kegiatan ini tidak ada subsidi dan dijelaskan lagi pada saat pertengahan proses.
- Masyarakat menabung untuk membuat jamban.



Sumber :

Laporan Kegiatan Pemicuan Puskesmas Amuntai Selatan Tahun 2009

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMICUAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT\ DALAM PROGRAM PAMSIMAS PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT JAKARTA, 2009


Read More ..

Senin, 16 November 2009

Sosialisasi Program Jamkesmas Tahun 2009

Latar Belakang

Sesuai dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang sistim Jaminan Sosial Nasional maka penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat termasuk masyarakat miskin dilakukam dalam mekanisme jaminan kesehatan. Amanat ini diwujudkan dalam pemerintahan sekarang yang dituangakan dalam kebijakan 100 hari kabinet Indonesia Bersatu dengan meluncurkan Program Jaminan Masyarakat bagi masyarakat miskin.
Tujuan dari Program Jamkesmas bagi masyarakat miskin dan tidak mampu adalah meningkatkan akses dan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal serta efektif dan efisien.
Telah banyak manfaat dan keberhasilan program ini dengan berbagai aspek dan mekanismenya, tetapi masih ditemukan permasalahan dan kendala dilapangan baik dipihak kepersertaan yang dikelola oleg PT.Askes, pemberi pelayanan (Puskesmas dan jaringannya) serta pelayanan di Rumah Sakit, maupun pengelola Jamkesmas Kabupaten, upaya perbaikan pengelolaan melalui Jamkesmas telah dicoba untuk dilaksanakan seperti telah ada kepastian tentang kepersertaan Jamkesmas yang bisa diukur dari kepemilikan kartu peserta, perbaikan pengelolaan dana dan pelayanan kesehatan, sehingga semua peserta dapat terlayani dengan standar pelayanan yang terstruktur, berjenjang, portabilitas dan ekuitas serta dengan mengedepankan efisiensi, transparan dan akuntabel.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, untuk memberikan gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dipandang perlu untuk mensosialisasikan Program Jamkesmas tahun 2009 tingkat Kabupaten Hulu Sungai Utara.


Tujuan
Tujuan Umum :
Mensosialisasikan Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin.
Tujuan Khusus :
1. Diperoleh pengetahuan sistim Pelayanan Kesehatan Maryarakat Miskin di Kab.Hulu Sungai Utara.
2. Teridentirikasi masalah dan kendala pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
3. Diperolehnya upaya pemecahan masalah atas permasalahan di bidang pelayanan kesehatan.
4. Diperolehnya masukan dan usulan pelayanan kesehatan masyarakat miskin.

Narasumber adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Materi :
1. Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas di Kab.HSU.
2. Kepersertaan Program Jamkesmas di Kab.HSU
3. Tanya jawab dan Rencana Tindak Lanjut.

Peserta
1. Dinas/Instansi Lintas Sektor Kab.HSU
2. Camat se Kab.HSU
3. Pimpinan Puskesmas se Kab.HSU.

Waktu dan Tempat
Kegiatan dilaksanakan selama 1 hari, pada hari Senin tanggal 16 Nopember 2009, jam 10.00 wita sampai selesai, bertempat di Gedung Agung Pemda HSU.

Biaya
Biaya pelaksanaan kegiatan ini dibebankan pada dana bantuan sosial Jamkesmas yang di alokasikan pada Tim Pengelola Jamkesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Program Jamkesmas Kabupaten Hulu Sungai Utara

Fasilitas Sarana Pelayanan Kesehatan
 Rumah Sakit Umum Pemerintah : 1
 Puskesmas Rawat Inap : 2
 Puskesmas Rawat Jalan : 10
 Puskesmas Pembantu : 33
 Puskesmas Keliling : 13
 Poskesdes : 37
 Polindes : 108

Kepesertaan Jamkesmas
 Jumlah Penduduk : 218.024 Jiwa
 Jumlah Penduduk Miskin : 73.224 Jiwa
 Jumlah Kuota Jamkesmas : 57.490 Jiwa
 Jumlah maskin belum terjamin : 15.734 Jiwa

Sinkronisasi Data Masyarakat Miskin
 Pada akhir tahun 2007, Sebelum pencetakan kartu Jamkesmas Pemda Kab H.S.Utara Membentuk Tim Sinkronisasi Data Peserta Jamkesmas dengan SK Bupati yang tugasnya Melakukan Sinkronisasi data.

 Tim melaksanakan sosialisasi keseluruh Kecamatan dengan peserta Kepala Desa, Tokoh masyarakat desa dan Bidan di desa.

 Seluruh nama-nama masayarakat miskin, oleh Tim Kabupaten dikirim ke kecamatan/desa, Tim verifikasi desa melakukan pemeriksaan/ perbaikan dan penambahan sesuai dengan jumlah yang ada di setiap desa.

 Tim verifikasi desa menyerahkan ke Kecamatan, Data yang telah diserahkan dikoreksi di Kecamatan kemudian di Kembalikan kepada Tim Sinkronisasi dan Selanjutnya ditetapkan sebagai peserta Jamkesmas dengan SK Bupati Hulu Sungai Utara.

Pencetakan dan Pendistribusian Kartu Jamkesmas
 Data yang telah ditetapkan Bupati H.S.Utara oleh PT Askes dicetak kartu dan didistribusikan kepada peserta jamkesmas melalui Camat/Kepala Desa
 Pada saat pendistribusian kartu Jamkesmas, apabila terjadi peserta yang tidak ditemukan, ada kesalahan nama, pindah atau meninggal dunia, kartu yang tidak dipergunakan dikembalikan ke PT Askes.

Rekurtmen Petugas Verifikasi
 Rekurtmen petugas verifikasi dilakukan pada bulan Mei 2008 sesuai dengan jumlah yang ditetapkan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.
 Tahun 2008 jumlah Verifikator sebanyak 2 orang dengan PPK Rujukan 1 Rumah Sakit
 Tahun 2009 Jumlah Verifikator 2 orang dengan jumlah PPK sebanyak 1 Rumah Sakit

Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas
Fasilitas Sarana Pelayanan sebagai PPK program Jamkesmas pada tahun 2009 :

 Rumah Sakit Umum Daerah Kab. H.S.Utara ( Type C )
 Puskesmas dan Jaringannya :
– Pusk Rawat Inap 2
– Rawat Jalan 10
– Puskesmas Pembantu 33
– Puskesmas Keliling 13
– Poskesdes 37
– Polindes/ Poskesdes 108

Pengorganisasian
Pengorganisasian Jamkesmas di Kabupaten
sesuai dengan manlak Jamkesmas terdiri
dari :
– Tim Koordinasi Jamkesmas Kabupaten
– Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten


 Menindak lanjuti Pedoman Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Jamkesmas dalam hal pembiayaan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Jaringannya, Kab. H.S.Utara berpedoman pada peraturan daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara yang ditetapkan Bupati Hulu Sungai Utara untuk memanfaatan dana dan besaran tarif pelayanan di Puskesmas dan Jaringannya

PENDANAAN
PENCAIRAN DANA
 PUSKESMAS MEMBUAT POA KEGIATAN BULANAN/TRIBULANAN DARI HASIL MINI LOKAKARYA
 POA & LAPORAN BULAN/TRIBULAN YANG LALU DILAKUKAN VERIFIKASI OLEH TIM DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
 HASIL VERIFIKASI DILAPORKAN KE KADINKES UNTUK PERSETUJUAN
 KADINKES MENANDATANGANI SLIP PENGAMBILAN UANG
 PUSK MENGAMBIL UANG DI REKENING GIRO POS

Cakupan Pelayanan Kesehatan Jamkesmas
Januari – Oktober 2009
Cakupan pelayanan dasar :
Rawat Jalan Tk I : 5.607 jiwa.
Rawat Inap Tk I : 76 jiwa.
Jumlah yg dirujuk : 79 jiwa
Persalinan : 21 jiwa
Persalinan dirujuk : 2 jiwa
Penyerapan Dana : Rp. 494.782.199

Cakupan Pelayanan Kesehatan Jamkesmas
Januari – Juni 2009
Cakupan pelayanan Tk Lanjut :
Rawat Jalan Tk Lanjut : 1.685 jiwa
Rawat Inap Tk Ianjut : 1.873 jiwa
Persalinan : 165 jiwa
Pasien maskin kartu jamkesmas : 896 jiwa
Pasien maskin kartu maskin lain : 755 jiwa
Penyerapan Dana :Rp.438.843.425
(Lap RS Format 2 Juli 09)

PERMASALAHAN
Kepesertaan :
 Pendistribusian kartu belum optimal, masih ada kartu peserta yang tersimpan / belum diserahkan ke peserta
 Data Masyarakat Miskin yang diberikan kuata pusat masih belum mencakup seluruh masyarakat miskin, sehingga updating data belum dapat dilakukan
 Kuota yang ditetapkan belum mencakup semua masyarakat miskin
 Pencetakan kartu baru untuk mengganti peserta yang meninggal atau pindah maupun bayi baru lahir belum dapat dilaksanakan PT Askes
 Adanya keterlambatan Verifikator RS menyerahkan hasil verifikasi klaim RS kepada verifikator indefenden. Sehingga pencairan dana terlambat.
 Kurangnya kepatuhan PPK dalam pelaporan pelaksanaan program Jamkesmas kepada Tim Pengelola Kabupaten
 Pelaporan secara On-Line Belum dapat dilaksanakan karena sistem yang belum berjalan
 Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas dari Pusat selalu terlambat
 Dana untuk Sekretariat pengelola di Kabupaten terlambat datang.

Pemecahan Masalah
 Data masyarakat miskin by name by addres segera diterbitkan, untuk dilakukan up dating data.
 Untuk masyarakat diluar kuota yang ditetapkan Menkes, Pemda Kabupaten telah menyediakan Jaminan KSA dan Dana melalui Rumah Sakit Umum Pembalah batung untuk pelayanan rujukan.
 Perlu petunjuk pelaksanaan pencetakan kartu jamkesmas baru pengganti peserta yang meninggal dunia atau pindah serta bayi baru lahir.
 Perlu pelatihan khusus bagi Tim Pengelola tentang penggunaan INA-DRG.



ARAH KEBIJAKAN JAMKESMAS DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
TAHUN 2010

ISU POKOK NATIONAL SUMMIT
24-25 OKT 2009
 PENINGKATAN PEMBIAYAAN KESEHATAN UNTUK MEMBERIKAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

OUT PUT

 PELAYANAN KESEHATAN PENDUDUK MISKIN dan RENTAN DI PUSKESMAS DAN KELAS III RS DIJAMIN PEMERINTAH
PELAKSANAAN TH 2010
 KELANJUTAN DARI 2009 DENGAN PENYEMPURNAAN
 SASARAN SAMA DENGAN 2009 BERJUMLAH 76,4 JUTA JIWA
 ALOKASI ANGGARAN RP 1.000 MILYAR
 DISTRIBUSI LANGSUNG KE PUSKESMAS DI SELURUH KABUPATEN/KOTA TERMASUK PEMEKARAN
PEMANFAATAN
 PRINSIP SAMA DENGAN 2009
 MENDUKUNG PENCAPAIAN MDG,S, RPJMN 2010 – 2014
– Penurunan AKI menjadi 118/100.000 KH th 2014
– Penurunan AKB menjadi 24/1.000 KH th 2014
– Penurunan Prevalensi Gizi kurang menjadi 15 % tahun 2014
– Pencapaian UHH 72,0 TH 2014
Kegiatan utama
 Pelayanan Pengobatan Dasar
 Kesehatan ibu dan anak
 Penanganan gizi kurang
 Pengendalian penyakit
 Promosi kesehatan
KEGIATAN PENDUKUNG
TANTANGAN
PENUTUP



Read More ..

Minggu, 15 November 2009

UPAYA PENYULUHAN KESEHATAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

PENDAHULUAN
Ketahanan pangan merupakan persoalan hidup-matinya sebuah bangsa. Seseorang atau kelompok masyarakat bila tidak makan dalam jangka waktu lama bakal menemui ajal. Bisa makan, tetapi dengan kuantitas dan kualitas asupan yang tidak memenuhi standar gizi pun hanya menghasilkan generasi yang lemah, kurang sehat, tidak cerdas, dan malas.
Dengan mutu SDM semacam ini, tidak mungkin suatu bangsa menjadi besar, maju dan makmur. Tragedi kekurangan pangan dan gizi kini tengah mengancam kesehatan, kecerdasan, bahkan kelangsungan hidup sekitar 854 juta penduduk dunia. Jumlah itu tersebar di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) sebanyak 820 juta, di negara-negara maju 9 juta, dan 25 juta di negara-negara transisi (FAO, 2007).

PENGERTIAN
Ketahanan pangan adalah situasi dimana semua orang dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif. World bank (1996): Ketahanan pangan adalah akses oleh semua orang pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif. Oxfam (2001): Ketahanan pangan adalah kondisi ketika setiap orang dalam segala waktu memiliki akses dan kontrol atas jumlah pangan yang cukup dan kualitas yang baik demi hidup yang aktif dan sehat. Dua kandungan makna tercantum disini yakni: ketersediaan dalam artian kualitas dan kuantitas dan akses (hak atas pangan melalui pembelian, pertukaran maupun klaim). FIVIMS (2005): Ketahanan pangan adalah kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, sosial, dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi (dietary needs) dan pilihan pangan (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat. UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan dan PP 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan: Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.



Ada tiga alasan penting yang melandasi pembangunan ketahanan pangan (Permana, 2006), yaitu :
• Akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia.
• Konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas.
• Ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara yang berdaulat.
PERMASALAHAN PANGAN DAN GIZi
Terjadinya kelaparan, kemiskinan dan kurang gizi akan terus menghantuimanusia. Masalah tersebut mencerminkan berbagai tantangan yang sifatnya interdisipliner yang tidak kecil bentuknya, dan karenanya menuntut adanya pendekatan yang bersifat interdisipliner untuk mengatasinya. Ilmu dan teknologi akan mampu menyampaikan dan memberikan sumbangan yang besar dan berarti bagi perkembangan sosioekonomi hanya bila dalam mememcahkan masalah pelaksanaannya menggunakan pendekatan interdisipliner (Winarno,1993).
Selain pendekatan interdisipliner juga perlu dilakukan pendekatan multisektoral dalam perbaikan pangan dan gizi disuatu daerah. Misalnya dalam mengatasi masalah gizi utama di Indonesia yang masih dihadapkan pada 4 masalah gizi utama yaitu :1) kekurangan kalori protein (KKP), 2) kurang vitamin A (KVA), 3) anemia besi (Fe) dan 4) gangguan angka kecukupan yodium (GAKY). Tinggginya tingkat prevalensi gizi utama di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain ; kemiskinan, penyakit, faktor sosial dan budaya,aksesmasyarakat terhadap pangan (Pudjiadi, 2001).
Perbaikan gizi melalui pendekatan faktor tersebut dan pendekatan multisektoral adalah salah satu alternatif untuk penyelesaian masalah tersebut. Pendekatan multisektoral mencakup ; penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan, kegiatan immunisasi, kesehatan dan kebersihan pangan, perawatan medis dan gizi, pencegahan dan pemberantasan penyakit, pendidikan kesehatan dan gizi, konsumsi pangan, ketersediaan pangan, pengadaan pangan (produksi pangan dalam negeri,keadaan ekspor pangan dan pemasaran pangan), permintaan pangan (faktor kependudukan, faktor kebudayaan dan agama dan faktor keadaan perekonomian), penggunaan secara biologis akan diharapkan diperoleh perbaikan pangan dan gizi (Saragih, 2002 dan Roedjito, 1989).
Keberhasilan pendekatan tersebut sangat tergantung dari partisifasi masyarakat (rumah tangga) sebagai sasaran utama. Dengan demikian usaha perbaikan gizi masyarakat haruslah ditujukan pada keluarga. Karena dalam kehidupan sehari-hari makanan keluarga ditentukan dan tanggung jawab keluarga itu sendiri sejak belanja hingga penyajian makanan tersebut. Tentu saja sejak dalam perjalanan makanan tersebut, didalam keluarga sangat dipengaruhi oleh bahan pangan, kebiasaan, selerta, pantangan, cara memasak, teknologi dapur, prestise, ketahanan pangan dan sebagainya. Partisipasi masyarakat diperlukan dalam bentuk kesadaran akan masalah gizi dan ketahanan pangan diantara mereka, sehingga terangsang untuk usaha penanggulangan masalah gizi dan ketahanan pangan terutama pada tingkat rumah tangga

UPAYA PENYULUHAN KESEHATAN
Masih banyaknya permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan kondisi ketahanan pangan dan gizi mebutuhkan suatu kerjasama lintas sektor terkait yaitu Departemen Pertanian dan Departemen Kesehatan. Salah satu bentuk nyata kerjasama tersebut adalah upaya penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan pada umumnya dan yang berhubungan dengan kondisi ketahanan pangan dan gizi pada khususnya
Dalam rangka hal tersebut di atas Deptan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara melakukan upaya tersebut. Untuk kegiatan yang dilaksanakan di Kecamatan Amuntai Selatan dilakukan upaya penyuluhan kesehatan di Desa Bajawit dari Bulan Juli 2009 sampaii dengan Oktober 2009 dengan jumlah penyuluhan sebanyak 21 kali. Petugas yang melakukan penyuluhan adalah karyawan Puskesmas Amuntai Selatan secara bergiliran sesui dengan program yang mereka kelola. Di bawah inii merupakan upaya penyuluhan yang telah dilakukan.

Materi, Pertanyaan dan Jawaban
1. Gizi Ibu Hamil
Seberapa banyak seharusnya porsi makan untuk ibu hamil ?
Seharusnya porsi makan untuk ibu hamil lebih banyak dari biasanya karena ibu hamil makannya untuk 2 orang sekaligus
2. Gizi Ibu Menyusui
Berapa gelas seharusnya ibu menyusui menyusui perlu minum minum dalam 1 hari ? Supaya ASI nya mencukupi, setiap hari ibu 8 - 10 gelas dalam 1 hari, serta perlu banyak makan sayuran hijau dan buah berwarna
3. Vitamin A
Apa saja contoh sayur dan buah yang Vitamin A antara lain sayuran mengandung Vitamin A ?
Contoh sayur dan buah yang mengandung yang berwarna hijau seperti bayam, kangkung, wortel, dan pepaya. Sebaiknya sayuran ditumis / dimasak dengan santan sebab Vitamin A larut dengan minyak / santan
4. Gizi Buruk
Apa saja akibat dari Gizi Buruk ?
Akibat dari gizi buruk antara lain :
a. Menyebabkan kematian bila tidaksegera ditangani oleh tenaga keehatan
b. Mengakibatkan anak kurang cerdas
c. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal
d. Sering sakit infeksi seperti batuk, pilek, diare, TBC, dan lain - lain
5.Manfaat ASI
Apa saja manfaat pemberian ASI terhadaptumbuh kembang anak,bayi ?
Manfaat pemberian ASI adalah untuk membantu mempertahankan dan meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit infeksi, serta menguatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anaknya
6.UPGK
Apa saja kegiatan dari UPGK ?
Kegiatan pokok dari UPGK tersebut antara lain penyuluhan masyarakat,pelayanan gizi, di posyandu dan pemanfaatan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga
7.Mencegah ibu hamilKurang Energi Kronis ( KEK )
Bagaimana agar ibu hamil tidak KEK ?
Agar gizi ibu hamil bisa tercukupi usahakanlah agar hidangan sehari - hari berdasarkan Triguna Makanan yakni sebagai sumber tenaga, sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur. Gunakan selalu bahan makanan yang tersedia di masing - masing daerah secara beranekaragam, gunakan selalu garam beryodium setiap kali memasak hidangan keluarga, dan jangan berpantang terhadap makanan yang merugikan diri sendiri
8.13 Pesan Gizi Seimbang
Sebutkan salah satu contoh yang termasuk dalam 13 pesan gizi seimbang ?
Salah satu contoh yang mudah adalah penggunaan garam beryodium, karena dengan
mengkonsumsi garam beryodium setiap hari dapat mencegah timbulnya penyakit GAKI
(Gangguan Akibat Kekurangan Iodium ). GAKI dapat menghambat perkembangan tingkat kecerdasan pada anak - anak, penyakit gondok dan kretin / cebol
9.KADARZI
Bagaimana seharusnya perilaku KADARZI ?
Perilaku keluarga KADARZI antara lain :
1. keluarga makan anekaragam makanan
2. keluarga memantau kesehatan dan pertumbuhan
3. keluarga biasa menggunakan garam beryodium dalam makanan sehari - hari
4. ibu hanya memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan
5. keluarga biasa sarapan pagi
10.Gizi Balita
Umur berapa seharusnya anak mulai makan ?
Anak dari usia 0 - 6 bulan cukup diberi ASI saja, kemudian dari umur 6 - 9 bulan mulaidiberikan makanan lumat misalnya bubur. Setelah anak berusia 9 - 12 bulan mulai diberikan makananlembik dan dari usia 12 - 24 bulan keatas mulai diberikan / dikenalkan dengan makanan keluarga.Perhatikan pemberian jenis dan banyaknya makanan yang diberikan agar kebutuhan gizinya tercukupi.
11.Penyakit Malaria dan
Bagaimana cara membedakan tubuh nyamuk Penyakit Demam Berdarah DBD degan Malaria ?Cara membedakannya antara lain : Ciri khas nyamuk Malaria ( Anopheles ) bila hinggap
posisinya menungging, jentiknya sejajar dengan permukaan air. Sedangkan ciri khas nyamuk DBD ( Aedes Aigypty ) bila hinggap posisinya sejajr, warna nyamuknya hitam putih ( zebra ), jentiknya tegak lurus dengan permukaan air.
12.Penyakit TBC
Apakah orang yang menderita TBC bisa sembuh total atau sehat seperti sedia kala ?Bisa, asal harus berobat teratur ( tidak putus ) selama 6 bulan dipuskesmas dan harus
dalam pengawasan keluarga / tetangga
13.Penyakit Hipertensi
Apa saja yang tidak boleh dimakan oleh orang yang menderita Darah Tinggi ( Hipertensi ) ?
Makanan yang mengandung kadar garam yang tinggi sebaiknya dikurangi, begitu pula denganmakanan yang bersantan.
14.Penyakit Kulit (Kusta )
Apakah penyakit Kusta itu keturunan ?
Tidak. Penyakit kusta bukan penyakit turunan ( herediter ) penyakit ini disebabkan olehbakteri dan dapat sembuh, antara lain penderita berobat dini dan teratur.
15.Penyakit Pneumoni
Apakah penyakit Pneumoni itu berbahaya ?
Iya, sebab jika tidak segera diobati Pneumoni dapat menyebabkan kematian
16.Penyakit Campak
Bagaimana cara mencegah Penyakit Campak ?
Cara yang sederhana yaitu mandi teratur 2x sehari pakai sabun anti septik dan air yang bersih, bersihkan lingkungan rumah dan sekitar, dan jangan memakai barang ( mis : handuk, pakaian )dengan penderita secara bersamaan
17.Penyakit Diare
Apa saja penyebab Diare ?
Penyebabnya antara lain :
a. makan tanpa cuci tangan dengan sabun
b. minum air mentah
18.Penyakit ISPA
Apa saja penyebab penyakit ISPA ?
ISPA disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang saluran pernafasan bagian atas
19.Tanda - tanda gejala kurang darah ( Bahaya Anemia )
Apa saja bahaya bagi ibu hamil yang kurang darah ?
Bahayanya antara lain :
a. Dapat membahayakan jiwa ibu, terutama waktu melahirkan
b. mengganggu pertumbuhan bayi dalam kandungan dan dapat pula membahayakan jiwanya
20.Keluhan pada masa kehamilan ( Anemia )
Apa saja tanda - tanda kurang darah ?
Tanda - tandanya antara lain :
a. pandangan berkunang - kunang
b. lemah, badan lesu, cepat lelah
c. gampang ngantuk, wajah / muka pucat
d. lidah, bibir, kuku pucat sekali
21.Tanda - tanda bahaya pada ibu bersalin
Apa saja bahaya bagi ibu bersalin yang kurang darah ?
Tanda - tandanya antara lain :
a. waktu melahirkan bayi yang akan dilahirkan kecil dan lemah
b. waktu melahirkan kemungkinan ibu dan bayinya meninggal

PENUTUP

Ketahanan Pangan dan Gizi merupakan masalah multisektor, tidak bisa terpecahkan jika tidak ada kerjasama antar sektor. Permasalahan yang muncul selalu saling berkaitan satu sama lain. Untuk itu semua sektor yang terkait tidak sepantasnya tutup mata jika ditemukan permaslahan ketahanan pangan dan gizi. Bentuk kerjasama dengan institusi kesehatan salah satunya adalah upaya penyuluhan yang sinergis dengan keadaan permaslahan ketahanan pangan dan gizi serta masalah kesehatan pada umumnya.
Penerapan ketentuan operasional dalam PP No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan pangan perlu dilakukan secara konsisten dan serius dimana didalam ketentuan tersebut telah diuraikan langkah-langkah konkrit perwujudan ketahanan pangan melalui tindakan-tindakan operasional di lapangan.

Sumber :
Ketahanan Pangan dan Kemajuan Bangsa, www.prakarsa-rakyat.org/artikel/fok...
Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Menuju Pengembangan Wilayah Berbasis Komoditas Unggulan , www.slideshare.net/PKP2AIIILANSamarinda
LAPORAN KEGIATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI ( P2KGPG ) KELOMPOK WANITA " SERAI" TAHUN 2009 DESA BAJAWITKECAMATAN AMUNTAI SELATAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA



Read More ..

Penyehatan Lingkungan Tempat-Tempat Ibadah.

PENDAHULUAN

Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan.
Dengan peran serta dari pengurus tempat-tempat ibadah diharapkan :
1. Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat memberi pengaruh jelek terhadap kesehatan
2. Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.
3. Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor lain dalam pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.
4. Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan lingkungan .
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempat-tempat ibadah.

Sehubungan dengan perlunya peningkatan pengetahuan pengurus tempat-tempat ibadah maka Puskesmas Amuntai Selatan Kecamatam Amuntai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara melaksanakan penyuluhan peningkatan kesehatan tempat-tempat umum (tempat ibadah) kepada pengurus mesjid, langgar yang berada di Kecamatan Amuntai Selatan dengan jumlah peserta 40 orang, dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 11 Nopember 2009, jam 09.00 wita sampai selesai, bertempat di aula Puskesmas Amuntai Selatan.
Narasumber :
1. Kasi Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes HSU
2. Petugas Sanitarian Puskesmas Amuntai Selatan.
Materi :
1. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (sarana ibadah).
2. Permasalahan kesehatan lingkungan di sarana ibadah.

PENGERTIAN
• Tempat – tempat umum (TTU) adalah suatu tempat dimana orang – orang berkumpul dan beraktifitas (Sekolah, taman, terminal, mesjid, musholla,dll)
• Persyaratan hygiene sanitasi ad ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap tempat/lokasi, produk, personel, dan perlengkapan yang memenuhi persyaratan kesehatan agar dapat mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan

• Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu – waktu tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.

PERSYARATAN KESEHATAN TEMPAT IBADAH (MESJID/MUSHOLA)
1. LETAK / LOKASI
- Sesuai dengan rencana tata kota
- Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran (debu,asap,bau dan cemaran lainx)
- Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau & cemaran lainnya
PERSYARATAN KESEHATAN TEMPAT IBADAH (MESJID/MUSHOLA)
2. Bangunan
- Kuat, kokoh dan permanen
- Rapat serangga dan tikus
3. Lantai
- Kuat, tidak terbuat dari tanah, bersih, rapat air, tidak licin dan mudah dibersihkan.
4. Dinding
- Dinding bersih, berwarna terang, kedap air dan mudah dibersihkan.



PERSYARATAN KESEHATAN TEMPAT IBADAH (MESJID/MUSHOLA)
5. Atap
- Menutup bangunan,kuat, bersih, cukup landai dan tidak bocor
6. Penerangan/Pencahayaan
- Pencahayaan terang, tersebar merata dan tidak menyilau ( min. 10 fc)
7. Ventilasi
- Minimal 10% dari luas bangunan, sejuk dan nyaman (tdk pengap dan tdk panas)
8. Pintu
- Rapat serangga dan tikus, menutup dengan baik dan membuka ke arah luar. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.


9. Langit – langit
- Tinggi minimal 2,4 m dr lantai
- Kuat, tdk terdapat lubang2
- Berwarna terang dan mudah dibersihkan
10. Pagar
- Kuat, aman dan dapat mencegah binatang pengganggu masuk
11. Halaman
- Bersih, tdk berdebu dan becek, tdk terdapat genangan air, terdapat tempat sampah yang cukup. Dan terdapat tempat parkir yang cukup
PERSYARATAN KESEHATAN TEMPAT IBADAH (MESJID/MUSHOLA)
12. Jaringan instalasi
- Aman (bebas cross conection)
- Terlindung
13. Saluran air limbah
- Tertutup
- Mengalir dengan lancar

FASILITAS SANITASI
1. Air Bersih
- Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat
- Tidak berbau, tidak berasa & tidak berwarna
- Angka kuman tidak melebihi NAB
- Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB

2. Pembuangan Air Kotor
- Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga
- Air limbah mengalir dengan lancar
- Saluran kedap air
- Saluran tertutup

FASILITAS SANITASI
3. Toilet/ WC
- Bersih
- Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama
- Tersedia air yang cukup
- Tersedia sabun & alat pengering
- Toilet pria & wanita terpisah
- Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak
- Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau (water seal)
- Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
FASILITAS SANITASI
4. Peturasan
- Bersih
- Dilengkapi dengan kran pembersih
- Jumlahnya mencukupi
5. Tempat Sampah
- Tempat sampah kuat, kedap air, tahankarat, dan dilengkapi dengan penutup
- Jumlah tempat sampah mencukupi
- Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA
- Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang
FASILITAS SANITASI
6. Tempat Wudhu
• Bersih
• Terpisah dari toilet, peturasan, & ruang mesjid
• Air wudhu keluar melalui kran – kran khusus & jumlahnya mencukupi
• Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
• Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
• Limbah air wudhu mengalir lancar
• Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah

Tempat Sembahyang
- Bersih, tidak berbau yang tidak enak
- Bebas kutu busuk & serangga lainnya
- Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30 cm sebagai tempat sujud

Tempat sandal dan sepatu
- Tersedia tempat sandal & sepatu yang khusus
- Bersih dan kuat


PERMASALAHAN

- Masih terdapat tempat-tempat ibadah yang belum mempunyai sarana kesehatan lingkungan seperti jamban keluarga (wc),
- Terkendalanya dana dalam perawatan sarana dan penyedian sarana



UPAYA PEMECAHAN MASALAH
- Kerjasama lintas sektor dengan Depag setempat untuk upaya mendapatkan bantuan pembuatan sarana pendukung kesehatan lingkungan.
- Pencarian donatur oleh pengelola.

Read More ..