Senin, 19 April 2010

Program Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)

Dasar pelaksanaan Program Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis):
1) Word Health Assembly Resolution No. 5. 29 Tahun 1997.
2) Komitmen Global WHO Tahun 2000
The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public
Health Problem by the year 2020
3) Komitmen nasional
Program Prioritas PPM & PL th 2002
Pencanangan oleh Menteri Kesehatan RI : 8 April 2002

Tujuan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
1). Tujuan Umum
Filariasis tidak menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat.
2). Tujuan Khusus
Menurunnya Micro Filaria (MF) rate < 1%.
Menurunnya serangan akut pada penderita kasus kronis.
Tidak bertambahnya kasus kronis baru.
Mencegah dan membatasi kecacatan.

Kebijakan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)

1). Eliminasi Filariasis merupakan prioritas nasional pemberantasan penyakit menular.
2). kegiatan pokok dalam Eliminasi:
Pengobatan massal di daerah endemis.
Penatalaksanaan kasus klinis (Mandiri).
3). Satuan lokasi Pengobatan massal (Implementation Unit) adalah kabupaten / kota.
4). Mencegah penyebaran filariasis antara kabupaten, propinsi dan Negara.



Strategi Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
1). Memutus rantai penularan filariasisà Pengobatan massal di daerah endemis
2). Mencegah & membatasi kecacatan à penatalaksanaan kasus klinis filariasis.
3). Memperkuat kerjasama lintas batas daerah dan negara.
4). Memperkuat surveilans dan mengembangkan penelitian.

Kegiatan Pokok Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
1). Pemetaan endemis filariasis.
2). Pengobatan massal di daerah endemis.
3). Penatalaksanaan kasus klinis.
4). Surveilans sistim.

Jenis Obat Untuk Pengobatan Massal
1). Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) yang mempunyai reaksi efek samping seperti: mual dan pusing
2). Albendazole.
3). Obat simtomatis: Parasetamol, Antasida, Clorhofeneramin maleat (CTM), Salep Antibiotika,salep anti jamur dan Amoksisilin.

Metode Pengobatan Massal
1). DEC dosis 6 mg/kg BB.
2). Albendazole 1 tablet 400mg/orang.
3). Parasetamol 500mg, 50mg /kgBB.
4). Dosis tunggal, 1kali/tahun, minimal 5 tahun berturut-turut.

Pentahapan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
1). Penemuan kasus kronis Filariasisà survai cepat.
2). Pemetaan endemisitas kabupaten / kota.
3). Penetapan data dasar praeliminasi untuk sentinel dan spot check site.
4). Pengobatan massal dan tatalaksana kasus.
5). Monitoring dan evaluasi.
6). Sertifikasi eliminasi filariasis.

Pendekatan Perluasan Program Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
1). Pendekatan kepulauan.
Pengobatan massal serentak pulau perpulau.
2). Pendekatan lintas batas.
Mengutamakan kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan kabupaten /kota yang sedang melaksanakan pengobatan massal.
3). Pendekatan epidemiologi.
Mengutamakan kabupaten/kota yang punya kesamaan geografi, budaya, mobilitas penduduk kasus kronis filariasis à secara epidemiologi mudah terjadi penularan.

Konsep Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)

a. Pengertian Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) adalah penyakit menular yang dapat menimbulkan cacat seumur hidup. (Dep Kes RI, 2005, hal: 1)
Menurut (Din Kes HSU: 2007, hal 1) Penyakit Kaki Gajah ( Filariasis ) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filarial yang hidup di dalam saluran limfe / kelenjar getah bening yang dap menyebabkan gejala akut dan kronis. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun / kronis dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap seperti, Pembesaran kaki, tangan dan alat kelamin pada laki laki dan pemebesaran buah dada pada perempuan. Akibat penyakit tersebut penderita tidak dapat lagi bekerja optimal bahkan bisa tergantung kepada orang lain sehingga akan menjadi beban bagi keluarga, masyarakat, dan Negara.

b. Etiologi Penyakit Kaki Gajah ( Filariasis)
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) disebabkan oleh sejenis cacing kecil yang hidup dan berkembang biak dalam kelenjar limfe dalam darah. Pada waktu malam, anak-anak cacing (microfilaria) tersebut masuk ke dalam pembuluh darah tepi.
c. Cara Penularan Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
Penyakit kaki gajah ditularkan dari seseorang yang dalam darahnya terdapat anak cacing filarial (microfilaria) kepada orang lain melalui gigitan nyamuk. Orang tersebut mungkin sakit kaki gajah mungkin juga tidak. Pada waktu nyamuk menghisap darah, anak cacing terhisap dan masuk ke dalam badan nyamuk. Dalam beberapa minggu kemudian anak cacing tersebut dapat ditularkan kepada orang lain pada saat nyamuk yang mengandung anak cacing menggigit orang tersebut.
d. Tanda dan Gejala Penyakit Kaki Gajah (Filariasis)
Menurut Direktorat Jendral PP & PL Dep Kes RI: 2005, tanda dan gejala filariasis dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap awal dan tahap kronis.
1). Tahap awal (akut)
a) Demam berulang 1-2 kali atau lebih setiap bulan selama 3-4 hari terutama bila bekerja berat. Demam dapat sembuh sendiri tanpa diobati.
b) Timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipatan paha atau ketiak (sekelan/limfadenitis) tanpa adanya luka di badan.
c) Teraba adanya urat seperti tali yang berwarna merah dan sakit, mulai dari pangkal paha atau ketiak dan berjalan kea rah ujung kaki atau tangan.
2). Tahap lanjut (kronis)
Terjadi pembesaran pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita yang hilang timbul, lama kelamaan menjadi cacat menetap.

Sumber :
Departemen Kesehatan RI. 2005. Buku Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE) Filariasis. Jakarta : Depkes RI, Direktorat Jenderal PP & PL.
Dinas Kesehatan Kab. HSU. 2007. Brosur Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) Di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Amuntai: Seksi P2M Dinkes HSU.

Read More ..

PROMOSI KESEHATAN DI SEKOLAH

DASAR PERTIMBANGAN
Sehat:hak asasi manusia , investasi pembangunan perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi dari berbagai gangguan/ ancaman penyakit.
Anak sekolah:
aset ( modal utama) pembangunan masa depan perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.
Sekolah:
tempat pembelajaran, dapat terancam terjadinya penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik.


PENINGKATAN PHBS DI SEKOLAH
DASAR PERTIMBANGAN
UU Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45

Tujuan penyelenggaraan kesehatan sekolah
meningkatkan kemampuan hidup sehat,
meningkatkan lingkungan sehat,
mendidik SDM berkualitas

DASAR PERTIMBANGAN WHO

KONSEP SEKOLAH SEHAT (HEALTH PROMOTING SCHOOL)

Sekolah Melaksanakan UKS, ciri-ciri :
melibatkan semua pihak terkait masalah kes sekolah;
menciptakan lingkungan sekolah sehat dan aman;
memberikan pendidikan kes di sekolah;
memberikan akses terhadap yankes;
ada kebijakan dan upaya sekolah untuk promosi kesehatan
berperan aktif dalam meningkatkan kesmas

Salah satu tujuan UKS :
MENANAMKAN NILAI-NILAI PHBS DAN
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN SEKOLAH YANG SEHAT
PROMOSI KESEHATAN
Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. (Health promotion is the process of enabling people to control over and improve their health).

Promosi Kesehatan di Sekolah
Upaya meningkatkan kemampuan peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri dalam mencegah penyakit, memelihara lingkungan sehat, terciptanya kebijakan sekolah sehat serta berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat sekitarnya

Promosi Kesehatan mencakup :
Pendidikan kesehatan (Health Education) fokus pada perubahan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
Pemasaran sosial (Social Marketing) yang penekanannya pada pengenalan pelayanan kesehatan melalui kampanye.
Upaya Penyuluhan (Komunikasi dan Informasi) yang penekanannya pada penyebaran informasi.
Upaya Peningkatan (Promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Upaya Advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya mempengaruhi lingkungan dan pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan.
Pengorganisasian masyarakat (Community Organization)
Pengembangan masyarakat (Community Development)
Pergerakan mayarakat (Social mobilization)
Pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment)

Studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia Tahun 2006
Perilaku masyarakat dalam mencuci tangan :
Setelah buang air besar 12 %
Setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%
Sebelum makan 14%
Sebelum memberi makanan bayi 7%
Sebelum menyiapkan makanan 6%

Sumber : Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Depkes RI, 2008

Anak terpapar asap rokok
81 % anak usia 13-15 tahun terpapar asap rokok di tempat-tempat publik (GYTS, 2006)
64 % anak usia 13-15 tahun terpapar asap rokok di dalam rumah (GYTS, 2006)
……. % Anak terpapar asap rokok disekolah ??? 
tugas kita semua untuk membuat O %

Lebih dari 43 juta anak Indonesia usia 0-14 tahun hidup serumah dengan perokok dan terpapar asap rokok di tempat-tempat publik. (Pradono and Kristanti, 2002. Passive Smokers, the Forgotten Disaster. Institue of Health Research and Development, Ministry of Health)


PERMASALAHAN
Usia awal sekolah baik untuk menanamkan nilai PHBS tetapi belum dimanfaatkan optimal
Usia anak sekolah: masa rawan terserang gangguan berbagai penyakit.
Masalah kesehatan pada kelompok pra remaja (usia 6 s.d <10 tahun), umumnya berkaitan dengan PHBS.
Peranan sekolah belum optimal dalam mengembangkan promosi kesehatan di sekolah
Masih banyak sekolah belum termasuk sekolah sehat
Dukungan kebijakan promosi kesehatan di sekolah masih kurang

POTENSI
Banyak sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk menanamkan nilai PHBS melalui promosi kesehatan terintegrasi dg program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan intrakurikuler
Guru menjadi mitra pengembangan promosi kesehatan di sekolah
Anak sekolah menjadi kader kesehatan bagi keluarga dan masyarakat
Ada peluang dan dukungan dlm promosi kesehatan di sekolah (dana dan kebijakan)
DASAR PELAKSANAAN
UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 45 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Sekolah
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
SKB 4 Menteri (Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri) No. 1/U/SKB/2003, 1067/Menkes/SKB/VII/2003, MA/230 A/2003, dan 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah
SKB 4 Menteri (Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri) No. 2/P/SKB/2003, No. 1068/Menkes/SKB/VII/2003, MA/230 B/2003, dan 4415-404 Tahun 2003 tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat
Kepmenkes No. 1193/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
Kepmenkes No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah

PENGERTIAN
PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat

Sekolah Sehat adalah sekolah yang mampu menjaga lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan kesehatan peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan fisik dan mental serta perkembangan kecerdasan peserta didik melalui upaya kesehatan

Upaya Penerapan PHBS di Sekolah :
Pengkajian masalah PHBS di sekolah
Pembentukan kelompok kerja PHBS di sekolah
Penyusunan kebijakan PHBS di sekolah
Persiapan infrastruktur penerapan PHBS di sekolah
Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah
Penerapan PHBS di sekolah
Pemantauan dan evaluasi penerapan PHBS di sekolah

STAKEHOLDERS YANG BERPERAN
Pemerintah Daerah (Bupati/Walikota, Bappeda, DPRD)
Lintas Sektor (Depkes, Depdiknas, Depag, Depdagri)
Tim Pembina UKS
Tim Pelaksana UKS
Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Guru
Orang Tua Murid

Tim Pembina UKS
Merumuskan kebijakan teknis mengenai pembinaan dan pengembangan promkes di sekolah melalui UKS
Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan dan program serta pelaksanaan pembinaan dan pengembangan promkes sekolah melalui UKS
Membina dan mengembangkan promkes di sekolah melalui UKS serta mengadakan monitoring dan evaluasi

Komite Sekolah
Mendukung dalam hal pendanaan untuk sarana dan prasarana pengembangan promkes di sekolah.
Mengevaluasi kinerja kepala sekolah dan guru-guru yang berkaitan dengan pencapaian sekolah sehat.

Kepala Sekolah
Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk SK, Surat edaran , dan intruksi tentang pengembangan promkes di sekolah
Mengalokasikan dana/anggaran
Mengkoordinasikan kegiatan
Memantau kemajuan pencapaian sekolah sehat

Guru
Mengadvokasi yayasan/orang tua peserta didik/kepala sekolah untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana untuk promkes di sekolah
Sosialisasi PHBS di lingk. Sekolah
Melaksanakan pembinaan PHBS
Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di sekolah
Memantau tujuan pencapaian sekolah sehat

Orang tua Murid
Menyetujui anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah
Memberi dukungan dana untuk pembinaan PHBS di sekolah

Hasil yang Diharapkan
Anak sekolah menerapkan PHBS
Anak sekolah menjadi kader kesehatan bagi keluarganya
Sekolah menjadi lembaga pembelajaran promkes
Para guru menjadi mitra pengembangan promkes di sekolah


Anak sekolah tumbuh sehat & berprestasi :

Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
Jajan di kantin sekolah yang sehat
Membuang sampah pada tempatnya
Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
Tidak merokok di sekolah
Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin
Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah



Sumber :
Materi Pelatihan Petugas PHBS/Promkes Prov.Kalsel







Read More ..

Sabtu, 17 April 2010

Penyakit Campak

Penyakit campak dapat menyerang semua anak-anak yang
tidak kebal. Di negara berkembang menyerang anak-anak usia di
bawah 2 tahun sedangkan di negara maju sering menyerang
anak-anak prasekolah. Di daerah dengan kepadatan
penduduknya tinggi. Penyakit ini dapat bersifat endemik,
sedangkan di daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah
sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) (Sudarjat Suraatmaja,
1995 : 36).
Pada anak-anak dengan gizi baik, penyakit ini jarang
menyebabkan kematian. Sebaliknya pada anak-anak golongan
gizi buruk, penyakit ini sering menyebabkan kematian karena
terjadi penyulit radang paru-paru (Sudarjat Suraatmaja, 1995 :
36).
1) Penyebab Campak
Penyakit campak adalah suatu penyakit akut dan sangat
menular. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus campak
(Sudarjat Suraatmaja, 1997 : 35).

2) Penularan Campak
Cara penularan campak adalah melalui droplet atau percikan
lendir saat batuk (sekresi hidung), kontak langsung dengan cairan
lendir hidung dan mulut dari orang yang terinfeksi (Sudarjat
Suraatmaja, 1997 : 35).
Penyakit campak sangat menular, masa penularan sudah
terjadi sebelum gejala yang khas berupa ruam-ruam pada kulit
timbul sampai lebih kurang 7 hari setelah timbulnya ruam-ruam
pada kulit.
3) Masa Inkubasi Campak
Rata-rata 10 hari, bervariasi 7-18 hari mulai terpapar sampai
timbul demam, pada umumnya 14 hari sampai timbul rash (Sudarjat
Suraatmaja, 1997: 35).
4) Gambaran Klinis Campak
Gejala pertama yang timbul menyerupai penyakit influenza,
seperti panas, batuk, pilek serta peradangan pada mata
(konjungtivitis) selama 3-7 hari. Kemudian timbul ruam-ruam pada
kulit mulai dari leher atau belakang telinga yang selanjutnya
menyebar keseluruh tubuh yang berlangsung selama 4-6 hari
(Sudarjat Suraatmaja, 1997 : 35).
5) Gejala dan Tanda-tanda Penyakit Campak
Ada 3 gejala dan tanda-tanda penyakit campak antara lain
stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi.
Stadium kataral dengan gejala panas, lesu (malaise), batuk,
takut cahaya (fotofobia), mata merah (conjuctivitis), hidung mampat
mendadak (coriza), bercak koplik di mukosa bucalis. Stadium erupsi
dengan gejala coriza dan batuk bertambah. Timbul titik merah di
palatum durum dan platum mole atau langit-langit mulut, bercak
koplik, kemerahan (rash) yang dimulai dari belakang telinga dan
atas lateral tengkuk sepanjang rambut menjalar ke muka. Suhu
badan semakin tinggi, bibir pecah-pecah, mata merah dan berair.
Kadang ada perdarahan ringan pada kulit, muka, hidung, saluran
pencernaan. Rasa gatal, muka bengkak, pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran limpa (splenomegali), diare dan muntah.
Sedangkan stadium konvalesensi memiliki gejala erupsi berkurang,
timbul hiperpigmentasi, radang kulit bersisik (Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah, 2005 : 89).
6) Pencegahan Penyakit Campak
Penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi campak di
daerah sekitar lokasi Kejadian Luar Biasa (KLB); meningkatkan gizi
penderita; mencegah kontak dengan penderita (tidak keluar rumah,
sekolah, bermain selama tujuh hari), menutup hidung dan mulut saat
penderita bersin (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2005 :
89).
Vaksin Campak
Imunisasi campak diberikan untuk mendapatkan kekebalan
terhadap penyakit campak secara aktif. Vaksin campak
mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh
dalam bentuk kemasan kering tunggal atau dalam kemasan kering
dikombinasikan dengan vaksin gondong dan rubella (campak
Jerman) (A.H. Markum, 2002 : 26).
Untuk menentukan minimal pemberian imunisasi dan jadwal
imunisasi, ada 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1). Distribusi umur mengenai anak yang terserang dan kematiannya.
2). Respon imunologis sehubungan dengan adanya kekebalan bawaan.
Di Indonesia penyakit ini sering menyerang bayi atau anak kecil,
imunisasi dianjurkan diberikan pada umur 12-15 bulan (Sudarjat
Suraatmaja, 1997 : 39).

Sumber :

A.H. Markum. 2002. Imunisasi. Jakarta : FKUI.

Departemen Kesehatan RI. 1999. Status Gizi dan Imunisasi Ibu dan Anak di
Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan.

Dick, George. 1995. Imunisasi dalam Praktek. Jakarta : Hipokrates.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2005. Prosedur Tetap Penanganan KLB
dan Bencana Propinsi Jawa Tengah. Semarang : Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah.
. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Semarang : Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.

Endah Widiarti. 2001. Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Imunisasi di
Kecamatan Uluagung Kabupaten Magelang. Skripsi S-1. Universitas
Diponegoro Semarang.
I.G.N. Ranuh, dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Ikatan
Dokter Anak Indonesia.

Sri Mumpuni. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi di
Kecamatan Kendal Kota Kabupaten Kendal. Skripsi S-1. Universitas
Diponegoro Semarang.
Sudarjat Suraatmaja. 1995. Imunisasi. Jakarta : Arcan.
Sugeng Hariyadi. 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang : UPT UNNES
Press.
Sugiarti. 2002. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi bagi
Bayi di Puskesmas Gunung Jati Kabupaten Magelang. Skripsi S-1.
Universitas Diponegoro Semarang.

Sunarti. 2000. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi
Campak Anak Usia 9-35 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Platungan
dan Sukorejo 1 Kabupaten Kendal. Skripsi S-1. Universitas Diponegoro
Semarang.

Read More ..

Nutrisi Ibu Hamil

Telah diketahui bahwa janin dalam kandungan membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya. Oleh sebab itu makanan ibu hamil harus cukup untuk berdua yaitu untuk ibu sendiri dan untuk anak dalam kandungannya. (Dep Kes, 1993).
Kekurangan dan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil tersebut. Kekurangan makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri, hemoragia post partum, sepsis puerperalis sedangkan makanan secara berlebihan karena ibu hamil tersebut salah mengarti bahwa ia makan untuk “dua orang” dapat pula menyebabkan komplikasi antara lain pre eklampsia, janin besar dan sebagainya. Anjurkan wanita hamil tersebut makan secukupnya saja. Bahan makanan tidak perlu mahal, tetapi cukup mengandung protein baik hewani maupun nabati (Sarwono, 2002).
Makanan diperlukan antara lain untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus, buah dada dan kenaikan metabolisme anak aterm memerlukan 400 gram protein, 220 gram lemak, 80 gram karbohidrat dan40 gram mineral. Uterus dan plasenta membutuhkan masing-masing 500 gram dan 55 gram protein. Kebutuhan total protein 950 gram, calsium 30 gram Fe 0,8 gram dan asam folat 300 mg (Mochtar, 1998). Dalam masa kehamilan berat badan seorang ibu dapat bertambah sekitar 11-13 kg. Yang disebabkan oleh pembesaran janin (rata-rata 3,4 kg), jaringan plasenta 1,5 kg, uterus 0,4 kg, payudara 1,5 kg, volume darah 1,5 kg, air ketuban 2,9 kg. Peningkatan berat badab tersebut membutuhkan makanan yang bergizi baik karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air (M. Agus krisno Budianto, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping faktor genetis) status gizi janin. Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula status gizi ibu pada waktu konsepsi yang dipengaruhi oleh:
1) Keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil
2) Keadaan kesehatan dan gizi ibu
3) Jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anaknya yang pertama.
Sedangkan status gizi ibu pada waktu melahirkan ditentukan berdasarkan keadaan kesehatan dan status gizi pada waktu konsepsi juga berdasarkan:
1) Keadaan sosial dan ekonomi waktu hamil
2) Derajat pekerjaan fisik
3) Asupan pangan
4) Pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi.
Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis kemiskinan, berguna untuk pemastian apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Manfaat riwayat obstetri ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh. Kecukupan zat gizi selama hamil baru dapat dipantau melalui parameter keadaan kesehatan ibu dan berat lahir janin. Meskipun baku penilaian status gizi wanita yang tidak hamil tidak dapat diaplikasikan pada waniyta hamil, perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan sebagai petunjuk. Berat badan rendah sebelum konsepsi serta pertambahan berat yang tidak adekuat merupakan penilaian langsung yang dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan janin.
Pemeriksaan antropometrik yang biasa dilakukan ialah penimbangan berat badan, pengukuran tinggi, penentuan berat ideal, dan pola pertambahan berat. Berat pada kunjungan pertama sementara berat sebelumnya jangan terlewat untuk ditanyakan. berat sebelum hamil berguna untuk penentuan prognosis serta keputusan perlu tidaknya dilakukan terapi gizi secara intensif (Arisman, 2004)

Kebutuhan gizi pada ibu hamil
Tujuan penataan gizi pada wanita hamil adalah untuk menyiapkan:
1) Cukup kalori, protein yang tinggi, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin serta plasenta.
2) Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak.
3) Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat baku selama hamil
4) Perencaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik dan memperoleh cukup energi untuk menyusui serta merawat bayinya kelak
5) Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan seperti mual dan muntah.
6) Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama kehamilan.
7) Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup.
Bahan pangan yang digunakan meliputi enam kelompok:
1) Makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati)
2) Susu dan olahannya
3) Roti dan bebijian
4) Buah dan sayur yang kaya akan vitamin C.
5) Syuran berwarna hijau tua
6) Buah dan sayur lain
Jika keenam makanan ini digunakan, maka seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh wanita hamil akan terpenuhi. (Arisman, 2004). Kebutuhan zat gizi ditentukan oleh kenaikan berat janin dan kecepatan janin mensintesa jaringan-jaringan baru. Dengan demikian kebutuhan zat gizi akan maksimum pada minggu-minggu mendekati kelahiran . Zat-zat gizi ini diperoleh janin dari simpanan ibu pada masa anabolik dan dari makanan ibu sehari-hari sewaktu hamil (Depkes, 1993)
1) Kebutuhan energi
Kebutuhan pada waktu hamil adalah 300-500 kcal lebih banyak dari makanan yang biasa ibu makan setiap hari. Penambahan 300-500 kcal ini dianggap zat-zat gizi lain (protein, vitamin dan mineral) juga ikuyt terpenuhi baik untuk kebutuhan ibu sendiri maupun untuk kebutuhan janin.
Pada awal kehamilan trimester I kebutuhan energi sangat sedikit namun pada akhir semester terjadi peningkatan. Pada trimester II kalori dibutuhkan untuk penambahan darah, pertumbuhan uterus, pertumbuhan jaringan mamae dan penimbunan lemak. Selama trimester akhir kalori digunakan khususnya untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Sumber kalori antara lain karbohidrat, protein dan lemak. Makanan yang mengandung hidrat arang antara lain golongan padi-padian seperti beras, jagung, gandum dan golongan umbi-umbian seperti kentang, ubi jalar dan ubi kayu, lain-lainnya misalnya sagu (Dep kes, 1993).
2) Kebutuhan protein
Kebutuhan protein meningkat selama hamil guna memenuhi asam amino untuk perkembangan janin penambahan volume darah dan pertumbuhan mamae serta jaringan uterus. Kebutuhan protein pada ibu hamil 30 g lebih banyak dari yang tidak hamil (Depkes, 1993)
Sumber protein antara lain protein hewani: daging, ikan, unggas, telur, kerang, dan lain sebagainya. Protein nabati antara lain kacang-kacangan; seperti kacang kedelai, kacang tanah , kacang tolo.
3) Kebutuhan lemak
Lemak selain sebagai kalori juga untuk memperoleh vitamin-vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A,B, E, dan K (Dep kes, 1993)
4) Kebutuhan vitamin
Kebutuhan vitamin meningkat selama hamil, vitamin diperlukan untuk membantu metabolisme karbohidrat dan protein.
a. Vitamin A
Penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi, meningkatkan daya tahan terhadap infeksi dan juga diperlukan untuk pemelihaan jaringan mata. Sumber vitamin A: hewani seperti minyak ikan kuning telur, nabati seperti wortel, sayuran yang berwarna hijau, buah-buahan yang berwarna merah seperti tomat, pepaya (Depkes, 1993)
b. Vitamin B komplek
Vitamin B komplek mengandung vitamin B1, B2, asam nikotin (niasin), B6, B12 dan asam folik. Vitamin B1 penting untuk pembakaran hidrat arang, guna menghasilkan tenaga serta urat saraf. Sumber vitamin B1: hewani ; telur, ginjal, otak ikan. Nabati; beras tumbuk kacang-kacangan, beras merah, daun singkong dan daun kacang panjang. Vitamin B2 penting untuk pernafasan antar sel, pemelihaan jaringan saraf, kulit dan kornea mata. Sumber vitamin B2; bermacam-macam buah, sayur biji kacang (Dep kes, 1993). Vitamin B12 penting sekali bagi keberfungsian sel-sel sum-sum tulang, sistem persyarafan dan saluran cerna. Sumber vitamin B12 ialah hati, telur, ikan, kerang, daging, unggas, susu, dan keju (Arisman, 2004)
c. Vitamin D
Kekurangan vitamin D selama hamil berkaitan dengan gangguan metabolisme calsium pada ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia dan tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia enamel gigi bayi dan osteomalasia pada ibu. Sumber vitamin D ialah susu yang telah diperkaya dengan vitamin D (Arisman, 2004)
5) Kebutuhan yodium
Kekurangan yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme yang selanjutnya berkembang menjadi kreatinisme karena peran hormon tiroid dalam perkembangan pematangan otak menempati posisi strategia. Koreksi terhadap kekurangan yodium sebaiknya dilakukan sebelum atau selama 3 bulan pertama kehamilan. Anjuran asupan perhari untuk wanita hamil dan menyusui sebesar 200 mg. Dalam bentuk garam beryodium, pemberian suplementasi pada hewan ternak, pemberian minyak beryodium peroral atau injeksi. (Arisman, 2004).
6) Kebutuhan calsium
Kalsium bersama dengan garam fosfor yang diperlukan untuk tulang dan gigi janin. (Dep kes, 1993). Kadar kalsium dalam darah wanita hamil menurun drastis sampai 5% daripada wanita tidak. Asupan yang dianjurkan kira-kira 1200 mg perhari bagi wanita hamil yang berusia diatas 25 tahun dan cukup 800 mg untuk mereka yang berusia lebih muda. Sumber utama kalsium ialah susu dan hasil olahannya yoghurt, keju, udang, sarang burung, sarden dalam kaleng, sayuran warna hijau tua. (Arisman, 2004)
7) Zat besi
Kebutuhan wanita hamil akan meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300% perkiraan besaran zat besi yang perlu disimpan selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi diteransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet karena itu suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan kepada wanita yang bergizi baik. Setiap wanita hamil dianjurkan untuk menelan zat besi sebanyak 30 mg tiap hari. Takaran ini tidak akan terpenuhi hanya melalui makanan oleh sebab itu suplemen sebesar 30-60 mg dimulai pada minggu ke12 kehamilan yang diteruskan sampai 3 bulan pasca partum perlu diberikan setiap hari . (Arisman, 2004)
8) Asam folat atau folic acit
Merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya selama hamil berlipat dua. (Arisman, 2004).
Asam folat diperlukan untuk memelihara pertumbuhan janin dan mencegah terjadinta anemia macrocytic megaloblastik. Kebutuhan selama hamil antara 400-800 gram perhari. Folic acit sangat sensitif terhadap panas tinggi sehingga apabila makanan dimasak terlalu lama akan merusak folic acit (Dep kes, 1993).
Jenis makanan yang banyak mmengandung asam folat atau folic acit adalah ragi (1000 mg/100 g.) Hati (250 mg/100 g), brokoli, sayuran berwarna hijau, bayam, asparagus, dan kacang-kacangan sumber lain seperti ikan, daging, jeruk dan telur. (Arisman, 2004)

Sumber :

Read More ..

Anemia Pada Kehamilan

Definisi
Anemia adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau haemoglobin (Hb) lebih rendah dari nilai normal (Beck, 1996). Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan haemoglobin dibawah 11 g % pada trimester 1 dan 3 atau kadar kurang dari 10,59 g % pada trimester 2 (Sarwono, 2002).
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hemotokrit) per 10 ml darah (Sylvia Anderson, 1994). Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan hal ini di sebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan dalam darah dan sum-sum tulang.
Berdasarkan penyelidikan di Jakarta anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi (Sarwono, 2002).

Anemia defisiensin besi 62,3 % (kekurangan zat besi),
Anemia megaloblastik 29,0 % (kekurangan vitamin B12)
Anemia hipoplastik 8,0 % (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentuk)
Anemia hemolitik 0,7 % (gangguan pembentukan sels-sel darah)
Anemia defisiensi besi adalah dimana keadaan kadar haemoglobin hemotokrit dan sel darah merah lebih rendah dari normal sebagai akibat dari defiseinsi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2004). Yaitu kerusakan produksi sel darah merah yang diakibatkan dari penurunan jumlah zar besi yang disimpan di dalam tubuh yang diperlukan untuk sintesis Hb (Ester Monica, 1998).
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding defisiensi zat gizi lain, seperti asam folat, vitamn B12, protein, vitamin dan trace elemen lainnya (Wirakusuma S. Emma, 1999)
Anemia gizi besi bisa berakibat buruk bagi penderitanya, terutama bagi golongan rawan gizi, yaitu anak balita, anak sekolah, wanita hamil dan menyusui, serta terutama yang berpenghasilan rendah. Anak yang terkena anemia gizi akan terganggu pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. Selain itu, aktifitas fisiknya juga akan menurun. Pada ibu anemia gizi mengakibatkan kerawanan saat melahirkan, perdarahan, berat bayi rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan anak. Sedangkan pada ibu menyusui, kualitas air susu rendah dan jumlah berkurang. (Wirakusuma S. Emma, 199 ; 5)
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 – 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30-40 mg disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta, makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Sebagia gambaran berapa banyak kebutuhan pada setiap kehamilan :
Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr Fe
Terdapat dalam plasenta 300 mgr Fe
Untuk darah janin 100 mgr Fe

Jumlah 900 mgr Fe

Klasifikasi Anemia
Anemia dapat diklasifikasi menurut morfologi sel darah merah yaitu sebagai berikut :
1. Amenia normositik normokrom
Dimana ukuran dan bentuk –bentuk sel- sel darah merah normal serta mengandung haemaglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebabkan adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sum-sum.
2. Anemia makrositik normokrom
Berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsetrasi haemoglobinnya normal. Hal ini disebabkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti pada defisiensi B12 dan atau asam folat serta kemoterapi kanker.
3. Hipokrom Anemia mikrositik
Hipokrom berarti mengandung haemoglobin dalam jumlah yang kurang dari nomal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi) seperti pada anemia defisiensi besi, kehilangan darah kronik atau gangguan sistesis globin seperti pada talasemia (Sylvia Anderson, 1994).
2.2.3 Tanda dan gejala anemia
Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas seperti: pucat, mudah lelah, lesu, berdebar, takikardi, dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebra. Jika keadaan berlangsung lama dan berat akan terjadi stomatitis angualaris, glositis dan koinolikia (keadaan kuku yang cekung seperti sendok) Tanda yang khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia (tidak bisa menelan), hipoklorida, koinolikia dan pagofagia. Tanda yang kurang khas berupa kelelahan, anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja intelektual serta kemampuan kerja menyusut. (Arisman, 2004)

Penyebab terjadinya anemia
1) Tidak cukup zat besi dalam makanan
Menurut Depkes RI 1998 apabila makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak cukup banyak mengandung zat besi atau absorpsinya rendah, maka kertersediaan zat besi untuk tubuh tidak cukup memenuhi kebutuhan akan zat besi. Karena didalam tubuh manusia zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen dan berada dalam bentuk haemoglobin, myoglobin dan eytochrom, sebagian besar zat besi yang digunakan untuk pembentukan haemoglobin berasal dari pemanfaatan kembali hasil pemecahan sel darah merah, sedang kekurangannya diperoleh dari makanan yang dimakan. Kebutuhan zat besi sehari-hasri dimaksudkan sebagai pengganti yang dikeluarkan tubuh melalui kulit, keringat, tinja, air seni dan rambut yang besarnya sekitar 0,5-1,0 mg (Mery E Beck, 1993).
2) Bertambah kebutuhan
Menurut Depkes (1998) pada waktu hamil kurang lebih 500 mg zat besi diperlukan sebagai tambahan dari kebutuhan biasa pada sebelum hamil. Jika jumlah ini tidak terpenuhi dari makanan atau tidak diberikan suplemen zat besi pada waktu hamil kemungkinan besar yang bersangkutan akan menderita anemia (Hana, dalam majalah keperawatan UNPAD, 2001). Kebutuhan akan zat besi selama hamil meningkat untuk memasok kebutuhan janin tumbuh (pertumbuhan janin memerlukan banyak sekali zat besi). Pertumbuhan plasenta dan peningkatan volume darah ibu (Arisman, 2004)
3) Kehilangan darah
Sepanjang usia reproduktif wanita akan kehilangan darah akibat haid, jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar antara 20-25 cc. Jumlah ini mengakibatkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan atau kira-kira sama dengan 0,4-0,5 mg sehari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg/hari (Arisman, 2004). Pada perjalanan penyakit yang menyebabkan kehilangan darah seperti abortus, kehamilan etopik, juga terjadi kehilangan haemoglobin yang dapat mengakibatkan anemia (Erica Royston, 1994).
4) Malnutrisi
Banyak berpantang makanan tertentu selagi hamil dapat memperburuk keadaan anemia gizi besi. Biasanya ibu hamil enggan makan daging, ikan, hati dan pangan hewani lainnya. Padahal pangan hewani merupakan sumber zat besi yang tinggi absorpsinya (Emma, 1999). Malnutirisi adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (FKUI, 2000)
Faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya anemia gizi besi adalah kurangnya konsumsi zat besi yang berasal dari makanan atau rendahnya absorpsi zat besi yang ada dalam makanan. Ketersediaan zat besi dari makanan yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami anemia gizi besi (Emma, 1999)
5) Penyakit – penyakit kronik seperti malaria, penyakit sel sabit, infeksi bakteri, parasit usus atau cacing tambang.
Pada malaria dan penyakit sel sabit sel darah merah dihancurkan lebih cepat daripada kemampuan tubuh untuk menggantinya. Sedangkan pada infeksi bakteri fungsi sum-sum tulang yang normal tertekan sehingga walaupun terhadap semua zat makanan yang relevan dalam tubuh, pembentukan haemoglobin tidak terjadi sampai infeksi dapat dikendalikan (Erica Royston, 1994). Sedangkan darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-100 cc/hari bergantung pada beratnya infestasi (Arisman, 2004).
6) Disamping penyebab medis faktor sosial ekonomi juga memainkan peranan yang penting .
karena tingkat kemiskinan dinegara berkembang menerangkan sebagian besar menjadi penyebab terjadinya anemia berat. Masalah yang sering ditimbulkan seperti gizi buruk, kekurangan air, tabu terhadap makana, produksi dan cadangan makanan, produksi dan cadangan makanan yang tidak cukup dan tidak adanya sistem jaminan sosial yang efektif secara bersamaan dapat menurunkan kesehatan dan menyebabkan terjadinya anemia ( Erica Royston, 1994).
Faktor sosial ekonomi juga memberikan dampak yang besar pula terhadap kematian ibu, sebab bila sosial ekonomi rendah dapat berakibat rendahnya kemampuan keluarga untuk meyediakan makanan yang bergizi. Kedaan ini tentu mengakibatkan gizi jelek pada anggota keluarga khususnya ibu. Ibu hamil dengan gizi jelek tentu akan membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya selain itu bila kemampuan ekonomi keluarga rendah akan berakibat pula terhadap tingkat pengetahuan dan kecerdasan anggota keluarga. Pengetahuan yang terbatas merupakan faktor penghambat untuk menerima suatu motivasi dalam bidang kesehatan. (Depkes RI, 1996)

Pengaruh anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas. Pelbagai penyulit dapat timbul akibat anemia seperi:
1) Abortus
2) Partus prematurus
3) Partus lama karena inertia uteri
4) Pendarahan pospartum karena antonia uteri
5) Syok
6) Infeksi baik intra partum maupun pospartum
7) Anemia yang sangat berat
Sedangkan pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:
1) Kematian mudigah
2) Kematin perinatal
3) Prematuritas
4) Dapat terjadi cacat bawaan
5) Cadangan besi kurang

Tahap terjadinya anemia zat besi ada 3 yaitu:
1) Tahap pertama: terjadi apabila simpanan besi berkurang yang terlihat dari penurunan feritin dalam plasma hingga 12 μg/l. hal ini dikonpensasikan dengan peningkatan absorpsi besi yang terlihat dari peningkatan kemampuan mengikat besi total (total iron binding capacity/TIBC) pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional pada tubuh.
2) Tahap kedua: terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh transferin hingga kurang dari 16% pada orang dewasa dan meningkatnya protoporfirin yaitu pendahulu (precursor) hem. Pada tahap ini nilai haemoglobin dalam darah masih berada pada 95 % nilai normal. Hal ini dapat mengganggu metabolisme energi sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan bekerja.
3) Tahap ketiga: terjadinya anemia gizi besi dimana kadar haemoglobin total turun dibawah nilai normal. Anemia gizi besi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai haemoglobin rendah (hipokromia). Oleh sebab itu anemia gizi besi dinamai anemia hipokromik mikrositik.
2.2.7 Diagnosis anemia pada kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual, muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan haemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan sahli dapat digolongkan sebagai berikut: Hb 11 gr % tidak anemia
Hb 9-10 gr% anemia ringan
Hb 7-8 gr% anemia sedang
Hb kurang 7% anemia berat.(Manuaba,1998)

Pencegahan dan penanganan anemia
1) Pemberian tablet besi
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam program suplementasi, dosis yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet (satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200 mg asam folat) yang dimakan selama paruh kedua kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi (Daemeyer, 1995).
2) Pendididkan
Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti para wanita hamil harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemi dan harus pula diyakini bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi (Arisman, 2004).
3) Modifikasi makanan
Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara, pertama pemastian konsumsi makanan yang cukup makanan yang cukup kalori sebesar yang dikonsunsi. Kedua meningkatkan ketersediaan zat besi yang dimakan yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi. (Arisman, 2004)
4) Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak diinginkan. Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi ini memerlukan upaya kesehatan masyarakat, pencegahan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi dan kebersihan perorangan ( Arisman, 2004).
5) Fortifikasi makanan
Merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Kelompok masyarakat yang dijadikan target harus (dilatih) dibiasakan mengkonsumsi makanan fortifikasi ini serta harus memiliki kemampuan untuk mendapatkannya (Arisman, 2004) . hasil olahan makanan fortifikasi yang paling lazim adalah tepung gandum roti, makanan yang terbuat dari jagung serta jagung giling dan hasil olahan susu meliputi formula bayi dan makanan sapihan (tepung bayi) (Daemeyer, 1995)

Sumber : Manuaba, Gde, Bagus Ide. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta Mochtar, Rustam. 1998. ”Sinopsis Obsterti Jilid II”, EGC Jakarta Wiknjosastro, Hanafi. 2002. ”Ilmu Kandungan”. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Read More ..

Kehamilan

Konsep Dasar kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. (Manuaba, 1998). Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu. (Dep.Kes, 1996 ). Kehamilan adalah suatu proses yang akan terjadi bila aspek penting terpenuhi yaitu ovum, spermatozoa konsepsi dan nidasi (Dep.Kes RI, 1993 ).

Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi. :
1. Ovulasi pelepasan ovum
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks.
2. Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata rantai hormonal yang kompleks dari panca indra, hipotalamus, hipofisis dan sel intertisial Leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitois.
3. Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilasi dan membentuk zigot.
4. Terjadi nidasi (implantasi pada uterus)
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa terbentuk zigot yang lain beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Bersamaan dengan pembelahan inti, hasil kosepsi terus berjalan menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan dalam ovum yang besarnya 100 Mu atau 0,01 mm dan disebut stadia morula. Selama pembelahan sel di bagian dalam terjadi pembentukan sel di bagian luar morula yang kemungkinan berasal dari korona radiata yang menjadi sel trofoblas. Sel trofoblas dalam pertumbuhannya mampu mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mempertahankan korpus luteum gravidarum.
Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terjadi ruangan yang mengandung cairan disebut “blastula”. Perkembangan dan pertumbuhan berjalan, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi. Sementara itu fase sekresi endometrium telah makin gembur dan makin banyak mengandung glikogen yang disebut desidua. Sel trofoblas yang meliputi “primer vili korealis” melakukan destruksi enzimatik-proteolitik, sehingga dapat menanamkan diri didalam endometrium.
Proses penanaman blastula disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6 sampai ke 7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula ke dalam endometrium, mungkin terjadi perdarahan yang disebut tanda Hartman.

5. Pembentukan plasenta
Nidasi atau implamentasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang pada blastula penyebaran sel trofoblas yang tumbuh kembang tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium. Sel trofoblas mendestruksi endometrium sampai terjadi, pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis.
Fungsi Plasenta :
a. Sebagai alat nutrisi untuk mendapatkan bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pekembangan janin
b. Sebagai alat pembuangan sisa metabolisme
c. Sebagai alat pernapasan dimana janin mengambil O2 dan membuang CO2
d. Menghasilkan hormon pertumbuhan dan persiapan pemberian ASI
e. Sebagai alat penyalur antibodi ke tubuh janin
f. Sebagai barrier atau filter
g. Fungsinya belum diketahui. (Manuaba, 1998)
6. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm

Tanda – tanda Kehamilan
1. Tanda dugaan hamil
a. Amenore (terlambat datang bulan)
b. Mual dan muntah
Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan
c. Ngidam
d. Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf dan menimbulkan sinkop.
e. Payudara tegang
Pengaruh esterogen – progesteron dan somatomamotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.
f. Sering miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.
g. Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h. Pigmentasi kulit pada daerah pipi, dinding perut dan sekitar payudara
i. Epulis
Hipertropi gusi disebut epulis dapat terjadi bila hamil
j. Varices atau penampakan pembuluh darah vena (Manuaba, 1998)
2. Tanda – tanda kemungkinan hamil
a. Perut membesar
b. Uterus membesar
c. Pada pemeriksaan dalam dijumpai
Tanda hegar : Perlunakan isthmus
Tanda chadwicks : Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu
Tanda piscaseck : Uterus membesar kesalah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut
Tanda braxton hicks : Bila uterus dirangsang mudah berkontraks
Teraba ballotement : Pantulan yang terjadi setelah uterus diketuk
d. Pemeriksanaan tes biologis kehamilan positif
3. Tanda pasti kehamilan (Manuaba, 1998)
Tanda pasti kehamilan dapat di tentukan dengan jalan :
1. Gerakan janin dalam rahim :
a. Terlihat / teraba gerakan janin
b. Teraba bagian – bagian janin
2. Denyut jantung janin
a. Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotografi, alat doppler.
b. Dilihat dengan ultrasonagrafi
c. Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi.

Perubahan fisiologis pada saat kehamilan
1. Rahim atau uterus
a. Ukuran : untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasia otot polos rahim
b. Berat uterus naik
c. Bentuk dan konsistensi uterus meningkat
d. Vaskularisasi : pembuluh darah balik (vena) mengembangan dan bertambah
e. Serviks uteri : serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak. (Rustam, 1998)
2. Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-kebiruan (tanda chadwicks).
3. Ovarium
Ovulasi terhenti dan masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri yang mengambil alih mengeluaran estrogen dan progesteron (Rustam Mochtar, (1998).
4. Payudara
Payudara menjadi lebih besar, areola payudara makin berpigmentasi (hitam), glandula montgomery makin tampak, puting susu makin menonjol, pengeluarkan ASI belum berlangsung karena prolaktin belum berfungsi karena hambatan dari PIH (prolaktin dan inhibiting hormone) untuk mengeluarkan ASI.
5. Sikulasi darah ibu
a. Volume darah
Volume darah meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilus) dan curah jantung akan bertambah sekitar 30 %.
b. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilus yang disertai anemia fisiologis.
c. Sistem respirasi
Terjadi perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar, sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat , ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 – 25 % dari biasanya.
d. Sistem pencernaan
Pengeluaran air liur yang berlebihan, daerah lambung terasa panas, mual, pusing kepala terutama pagi hari (morning sickness) muntah, obstipasi.
e. Traktus urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
f. Perubahan pada kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormon lobus hipofisi anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra dan pipi.
g. Metabolisme
Metabolisme tubuh mengalami perubahan dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuha janin dan persiapan memberikan ASI. (Manuaba , 1998).

Sumber :

Read More ..

HIPERPARATIROIDISME

Definisi
Adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid.
Hiperparatiroid ada tiga
Hiperparatiroid Primer
Terjadi akibat meningkatnya sekresi paratiroid hormon biasanya disebabkan oleh suatu oedema paratiroid.
Hiperparatiroid skunder
Timbul karena suatu keadaan hipokalsemia kronik seperti pada gagal ginjal.
Hiperparatiroid tersier
Merupakan kelanjutan dari hiperparatiroid skunder yang kronis.
Anatomi Fisiologi
Dalam keadaan normal terdapat empat kelenjar paratiroid yang terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid-satu dibelakang tiap kutub atas dan tiap di belakang kutub bawah setiap kelenjar tiroid.
Setiap kelenjar paratiroid kira;kira panjang 6mm, lebar 3mm, dan tebal 2mm.


Anatomi Fisiologi
Mempunyai gambaran makroskopik lemak coklat tua; oleh karena itu , kelenjar paratiroid sukar ditemukan tempatnya
Kelenjar paratiroid mengandung sel-sel utama dan oksifil.
Sel utama menyekresi sebagian besar hormon paratiroid sedang fungsi sel oksifil tidak diketahui.
Patofisiologi
Hiperparatiroidisme menyebabkan aktivitas osteoklastik yang berlebihan dalam tulang. Keadaan ini akan meningkatkan konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraselular sementara biasanya menekan konsentrasi ion fosfat karena peningkatan ekskresi fosfat ginjal.
Patofisiologi
Produksi paratiroidhormon yang berlebihan meningkatkan aktivitas osteoklastik, mendorong resorbsi tulang dan mobilisasi calcium. Transpor calsium dari cairan tulang ke plasma melalui kerja osteosit, calcium menjadi hilang dari tulang , tulang menjadi rapuh.
Etiologi
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (berbagai adenoma atau hiperplasia).
Tanda dan Gejala
Kebanyakan pasien dengan hiperparatiroidisme adalah asimtomatik. Manifestasi utama dari hiperparatiroidisme terutama pada ginjal dan tulang.
SSP: perubahan mental, penurunan daya ingat,emosional tidak stabil,depresi,gangguan tidur,koma.
Neuromuskular: Tenaga otot berkurang,rasa sakit pada sendi,pruritus .
GI: Ulkus peptikum, pankreatitis,nausea,vomiting,refluk dan kehilangan nafsu makan.
Cardiovaskuler: Hipertensi.
Mata: Konjunktivitis, keratopathy.


Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
a.Kalsium serum meninggi
b.Fosfat serum rendah
c.Fosfatase alkali meninggi
d.Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah


Foto Rontgen
Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
Cystic-cystic dalam tulang
Trabeculae di tulang
PA
Osteoklas, Osteoblast dan jaringan fibreus bertambah
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a.Pengumpulan biodata:umur, jenis kelamin dan tempat tinggal.
b.Riwayat penyakit dalam keluarga.
c.Keluhan utama antara lain:
Sakit kepala,kelemahan,lethargi dan kelelahan otot.
Pengkajian
Gangguan GI:mual, muntah, anorexia, obstipasi dan nyeri lambung disertai ppenurunan BB
Depresi.
Nyeri tulang dan sendi.
Riwayat trauma/fraktur tulang.
Pemeriksaan fisik: observasi dan palpasi adanya deformitas tulang,amati warna kulit apakah tampak pucat, perubahan tk kesadaran.
Pemeriksaan laboratorium: kadar kalsium dan fosfat.

Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri berhubungan dengan kelemahan dan kemungkinan fraktur, meningkatnya kontraksi ureter, trauma jaringan, terbentuknya edema.
Tujuan:
Rasa nyeri teratasi.

Intervensi
Amati dan catat lokasi, durasi dan intensitas nyeri
Jelaskan penyebab nyeri.
Lakukan gate kontrol pada punggung.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Observasi tanda-tanda vital
Diagnosa keperawatan
2. Perubahan elliminasi urine b/d demineralisasi ginjal skunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.
Tujuan:
Haluaran urine akan kembali normal 30 sampai 60 ml/jam, tidak terbentuknya batu.
Intervensi
Beri intake cairan 3000-4000ml/hr.
Monitor intake/output.
Observasi keadaan kandung kemih.
Beri diet sesuai program.
Monitor tanda-tanda vital.
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan.
Diagnosa keperawatan
3. Perubahan nutrisi b/d anorexia dan mual
Tujuan
Masukan makanan terpenuhi, tidak ada mual.
Intervensi:
Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet rendah kalsium. Jelaskan untuk tidak mengkonsumsi susu dan produk susu.
Berikan makanan hangat dalam porsi kecil tp sering.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet.
Monitor intake /output.
Monitor tanda-tanda vital.
Timbang BB



Diagnosa keperawatan
4.Konstipasi b/d efek dari hiperkalsemia pada saluran GI.
Tujuan:
Mempertahankan pola Bab normal .
Intervensi:
Bantu klien untuk tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi yang memungkinkan.
Tingkatkan asupan cairan dan serat dalam diet.
Kolaborasi jk konstipasi menetap.
Diagnosa keperawatan
5. Resiko cedera b/d demineralisasi tulang yang mengakibatkan faktur patologi.
Tujuan:
Cedera tidak terjadi, tidak terdapat faktur patologis.
Intervensi:
Lindungi klien dari kecelakaan jatuh bahkan benturan ringan sekalipun.
Hindarkan klien dari satu posisi menetap, ubah posisi dengan hati-hati.
Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama terjadi kelemahan fisik.
intervensi
Atur aktivitas yang tidak melelahkan klien.
Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik serta menghindari perubahan posisi tiba-tiba.
Ajarkan untuk menggunakan alat bantu berjalan jk dibutuhkan, anjurkan untuk berjalan perlahan-lahan.
Perawatan preoperasi
Sebelum tindakan operasi, kadar hormon tiroid harus diupayakan dalam keadaan normal.
Pemberian obat antitiroid masih tetap dipertahankan.
Masalah jantung/HT harus teratasi.
Kondisi nutrisi harus optimal.
Latih klien cara batuk efektif dan latihan napas dalam.
Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi.
Beritahukan klien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi akibat pemasangan ETT pada saat operasi.
Perawatan postoperasi
Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil, kemudian lanjutkan setiap 30 menit selama 6 jam.
Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan agar kepala tetap ekstensi sampai klie sadar penuh.
Berikan posisi semi fowler.
Berikan obat analgesik sesuai program terapi.
Monitor tanda-tanda Perdarahan, distress pernafasan, hipokalsemia akibat pengangkatan paratiroid.



Daftar pustaka
Long, barbara. C. Perawatan Medical Bedah (ed.3). Jakarta: EGC (1987).

Rumahorbo Hotma, SKp. Asuhan keperawatan klien Dengan gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC (1999)

Guyton & Hall . Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC (1993)

Guyton & Hall . Fisiologi manusia. Jakarta: EGC (1993)

Mardiati Ratna, Sp.KJ . Buku Kuliah Faal Endokrin. Jakarta: Sagung
Seto (2004)

Ester Monika, S.Kp . Keperawatan Medikal Bedah (ed.8).Jakarta: EGC (2001)


Oleh kelompok 8 Ners B STIKES Muhammadiyah Banjarmasin
Boy Legaspi
F a u z i a h
M. Aryad
M I s n a n
Noorsyamsu Ridha
Rusdiana
Winardi

Read More ..

PUSKESMAS SANTUN USIA LANJUT

Proyeksi penduduk lansia di Indonesia diperkirakan 15 juta atau 7,6 % dari asumsi populasi penduduk Indonesia 210 juta, diprediksi pada tahun 2020 kelompok lansia di di Indonesia mencapai 28 juta, namun realita berkata lain 55,7% lansia masih berperan sebagai kepala keluarga usila umumnya berpendidikan rendah serta data jumlah lansia yang berisiko terlantar berkisar 5 juta.
Provinsi Kal.Tim daerah yang kaya emas hitam namun faktanya 15 ribu dari 460 ribu usila hidup terlunta-lunta karena tidak punya keluarga, tidak punya ketrampilan dan ketidakmampuan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Indang T,2007).
Hasil studi lembaga demografi UI menyatakan sekitar 17 % mengalami sakit dalam waktu sebulan yang lalu, 9 % setahun yang lalu pernah dirawat di RS dan sekitar 74 % lansia mengalami berbagai penyakit kronis.
Data surkesnas 2001 menemukan derajat kesehatan lansia yang masih rendah hal ini ditopang data prevalensi kasus hipertensi mencapai (42,9%), penyakit sendi ( 39,6%), anemia (46,3%), penyakit jantung dan pembuluh darah (10,7%) dan cenderung meningkat dan proporsi lansia yang mengalami cacat (88,9%)


Legalitas usila di Indonesia ditempatkan pada posisi yang terhormat sesuai UU kesehatan 23 tahun 1992 pasal 19 yang memuat pentingnya upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuan lansia agar tetap mandiri dan produktif.
Didukung UU No.13, tahun 1998 menyatakan pelayanan kesehatan ditujukan untuk memelihara, meningkatkan derajat dan kemampuan lansia.
Terkait hak azazi manusia UU no.39 tahun 1999 memuat setiap penyandang cacat, usia lanjut.. berhak memperoleh perawatan, pendidikan pelatihan dan bantuan khusus dari Negara
PUSKESMAS SANTUN USIA LANJUT
Keberhasilan Pembangunan bidang kesehatan umur harapan hidup
Populasi Usia Lanjut
Visi Indonesia Sehat 2010, pergeseran pelayanan medis menjadi pemeliharaan kesehatan ( Preventif dan Promotif )
Fokus penanggulangan kesehatan : upaya menyehatkan keluarga dan masyarakat

Strategi Pelayanan Usia Lanjut
Pencegahan
Pemeliharaan
Peningkatan Kesehatan
Penyembuhan
Pemulihan

Strategi Puskesmas Santun Usia Lanjut

Acuan Pengelolaan Program Usia Lanjut untuk Peningkatan Kualitas dan Pengembangan Pelayanan

Puskesmas Santun
Usia Lanjut

Puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan kepada pra usia lanjut dan usia lanjut meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

Unsur Puskesmas Santun Usia Lanjut
Pro Aktif
Fasilitas tersendiri di Puskesmas
Santun : sopan, hormat, dan menghargai sosok insan lebih tua dan dorongan mandiri shg derajat kesehatan optimal
Pelayanan oleh tenaga Profesional dengan kerjasama lintas sektor dan swasta yang berazaskan kemitraan
Pelayanan standar teknis



Aspek Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan

Promotif
* Sasaran langsung : Usila berdasarkan umur
* Sasaran tidak langsung : penyuluhan
Preventif
Pemeriksaan dini dan pemeliharaan kesehatan
3. Kuratif
4. Rehabilitatif
mengembalikan secara maksimal dan kemandirian usia lanjt


Ciri Puskesmas Santun Usia Lanjut
Pelayanan baik, berkualitan dan sopan
Kemudahan pelayanan usila
Keringanan atau penghapusan biaya
Dukungan usila untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan agar sehat dan mandiri
Pelayanan Pro-aktif, sasaran sebanyak mungkin di wilayah kerja Puskesmas
Kerjasama lintas program dan lintas sektor

Pelayanan Baik, Berkualitas dan Sopan

Sabar
Penjelasan secara tuntas
Pelayanan sesuai Prosedur
Menghargai usila dengan sopan dan santun

Usia Lanjut
Seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahuna atau lebih, baik secara fisik masih potensial ataupun sudah bermasalah

Kesehatan Usia lanjut
Kesehatan meliputi jasmani, rohani maupun sosial


Usia Lanjut
Laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih baik secara fisik masih mampu ataupun karena sesuatu hal tidak mampu lagi
Kesehatan Usia lanjut
Kesehatan individu yang berusia 60 tahun keatas baik secara jasmani, rokhani ataupun sosialnya

Pelayanan Usia lanjut

Memelihara kondisi kesehatan
Melakukan diagnosa dan pengobatan yang tepat
Memelihara kemandirian secara maksimal
Memberi bantuan moral dan perhatian

Sasaran Pembinaan
Sasaran langsung
Kelompok menjelang usila : 45-59 tahun
Kelompok Usila ; 60-69 tahun
Kelompok Usila Resiko Tinggi :
Usila umur lebih 70 tahun dan usila penderita sakit
Sasaran tidak langsung
Keluarga dimana usila tinggal
Petugas panti werda
Organisasi sosial, LSM


Peubahan Usia Lanjut
Perubahan Fisiologis
warna rambut berubah, kelainan gigi, gangguan pencernaan,tonus otot berkurang ( keriput)
Penyakit
Osteoporosis, Hypertensi / Stroke, diabetes Mellitus, penyakit kardiovaskuler, gangguan pencernaan, gangguan fungsi reproduksi
TERIMA KASIH

Sumber :Materi Kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen : Samsul Firdaus
STIKES Muhamdiyah Banjarmasin

Read More ..

PUSKESMAS ERA DESENTRALISASI

PUSKESMAS
Unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan
Satuan organisasi yang diberikan kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan kota/kab untuk melaksanakan operasional pembangunan diwilayah kecamatan

Unit pelaksana adalah unit pelaksana tehnis dinas (UPTD)
Pembangunan kesehatan :
penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal

Kewenangan :
menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan diwilayah kecamatan sesuai kondisi, kultur budaya dan potensi
Mencari, menggali dan mengelola sumber pembiayaan dari masyarakat, swasta dan pemerintah sepengetahuan din kes dan yang dipertanggungjawabkan untuk pembangunan
Kewenangan mengangkat honorer, memindah tenaga dan mendayagunakan diwilayah kerjanya sepengetahuan dinas
Kewenangan untuk melengkapi sarana dan prasarana termasuk peralatan medis dan non medis



Azas Puskesmas
VISI DAN MISI PUSKESMAS
Visi Puskesmas : mewujudkan kecamatan sehat
Misi Puskesmas yaitu
Menggerakan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan
Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungan
Fungsi Puskesmas
Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan
Motor & motivator  orientasi kesehatan faktor pertimbangan utama
Seberapa jauh peran ini dapat dilakukan  di ukur dengan Indeks Potensi Tatanan sehat (IPTS)
1). Tatanan Sekolah
2). Tatanan tempat kerja
3).Tatanan tempat umum
Indikator
Berapa % sekolah dinyatakan berpotensi sehat
Misal indikator tatanan sekolah :
1). Tersedianya air bersih
2). Tersedianya jamban yang saniter
3). Adanya larangan merokok
4). Adanya dokter kecil untuk SD, PMR

2. Memberdayakan Masyarakat & Keluarga
Segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi dan fasilitas yang ada
Indikator :
Tumbuh kembang UKBM
Tumbuh berkembangnya LSM
Tumbuh & berfungsinya BPKM ( Badan Peduli Kesehatan Masyarakat )


3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama
Pelayanan yang bersifat “ mutlak perlu ”
Sifat layanan : holistik, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan
Program Puskesmas dibedakan ;
Program kesehatan dasar (basic six) :
Promosi kesehatan
Kesehatan lingkungan
KIA & KB
Perbaikan Gizi
Pemberatasan Penyakit Menular (P2M)
Pengobatan


Keberhasilan misi pelayanan kesehatan masyarakat adalah IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat)
Program Kesehatan Pengembangan
Puskesmas mengembangkan program lain sesuai situasi, kondisi, masalah dan kemampuan Puskesmas setempat diluar program “basic six”
Program pengembangan  PKM kekhususan
Contoh :
Puskesmas daerah wisata : paket pelayanan sesuai kebutuhan wisatawan
Puskesmas daerah industri : paket pengembangan kesehatan kerja
Kedudukan Puskesmas
Aspek Fungsional
Bidang pelayanan kesehatan masyarakat :
unit pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dibina oleh Din.Kes
Bidang pelayanan medik : unit pelaksana pelayanan medik dasar tingkat pertama yang secara teknis dapat berkoordinasi & kerjasama dengan RSUD
Sistem Kesehatan Nasional : Fasilitas pelayanan Kesehatan tingkat pertama yang merupakan ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia

Kedudukan
Aspek Organisasi :
Organisasi struktur dan berkedudukan sebagai UPT dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada kepala dinas dan secara operasional dikoordinasikan oleh camat
Puskesmas punya tugas tehnis operasional : berhubungan langsung dengan masyarakat
Dinkes menetapkan struktur organisasi puskesmas dengan pertimbangan beban kerja dan potensi sumberdaya yang tersedia di Puskesmas
Pola organisasi Puskesmas
Kepala : dokter, dokter gigi, sarjana kesehatan dan PNS
Wakil Kepala
Unit tata usaha
Unit fungsional
Kelompok : jenis pelayanan unit yankesmas & unit yan medik dasar
Kelompok : unit pembangunan berwawasan kes, unit pemberdayaan masyarakat dan unit pelayanan kesehatan
Kelompok berdasarkan program : promkes, kesling, KIA/KB, Gizi, P2M, Pengobatan dan Program pengembangan

Sumber : Materi Kuliah Kep.Komunitas
Dosen : Samsul Firdaus

Read More ..

Sabtu, 10 April 2010

PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN

RIKA ENDAH NURHIDAYAH,SKP
Fakultas Kedokteran
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman,kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang penting dilaksanakan oleh setiap unit kerja sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna. Pengorganisasian merupakan pengelompokan yang terdiri dari beberapa aktifitas dengan sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan masing-masing kelompoknya untuk melakukan koordinasi yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan vertikal untuk mencapai tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka pelayanan keperawatan harus mengorganisasikan aktivitasnya melalui kelompok-kelompok sehingga tujuan pelayanan keperawatan akan tercapai. Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana semua tenaga termasuk perawat bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah kesehatan klien. Pengorganisasian pelayanan keperawatan secara optimal akan menentukan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan Yang menjadi bahasan dalam pelayaan keperawatan diruang rawat meliputi :
struktur organisai ruang rawat, pengelompokkan kegiatan (metode pengawasan), koordinasi kegiatan dan evaluasi kegiatan kelompok kerja ; yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang struktur organisasi dalam pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan.

PENGERTIAN PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan. (Siagian,1983 dalam Juniati) Sedangkan Szilagji (dalam Juniati) mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.

Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi :
1. Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara
efektif
2. Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi
3. Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola hubungan antar kegiatan yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar perawat.
Pengelolaan kegiatan asuhan keperawatan dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan klien misalnya unit rawat anak memerlukan kegiatan asuhan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya.
Pengorganisasian dapat diuraikan sebagai rangkaian aktifitas menyusun suatu kerangka kerja yang menjadi wadah bagi semua kegiatan usaha kerja sama dengan cara menbagikan, mengelompokkan pekerjaan yang harus dilakukan, menerpakan menjalin hubungan kerja antar bagian dan menjalin hubunagan antar staf dan atasan.

1. PEMBAGIAN KERJA
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang memilik tugas tertentu.
Untuk ini kepala bidang keperawatan perlu mengetahui tentang :
- pendidikan dan pengalaman setiap staf
- peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
- mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan
dalam organisasi
- mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
- mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada
tenaga non keperawatan

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan pembagian kerja
1. jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan
kemampuannya
2. tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis
3. tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
4. variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya
5. mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
6. penggolongan tugas berdsasarkan kepentingan mendesak, kesulitan dan waktu
Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus melapor, minta
bantuan atau bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa dia menerima
tugas

2. PENDELEGASIAN TUGAS
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen. Selain itu dengan pendelegasian , seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi.
Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan dan latihan manajemen
yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap tantangan yang lebih besar
akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan kesempatan untuk memegang
tugas atau tantangan yang penting. Sebaliknya kurangnya pendelegasian akan
menghambat inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah
mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa
percaya diri, berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan.. Disamping itu
mamfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan sendiri adalah
mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan
dan evaluasi, meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan
pengaruh dan power baik intern maupun ekstern, dapat mencapai pelayanan dan
sasaran keperawatan melalui usaha orang lain.
Walaupun pendelegasian merupakan alat manajemen yang efektif, banyak
pimpinan yang gagal mengerjakan pendelegasian ini.
Beberapa alasan yang menghambat dalam melakukan pendelegasian :
- meyakini pendapat yang salah “Jika kamu ingin hal itu dilaksanakan dengan
tepat, kerjakanlah sendiri”.
- kurang percaya diri
- takut dianggap malas
- takut persaingan
- takut kehilangan kendali
- merasa tidak pasti tentang apa dan kapan melakukan pendelegasian, mempunyai
definisi kerja yang tidak jelas
- takut tidak disukai oleh staf, dianggap melemparkan tugas
- menolak untuk mengambil resiko tergantung pada orang lain
- kurang kontrol yang memberikan peringatan dini adanya masalah, sehubungan
dengan tugas yang didelegasikan
- kurang contoh dari pimpinan lain dalam hal mendelegasikan
- kurang keyakinan dan dan kepercayaan terhadap staf, merasa staf kurang
memiliki ketrampilan atau pengetahuan untuk melakukan tugas tersebut.
Dalam pendelegasian wewenang, masalah yang terpenting adalah apa tugas
dan seberapa besar wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada staf.
Hal ini tergantung pada :
a. Sifat kegiatan ; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan lebih
besar kepada staf.
b. Kemampuan staf ; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu
berat.
c. Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan Rohrs menyarankan agar pimpinan
jangan mendelegasikan tanggung jawab untuk perencanaan strategik atau
mengevaluasi dan mendisiplin bawahan baru. Mereka juga menyarankan agar
mendelegasikan tugas yang utuh dari pada mendelegasikan sebagian aspek dari
suatu kegiatan.
Beberapa petunjuk untuk melakukan pendelegasian yang efektif :
- jangan membaurkan dengan pelemparan tugas. Oleh karena itu jangan
mendelegasikan tugas yang anda sendiri tidak mau melakukannya.
- jangan takut salah
- jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki ketrampilan
atau pengetahuan untuk sukses
- kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka
dapat melakukan tugas yang didelegasikan
perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil
- antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan
masalahnya
- hindari kritik bila terjadi kesalahan
- berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab, wewenang, tanggung
gugat dan dukungan yang tersedia
- berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah terlaksana dengan
baik
Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian yang efektif :
1. tetapkan tugas yang akan didelegasikan
2. pilihlah orang yang akan diberi delegasi
3. berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
4. uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil
tersebut
5. jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
6. minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf
tersebut atas tugas yang didelegasikan.
7. tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan
8. berikan dukungan
9. evaluasi hasilnya
3. KOORDINASI
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar
tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan
anggota tim kesehatan lain maupun dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi:
- menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal / bagian dan
perasaan lebih penting dari yang lain
- menumbuhkan rasa saling membantu
- menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
Cara koordinasi:
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/rapat, pencatatan dan pelaporan,
pembakuan formulir yang berlaku.
4. MANAJEMEN WAKTU
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang keperawatan
mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu
pengelola dihabiskan untuk orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu
sehingga dapat digunakan lebih efektif.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :
1. analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk menentukan kategori
kegiatan yang ada
2. memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
3. menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannnya
serta tujuan yang akan dicapai
4. mendelegasikan
Hambatan yang sering terjadi pada pengaturan waktu
- terperangkap dalam pekerjaan
- menunda karena takut salah
- tamu yang tidak terjadwal
telpon
- rapat yang tidak produktif
- peraturan “open door”
- tidak dapat mengatakan “tidak” pada hal-hal yang tidak perlu
PENGORGANISASIAN KEGIATAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT
Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan
keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan
keperawatan di ruangan meliputi :
1. Struktur Organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan.
Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan tergantung pada besarnya
organisasi dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang rawat sebagi wadah dan pusat
kegiatan pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur organisasi tetapi ruang
rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi raumah sakit bila dilihat dari surat
keputusan menteri Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. oleh karena itu direktur
rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang ngatur struktur organisasi
ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur organisasi
ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan
baik vertikal maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan
tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk organisasi dapat pula disesuaikan
dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem penugasan yang digunakan.
2. Pengelompokkan Kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan
spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan
pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas perawat ini
disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan
ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap kegiatan keperawatan diarahkan
kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas menejer keperawatan untuk selalu
mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui
interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat.
Dalam upaya mecapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam hal ini
kepala ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada
dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan
klien, sehingga kepala ruangan perlu mengkatagorikan klien yang ada diunit
kerjanya. Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan atas :
Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan
mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya anak, dewasa, usia
lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang dialami klien misalnya perawatan
bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi.
Dibeberapa rumah sakit ini pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi
kategori diatas.
Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode
penyusunan keperwatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk mencapai
tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien
yang menjadi tanggung jawabnya.
MACAM – MACAM METODE PENUGASAN KEPERAWATAN
Berbagai metode penugasan keperawatan yang dapat digunakan dengan
beberapa keuntungan dan kerugian.
Metode tersebut antara lain :
1. Metode Fugsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnya mengukur suhu
badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab
semua pertanyaan tentang klien.
Keuntungan
- Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
- Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian
- Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses keperawatan
sulit dilakukan.
- Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan tugas
non keperawatan.
- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusinya
terhadap pelayanan.
- Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.
2. Metode alokasi klien/keperawatan total
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa
klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas/jaga selama periode waktu
tertentu atau samapi klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan
klien.
Keuntungan
- Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
- Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komprehensif.
- Memotivasi perawat untuk selalu bersama kien selama bertugas, non
keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat
- Mendukung penerapan proses keperawatan
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
Kerugian
- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
- Peserta didik sakit untuk melatih keterampilan dalam perawatan besar, misalnya
: menyuntik, mengukur suhu
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas.
3. Metode tim keperawatan /keperawatan kelompok
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok klien dan
sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya (“registered nurse”).
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/ketua grup. Selain itu ketua grup bertanggung jawab dalam mengarahkan
anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan
keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
menjalani kesulitan
Selanjutnya ketua grup yang melaporkan pada kepala ruangan tentang
kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
Keuntungan
- Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
- Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
- Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim cara
ini efektif untuk belajar.
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif.
Kerugian
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi
antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akontabilitas dalam tim kabur.
4. Metode keperawatan primer/utama (Primary Nursing)
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh satu
orang “registered nurse” sebagai perawat primer yang bertanggung jawab dalam
asuhan keperawatan selama 24 jam terhadap klien yang menjadi tanggung
jawabnya mulai dari masuk sampai pulang dari rumah sakit. Apabila perawat
primer/utama libur atau cuti tanggung jawab dalam asuhan keperawatan klien
diserahkan pada teman kerjanya yang satu level atau satu tingkat pengalaman
dan keterampilannya (associate nurse).
Keuntungan
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
- Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
- Memungkinkan penerapan proses keperawatan
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan
Kerugian
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
5. Metode “modular”
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai
masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan.
Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan
memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8 – 12 orang
klien.
Keuntungan dan Kerugian
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawatan primer.
Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi
ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas
pembicara yang sebelumnya. Selain itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu
diperhatikan sesuai dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia
khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim lebih memungkinkan
untuk digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil
penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25% perawatan
total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode fungsional (Kron & Gray,
1987). Dengan demikian metode tim tepat digunakan.
KONSEP MODEL KEPERAWATAN TIM
Model keperawatan tim sebaiknya dilakukan sesuai dengan memperhatikan
konsep-konsep berikut :
1. Ketua Tim sebaiknya perawat yang berpindidikan/berpengalaman, terampil dan
memiliki kemampuan kepemimpinan. Jika hanya seorang “registered nurse” yang
bertugas dia harus menjadi ketua tim. Ketua Tim juga harus mampu menentukan
prioritas kebutuhan asuhan keperawatan klien, merencanakan, melakukan
supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan. Selain itu harus mampu
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan filosofi keperawatan. Uraian
tugas untuk ketua tim dan anggota tim harus jelas dan spesifik.
2. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk kelanjutan asuhan keperawatan.
Dengan demikian pencatatan rencana keperawatan untuk tiap klien harus selalu
tepat waktu dan asuhan keperawatan selalu dinilai kembali untuk validitasnya.
3. Ketua tim harus menggunakan semua teknik manajemen dan kepemimpinan
4. Pelaksanaan keperawatan tim sebaiknya fleksibel atau tidak kaku. Metode tim
dapat dilakukan pada shift pagi, sore atau malam di unit manapun. Sejumlah
tenaga dapat terlibat dalam tim, minimal dua sampai tiga tim. Jumlah atau
besarnya tim bergantung dari banyaknya staf. Dua orang perawat dapat
dikatakan tim, terutama untuk shift sore dan malam, dimana jumlah tenaga
terbatas
Tanggung jawab Ketua Tim
- Mengkaji setiap klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat.
Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan. Dapat
dilakukan serah terima tugas.
- Mengkoordinasikan rencana perawatan yang tepat waktu, membimbing anggota
tim untuk mencatat tindak kepemimpinan yang telah dilakukan
- Meyakinkan semua hasil evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan
keperawatan tercatat.
- Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung atau laporan
anggota tim
Tanggung jawab Anggota Tim
- Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk setiap klien di unit
tersebut. Misalnya pada saat jam makan siang staf dan rapat tim
- Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan secara
teliti termasuk program pengobatan
- Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang dilakukan serta respon
yang ditunjukkan klien
- Menerima bantuan dan bimbingan ketua tim
Tanggung jawab Kepala Ruang Pada Penugasan Tim
- Menetapkan standar kinerja staf
- Membantu staf menetapkan sasaran keperawatan pada unit yang dipimpinnya
- Memberikan kesempatan pada klien tim dan membantu untuk mengembangkan
ketrampilan manajemen dan kepemimpinan.
- Secara berkesinambungan mengorientasikan staf baru tantang prosedur tim
keperawatan
- Menjadi narasumber bagi ketua tim dan staf tempat diskusi
- Memotivasi staf untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
- Melakukan kemunikasi terbuka untuk setiap staf yang dipimpinnya
3. Koordinasi kegiatan
Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu menciptakan kerjasama
yang selaras satu sama lain dan saling menunjang, untuk menciptakan suasana
kerja yang menyenangkan. Selain itu harus memperlihatkan prinsip-prinsip
organisasi yang telah dijelaskan diatas misalnya kesatuan komando, setiap staf
memiliki satu atasan langsung
Rentang kendali 3 sampai 7 staf untuk satu atasan. Pada metode penugasan
tim dalam satu ruangan tidak lebih dari 3 sampai 7 dalam satu tim. Selain itu kepala
ruangan perlu mendelegasikan kegiatan asuhan keperawatan langsung kepada ketua
tim, kecuali tugas pokok, harus dilakukan kepala ruang. Selain itu, kepala ruangan
harus mendelegasikan kepada orang yang tepat, mendengarkan saran orang yang
didelegasikan dan penerima delegasi harus bertanggung gugat.
4. Evaluasi Kegiatan
Kegiatan yang telah dilakukan perlu dievaluasi untuk menilai apakah
pelaksanaaan kegiatan sesuai rencana. Oleh karena itu kepala ruangan berkewajiban
untuk memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan
Dengan demikian diperlukan uraian tugas yang jelas untuk masing-masing
staf dan prosedur tugas yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dengan
memperlihatkan keselamatan dan kenyamanan klien, keselamatan dan kenyamanan
staf dan fasilitas dengan berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu diperlukan juga
standar penampilan kerja yang diharapkan dari perawat yang melakukan tugas.
Semua ini perlu dievaluasi secara terus menerus guna dilakukan tindakan koreksi
apabila ditemukan penyimpangan dari standar
5. Kelompok Kerja
Kegiatan ruang rawat terlaksana dengan baik melalui kerjasama antar staf
satu dan yang lain ; antar kepala ruang dan staf dan staf sehingga perlu adanya
kerjasama dan kebersamaan dalam kelompok .
Konflik dan hubungan interpersonal yang kurang baik akan mengurangi
motivasi kerja, untuk itu diperlukan kebersamaan yang utuh dan solid sehingga
dapat meninggkatkan motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok
karena semua perawat yang bekerja dalam satu ruang pada dasarnya merupakan
satu kelompok kerja yang perlu bekerja sama satu sama lain, untuk meningkatkan
kualitas kerja dalam pencapaian tujuan asuhan keperawatan diruang rawat tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati. (2000). Pengantar
kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta
La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998). Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta
……
…Manajemen Bidang Keperawatan. (2000) Pusat Pengembangan keperawatan
Carolus. Jakarta
Sahar, Juniati, Kumpulan Makalah Manajemen. (1995). PSIK FK UI. Jakarta

Read More ..

Konsep Kader

a. Pengertian kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO : 2004, hal.x).
Menurut Gunawan (2008) memberikan definisi tentang kader kesehatan dinamakan juga promoter keehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengembangkan masyarakat. Sedangkan menurut Direktorat Bina Peran Serta masyarakat Depkes RI (1999) memberikan batasan bahwa “ kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kader Desa Dalam Berperan Serta
Faktor-faktor yang mempengaruhi kader desa dalam melaksanakan perannya menurut (Siswanto: 2002, hal. 6) adalah sebagai berikut:

a. Umur.
Umur / usia merupakan masa perjalanan hidup seseorang. Usia seseorang memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan berdasarkan kematangan berfikir yang dilandasi oleh pengalaman.
Kader dengan usia produktif merupakan faktor penunjang terpenting dalam berperan serta terhadap kegiatan, karena kematangan berfikir ingatan dan pemahaman terhadap suatu objek masih optimal. Kader yang terlalu muda / tua kestabilan emosi belum terbentuk atau pada usia lanjut adanya degenerasi berdampak pada ingatan maupun pemahaman sehingga peran serta terhadap kegiatan tidak dapat optimal.
Berkaitan dengan peran serta kader maka dengan umur yang semakin tua, produktivitas dan peran serta kader akan cenderung meningkat. Dengan asumsi bahwa tingkat kedewasaan teknis dan psikologis seseorang dapat dilihat bahwa semakin tua umur seseorang akan semakin terampil dalam melaksanakan tugas, semakin kecil tingkat kesalahannya dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal itu terjadi karena salah satu faktor kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuan belajar dari pengalaman, terutama pengalaman yang berakhir pada kesalahan (Efendi: 2008).
Seseorang yang telah matang dalam tugas perkembangan akan menjalankan perannya sesuai yang ada di masyarakat, serta kondisi psikologis lebih bijaksana dalam menghadapi segala persolan maka peran yang diemban pada masa-masa ini akan terlaksana dengan baik karena matangnya berbagai pertimbangan sebagai dasar pengambilan keputusan yaitu peran serta. (Azwar, 1995).
b. Lama jadi kader/masa kerja.
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Perjalanan waktu yang telah ditempuh oleh kader mempunyai kelebihan khusus dibandingkan dengan kader pemula. Makin lama menjadi kader pengalaman yang dimiliki semakin banyak sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak / mengambil keputusan. Sebaliknya kader pemula belum memiliki banyak pengalaman serta asing dan ragu-ragu. Kondisi ini akan menghambat peran sertanya dalam suatu kegiatan.
Dari sisi lain dengan masa kerja yang lama umur kader juga semakin tua. Pada usia tua terjadi proses degeneratif yang berdampak pada kemampuan dan peran sertanya sebagai kader. Perasaan bosan dengan pekerjaan yang telah lama dilakukan juga memungkinkan menurunnya produktivitas dan peran serta kader (Widagdo dan Husodo, 2009).
Masa kerja berkaitan dengan peran seseorang sesuai tugasnya di masyarakat. Artinya, ada hubungan antara peran serta seseorang dengan masa kerja dengan asumsi bahwa semakin lama seseorang bekerja dalam organisasi semakin tinggi pula peran sertanya dalam organisasi tersebut. Hal itu terjadi karena ia semakin berpengalaman dan meningkatkan keterampilannya yang dipercayakan kepadanya (Efendi: 2008)
c. Pendidikan Tambahan .
Melalui pendidikan tambahan kader akan memiliki wawasan yang lebih luas dibanding yang belum memiliki pendidikan tambahan utamanya yang berkaitan dengan tugasnya.
Kader yang pernah mendapatkan pendidikan tambahan perbendaharaan pengetahuan akan lebih tinggi yang merupakan dasar terbentuknya sikap selanjutnya diaplikasikan dalam peran serta. Sebaliknya kader yang tidak / belum pernah mendapat pendidikan tambahan memiliki keterlambatan wawasan sehingga karena keterbatasan tersebut peran serta kader tidak optimal.
d. Pengetahuan
Dengan pengetahuan seseorang akan dapat mengingat kembali tentang sesuatu yang dipelajari sebelumnya, sehingga dapat memperbaiki tindakan yang akan dilakukan. Kader dengan pengetahuan yang tinggi tentang perannya merupakan dasar terwujudnya peranserta yang diaplikasikan dalam tindakan nyata. Sedangkan kader dengan tingkat pengetahuan yang rendah tentang perannya akan menghambat peransertanya.
Menurut Anita (2008) informasi yang cukup dan diterima oleh sesorang dapat menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan yang tinggi sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuannya tersebut sesuai peran sertanya di masyarakat (http://one.indoskripsi.com).
Pengetahuan atau kognitif menurut Notoatmojo (1997) mencakup semua tingkatan yaitu; tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tingkatan dalam pengetahuan ini akan memberi gambaran sejauhmana tingkat pengetahuan masyarakat tersebut. Ini berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat akan semakin mudah dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada di sekitarnya.
Pengetahuan yang adekuat menunjang terwujudnya peran serta yang baik. Semakin tinggi tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan peranya sebagai kader, semakin luas pula pemahaman terhadap masalah yang mungkin timbul sebagai dampak dari ketidakaktifannya sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, termasuk peran sertanya dalam memberikan penyuluhan. Setiap langkah dan tindakan yang akan dilakukan selalu dipertimbangkan dampak positif maupun negatifnya. Sehingga terwujud tingkat peran serta karena kesadaran (DepKes RI, 1991).
Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoatmojo (1997) mengatakan agar seseorang dapat melakukan suatu prosedur dengan baik harus sudah ada pada tingkat pengetahuan aplikasi. Aplikasi ini diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi yang sebenarnya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan pengetahuan yang baik seseorang akan mampu mengaplikasikan materi tentang kesehatan yang didapatnya.
Menurut Midelbrook (1974) dalam Azwar (1995) menyatakan bahwa tidak adanya pengalaman atau pengetahuan sama sekali mengenai suatu obyek akan cenderung untuk membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut dan sebaliknya adanya pengetahuan atau pengalaman yang baik akan membentuk sikap yang positif dalam melaksanakan suatu aktifitas. Dengan demikian kader yang mempunyai pengetahuan yang baik akan mempunyai sikap yang baik dalam melaksanakan perannya dalam mensukseskan pelaksanaaan program kesehatan. Kader kesehatan dengan sikap dan pengetahuan yang baik akan melaksanakan pencegahan penyakit dengan sepenuh hati dan tanpa adanya unsur paksaan dari pihak lain, sehingga terbentuk keteraturan dalam melaksanakan suatu tindakan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Notoatmojo (1997) bahwa perilaku yang didasari oleh suatu pengetahuan yang baik akan berlangsung lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, simbol, prosedur tehnik dan teori. Kader yang berpendidikan tinggi akan lebih mengetahui dan memahami perannya sedangkan kader dengan tingkat pemdidikan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan perannya.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk bersikap dan berperan serta dalam pembangunan kesehatan (Notoatmojo, 1997).
Menurut Suwarno (1992) dalam Nursalam (2002) pendidikan menuntun manusia untuk mencapai kebahagiaan dan peran sertanya. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi serta mengaplikasikannya, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
Menurut John Dewey (1997) mengatakan bahwa melalui pendidikan seseorang akan mempunyai kecakapan, mental, dan emosional yang membantu seseorang untuk dapat berkembang mencapai tingkat kedewasaan. Dalam teori ini tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi semua aktifitas yang dilakukannya. Hal ini disebabkan karena dalam proses pendidikan terjadi perubahan kecakapan, mental, dan emosional ke arah tingkat kedewasaan yang lebih tinggi.
Kader dengan tingkat pendidikan yang rendah atau tidak lulus dalam pendidikan dasar akan sulit dalam menerima suatu informasi dalam mendapat suatu pengetahuan, berbeda dengan individu atau masyarakat dengan pendidikan yang tinggi, mereka lebih mudah menerima informasi yang ada melalui berbagai media. Untuk bisa menerima suatu informasi dibutuhkan keterampilan pendidikan dasar seperti membaca dan menulis. Masyarakat dengan pendidikan yang tinggi akan mampu menganalisa suatu keadaan disekitarnya sehingga apa yang dilakukannya sesuai dan tepat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh John Dewey (1997) bahwa melalui pendidikan seseorang akan mempunyai kecakapan, mental dan emosional yang membantu seseorang untuk dapat berkembang mencapai tingkat kedewasaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin bertambah pula kecakapannya, baik secara intelektual maupun emosional serta semakin berkembang pula pola pikir yang dimilikinya.
Kader yang mempunyai pola pikir yang baik akan mudah beradaptasi pada situasi dan kondisi yang ada di lingkungannya untuk melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga masyarakat akan cepat tanggap akan perubahan yang akan dilakukannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari I.B Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo (1997) bahwa pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup dalam memotivasi dirinya berperan aktif dalam kegiatan yang menunjang kesehatannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dalam bertindak untuk mencapai kondisi kesehatan yang optimal di masyarakat (Kuncoroningrat: 1997 dalam Nursalam: 2002).
f. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi kader akan mempunyai pengaruh terhadap kegiatan yang lain termasuk untuk berperan serta dalam kegiatan tertentu. Jika pekerjaan itu menuntut kader meninggalkan (jauh) dari tempat tinggal atau beban kerjanya terlalu tinggi akan menghambat dalam peran sertanya.

g. Pembinaan.
Pembinaan yang konsisten dari aparat terkait akan memberikan arah dan kejelasan serta rasa aman bagi kader untuk ber peran serta dalam suatu kegiatan. Melalui pembinaan, kesulitan / hambatan yang dimiliki oleh kader akan segera terselesaikan sehingga kader selalu memiliki semangat dan motivasi untuk berperan serta.
h. Sarana / Alat Peraga.
Alat peraga merupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi untuk membantu menyebarkan topik yang dibicarakan sehingga materi penyuluhan mudah diterima oleh sasaran. Sarana / alat peraga yang tersedia akan mendukung kader berperan serta melalui kegiatan penyuluhan karena kader akan dapat memiliki alat peraga yang sesuai dengan sasaran yang dihadapi. Terbatasnya alat peraga merupakan faktor penghambat baik bagi kader maupun sasaran karena tidak adanya variasi yang berdampak kebosanan.
i. Dukungan aparat setempat.
Kegiatan yang dilakukan oleh kader tidak akan berhasil secara optimal tanpa dukungan aparat setempat. Aparat setempat akan berperan dalam menggerakan motivasi kader, sehingga mereka merasa kegiatan tersebut adalah terorganisir yang menimbulkan rasa aman baik bagi sasaran maupun kader. Hambatan dalam suatu kegiatan dapat dimusyawarahkan oleh kader dengan aparat setempat sehingga kader merasa mendapat dukungan, pengayoman dalam berperan serta.

j. Penghargaan.
Penghargaan / reward secara tidak langsung akan meningkatkan peran serta kader dalam program kesehatan. Bentuk penghargaan sangat bervariasi tergantung dari situasi dan kondis, penghargaan merupakan faktor eksternal terjadinya motivasi kader untuk berperan serta lebih baik (Notoatmodjo, 1997).
Strategi yang berkaitan dengan partisipasi kader antara lain adalah pemberian insentif akan cukup termotivasikan oleh gaji atau upah yang memadai dan oleh rasa puas atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik, karena rata-rata pendapatan masyarakat sangat rendah dan penting memberikan arti kehidupan baginya. Selain ganjaran-ganjaran financial, perlu juga mencari bentuk penghargaan lain atas usaha dan prestasi untuk memperkuat sikap-sikap dan perilaku yang diberdayakan (Winardi, 2004).
Terbentuknya motivasi merupakan dasar untuk pengambilan keputusan dalam berperan serta mengingat pembuatan keputusan merupakan suatu yang sistematis, proses bertahap, memilih berbagai alternatif dan membuat pilihan menjadi tindakan nyata yaitu peran serta (Russel: 2000 dalam Lusianah: 2008).

Sumber
Departemen Kesehatan RI. 1999 Partisifasi Masyarakat Dalam Bidang Kesehatan. Jakarta : Depkes RI, Direktorat Bina Peran Serta masyarakat.

Departemen Kesehatan RI. 1997. Pendekatan Kemasyarakatan. Jakarta : Depkes RI, Direktoran Bina Peran Serta Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI. 1997. Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan. Jakarta : Depkes RI, Pusat Promosi Kesehatan.

Dewey, John. 1997. Pengalaman Dan Pendidikan (John de Santo). Yogyakarta : Kepel Press bekerjasama dengan Yayasan Adi Karya IKAPI dan Ford Foundation.

Lulu Anita. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Peran Dan Fungsinya Dalam Bidang Kesehatan Terhadap Peran Serta Masyarakat Dalam Kegiatan Posyandu. (Online), (http://one.indoskripsi.com, diakses 22 Nopember 2009)


Read More ..