1. Tren perawatan dengan teknologi tinggi . Perawat mampu meningkatkan iptek dan menggunakannya seperti era komputerasi ini. Kemampuan ini juga berdasarkan tuntutan dari profesi keperawatan sebagai perawat profesional.
2. Tren peran klien dengan keluarga dalam perawatan.
Perkembangan pelayanan perawatan terus bergeser dari dulunya hanya melibatkan individu maka saat ini juga melibatkan keluarga guna mewujudkan kesehatan yang lebih optimal.
Keluarga merupakan suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai kesatuan atau unit masyarakat terkecil. Adanya keluarga dikarenakan adanya hubungan darah, ikatan perkawinan, ada kepala keluarga, hidup bersama, saling ketergantungan, memiliki peran dan posisi masing-masing, adanya motivasi untuk mencapai tujuan tertentu, memilki nilai-nilai, adanya tahap perkembangan.
Sifat-sifat keluarga :
- Keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam menghadapi masalah.
- Cara komunikasi, pengambilan keputusan, sikap keyakinan, nilai-nilai, cita -cita, hubungan dengan masyarakat, gaya hidup yang berbeda.
- Sesuai dengan Perkembangan keluarga
Peran Keluarga :
- Merupakan seperangkat perilaku interpersonal, sikap dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
- Perilaku peran merupakan sikap dan kegiatan yang dipelajari dari proses sorialisasi dalam kurun waktu yang lama.
- Setiap kelurga harus mampu menjelaskam perannya dalam masyarakat dan peran individu dalam keluarga.
- Setiap anggota memiliki beberapa peran.
3. Riset
Riset merupakan bentuk upaya pengembangan keperawatan guna meyesuaikan berkembangnya jaman sehingga ditemukan konsep dan teknologi mutakhir di dalam keperawatan. Riset tidak lepas dari masalah-masalah keperawatan yang juga berkembang.
Adapun syarat-syarat masalah yang dapat dikembangkan untuk riset keperawatan adalah :
FEASIBLE : Tersedianya subyek penelitian, dana, waktu, alat dan keahlian peneliti
INTERISTING : Masalahnya hendaknya menarik untuk diteliti, sesuai tren dan isu yang ada.
NOVEL : Merupakan tujuan riset yang meliputi membantah atau mengkonfirmasi penemuan terdahulu, melengkapi, mengembangkan hasil penelitian terdahulu, menemukan sesuatu yang baru.
ETHICAL : Tidak bertentangan dengan etika, khususnya etika keperawatan.
RELEVAN : Bagi perkembangan iptek keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Untuk peningkatan askep dan kebijaksanaan kesehatan. Untuk dasar penelitian berikutnya.
4. Tren masa depan
Alternatif strategi perawat Indonesia dalam menghadapi asuhan keperawatan di masa depan adalah " The nurse should do no harm to your self" (Nightingale). Artinya semua tindakan keperawatan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien tanpa adanya resiko negatif yang ditimbulkan. Oleh karena itu strategi yang harus ditempuh adalah :
- Peninhkatan pendidikan bagi perawat prakcticioner.
- Pengembangan ilmu keperawatan.
- Pelaksana riset yang berorientasi pada masalah diklinik atau komunitas.
- Identifikasi peran manajer perawat profesional di masa depan.
- Menerapkan model dan metode praktek keperawatan profesinal terbaru (MPKP)
Manajer keperawatan yang efektif adalah dengan memanfaatkan proses manajemen untuk mencapai tujuan melalui usaha orang lain. Dalam setiap kegiatan selalu didasarkan pada perencanaan yang matang dan juga didasarkan pada informasi yang akurat tentang apa yang belum diselesaikan. Dengan cara apa. Untuk alasan apa, siapa dan sumberdaya apa yang tersedia di dalam merencanakan kegiatan.
5. Isu etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethos"
Ethos sangat berhubungan dengan pertimbangan pengambilan keputusan.
Etika juga disebut sebagai ilmu yang memodomani pembuatan keputusan yang berhubungan dengan moralitas tindakan manusia. (Hayes, 1964 )
Tujuan dari etika keperawatan adalah merupakan alat bantu untuk mengukur perilaku dan moral, menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat dan profesi keperawatan.
Menurut Americans Ethics Commission Bureau On Teaching, tujuan etika profesi keperawatan adalah :
* Mampu mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan.
* Menganalisa masalah moral dalam praktik keperawatan.
* Dapat dipertanggung jawabkan kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan Tuhan.
Perbedaan etika dengan moral adalah :
ETIKA adalah ilmu yang memodomani keputusan tentang perilaku.
MORAL adalah perilaku manusia dengan menggunakan etika yang dipertanggung jawabkan kepada Tuhan.
Ada 3 aliran tentang etika :
* Aliran deskriptif, memberi gambaran dan penjelasan bagaimana manusia harus berprilaku untuk memperoleh suatu tujuan.
* Aliran normatif, memberi jawaban atas pertanyaan tentang hal yang baik dan yang benar.
* Aliran pluralisme, etika ini yang akan diambil manusia untuk melakukan tindakan yang bersifat etis.
Etika profesi digariskan dalam kode etik. Profesi dalam menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.
Dapat disimpulkan bahwa keperawatan kontemporer adalah keperawatan yang berani menantang masa depan dengan selalu meningkatkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu melakukan riset keperawatan dengan dilandasi etika yang baik sehingga terwujud pelayanan keperawatan yang baik dan berkualitas tanpa melupakan peran klien selaku individu, keluarga atau masyarakat.
Sumber : Materi kuliah keperawatan maternitas. STIKES Muhammadiyah Banjarmasin
Dosen : Norhayati Asnawi, S.Kep, Ners.
Rabu, 12 Agustus 2009
Keperawatan Kontemporer
Rabu, 05 Agustus 2009
KOLITIS ULSERATIF
ANATOMI DAN FISIOLOGI KOLON
Usus besar atau colon berbentuk saluran muscular beronga yang membentang dari secum hingga canalis ani dan dibagi menjadi sekum, colon (assendens, transversum, desendens, dan sigmoid), dan rectum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan internus mengotrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon kurang lebih 6,3 cm dengan panjang kurang lebih 1,5 m.
Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan elektrolit. Ciri khas dari gerakan usus besar adalah pengadukan haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak bolak balik, sehingga memberikan waktu untuk terjadinya absorbsi. Peristaltik mendorong feses ke rectum dan menyebabkan peregangan dinding rectum dan aktivasi refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam kolon juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air sehingga terjadilah diare.
Gerak dan sekresi Kolon
Pergerakan kolon terdiri dari kontraksi segmentasi dan gelombang peristaltik seperti yang terdapat pada usus halus. Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon dan dengan lebih banyak menyentuhkan isi ke mukosa, mempermudah absorbsi. Gelombang peristaltik mendorong isi ke rektum, walaupun kadang-kadang terlihat antiperistaltik yang lemah. Kontraksi tipe ke tiga yang terdapat hanya pada kolon adalah mass action contraction, di mana terdpat kontraksi otot polos yang serentak meliputi daerah yang luas.. Kontraksi ini terjadi pada pars desenden dan sigmoid dan berperan untuk mengosongkan kolon dengan cepat. Kontraksi ini merupakan kekuatan kontraksi yang jelas waktu defekasi.
Pergerakan kolon dikoordinasi oleh gelombang lambat kolon. Frekuensi gelombang ini, tidak seperti gelombang pada usus halus, meningkat sepanjang kolon, dari kira-kira 2 x / menit pada katup ileocaecal sampai 6 x / menit pada signoid.
Sekresi kukus oleh kelenjar kolon dirangsang oleh kontak antara sel-sel kelenjar dan isi kolon. Tidak ada hubungan hormonal atau saraf berperan dalam respon dasar sekresi, walaupun beberapa sekresi tambahan dapat dihasilkan oleh respon reflek lokal melalui nervus pelvicuc dan splanknikus. Tidak ada enzem pencernaan disekresi dalam kolon.
Absorpsi dalam kolon
Kemampuan absorpsi mukos usus besar sangat besar. Na secara aktif ditransport keluar kolon, dan air mengikuti osmotik gradier yang ditimbulkan. Terdapat sekresi K , dan HCO kedalam kolon. Kapasitas absorpsi kolon membuat instalasi rektum merupakan suatu jalan yang praktis untuk pemberian obat, khususnya anak-anak. Banyak senyawaan, termasuk obat anestesi, sedatif, transquilizer, dan steroid, diabsorpsi dengan cepat oleh tempat ini. Sebagian air dalam enema diabsorpsi, dan bila volime enema besar, absorpsi dapat cukup cepat menyebabkan intoksikasi air. Koma dan kematian yang disebabkan karena intoksikasi air telah dilaporkan setelah enema dengan air kran pada anak-anak dengan megakolon
DEFINISI
Kolitis ulserattiva merupakan penyakit radang non spesifik kolon yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Sakit abdomen, diare dan perdarahan rektum merupakan tanda dan gejala yang penting. Lesi utamanya berupa reaksi peradangan daerah subepitel yang timbul pada basis kripttus Lieberkuhn, yang akhirnya dapat menimbulkan pertukakan pada mukosa. Frekuensi penyakit paling banyak antara usia 20 -40 tahun, dan menyerang ke dua jenis kelamin sama banyak. Insiden kolitis ulserativa adalah sekitar 1 per 10.000 orang dewasda kulit putih per tahun.
ETIOLOGI
Etiologi kolitis ulserativa tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi, karena terdapat hubungan familial.
Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita berperan dalam patogenisis kolitis ulserativa. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari penderrita kolitis ulserativa merusak sel epitel pada kolon.
Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress.
PATOFISIOLOGIS
Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mokusa dan terdiri atas pembentukan abses dalam kriptus. Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan kongesti mukosa. Udema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati didinding kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terkelopas dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak). Pertukakan mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut permukaan mukosa yang hilang luas sekali mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah
Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus
Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus).
Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon transversum maupun kolon sigmoid.
Berdasarkan daerah yang terinfeksi kolitis ulseratif dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
Area yang terinfeksi
Name
Rectum
Ulcerative proctitis
Left side of the colon
Limited, or distal, colitis
Entire colon
Universal, or Pancolitis
Akibat ulkus yang menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon baik secara mikroskopik ataupun makroskopik
Gejala yang sering timbul pada penyakit colitis ulseratif ini adalah :
Nyeri perut
Diare berdarah,berlendir dan bernanah
Anemia
Turunnya berat badan
PENUNJANG
Untuk mengetahui pasti diagnose penyakit ini adalah dengan cara melakukan beberapa test penunjang.
Tes pertama yang dilakukan adalah anamnesis dan pemeriksaaan fisik tentunya, pada pemeriksaan fisik , periksalah kekauan dari otot-otot abdominal kemudian perhatikan
Apakah pasien demam dan dehidrasi jika ya, kemungkinan pasien mengalami gejala awal ulkus
Pemeriksaan feses (berdarah, lender dan nanah)
Pada pemeriksaan laboratorium terlihat anemic dan malnutrisi
Sigmoidoskopi, cara yang paling baik yaitu dengan cara memasukan kamera kedalam saluran cerna, dan tampaklah bagian mana yang telah menganai ulkus
Pengobatan yang bisa dilakukan
Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan, mengurangi gejala dan mengganti cairan dan zat gizi yang hilang.Penderita sebaiknya menghindari buah dan sayuran mentah untuk mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar yang meradang. Diet bebas susu bisa mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa menyembuhkan anemia yang disebabkan oleh hilangnya darah dalam tinja.
Obat-obatan seperti :
dosis kecil loperamide atau difenoksilat, diberikan pada diare yang relatif ringan.
Untuk diare yang lebih berat, mungkin dibutuhkan dosis yang lebih besar dari difenoksilat atau opium yang dilarutkan dalam alkohol, loperamide atau codein.
Pada kasus-kasus yang berat, pemberian obat-obat anti-diare ini harus diawasi secara ketat, untuk menghindari terjadinya megakolon toksik.
Sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine sering digunakan untuk mengurangi peradangan pada kolitis ulserativa dan untuk mencegah timbulnya gejala
Obat-obatan ini biasanya diminum namun bisa juga diberikan sebagai enema (cairan yang disuntikkan ke dalam usus) atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur).
Penderita dengan kolitis berat menengah yang tidak menjalani perawatan rumah sakit, biasanya mendapatkan kortikosteroid per-oral (melalui mulut), seperti prednisone.Prednisone dosis tinggi sering memicu proses penyembuhan. Setelah prednisone mengendalikan peradangannya, sering diberikan sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine.Secara bertahap dosis prednisone diturunkan dan akhirnya dihentikan. Pemberian kortikosteroid jangka panjang menimbulkan efek samping, meskipun kebanyakan akan menghilang jika pengobatan dihentikan.
Bila kolitis ulserativa yang ringan atau sedang terbatas pada sisi kiri usus besar (kolon desendens) dan di rektum, bisa diberikan enema dengan kortikosteroid atau mesalamine.Bila penyakitnya menjadi berat, penderita harus dirawat di rumah sakit dan diberikan kortikosteroid intravena (melalui pembuluh darah).
Penderita dengan perdarahan rektum yang berat mungkin memerlukan transfusi darah dan cairan intravena.Untuk mempertahankan fase penyembuhan, diberikan azathioprine dan merkaptopurin.Siklosporin diberikan kepada penderita yang mendapat serangan berat dan tidak memberikan respon terhadap kortikosteroid. Tetapi sekitar 50% dari penderita ini, akhirnya memerlukan terapi pembedahan.
Pembedahan
Kolitis toksik merupakan suatu keadaan gawat darurat. Segera setelah terditeksi atau bila terjadi ancaman megakolon toksik, semua obat anti-diare dihentikan, penderita dipuasakan, selang dimasukan ke dalam lambung atau usus kecil dan semua cairan, makanan dan obat-obatan diberikan melalui pembuluh darah.
Pasien diawasi dengan ketat untuk menghindari adanya peritonitis atau perforasi.Bila tindakan ini tidak berhasil memperbaiki kondisi pasien dalam 24-48 jam, segera dilakukan pembedahan, dimana semua atau hampir sebagian besar usus besar diangkat.
Jika didiagnosis kanker atau adanya perubahan pre-kanker pada usus besar, maka pembedahan dilakukan bukan berdasarkan kedaruratan.Pembedahan non-darurat juga dilakukan karena adanya penyempitan dari usus besar atau adanya gangguan pertumbuhan pada anak-anak.
Alasan paling umum dari pembedahan adalah penyakit menahun yang tidak sembuh-sembuh, sehingga membuat penderita tergantung kepada kortikosteroid dosis tinggi.Pengangkatan seluruh usus besar dan rektum, secara permanen akan menyembuhkan kolitis ulserativa.
Penderita hidup dengan ileostomi (hubungan antara bagian terendah usus kecil dengan lubang di dinding perut) dan kantong ileostomi. Prosedur pilihan lainnya adalah anastomosa ileo-anal, dimana usus besar dan sebagian besar rektum diangkat, dan sebuah reservoir dibuat dari usus kecil dan ditempatkan pada rektum yang tersisa, tepat diatas anus.
ASUHAN KEPERAWATAN
Perubahan eliminasi usus : Diare
Berhubungan dengan malabsorpsi, atau inflamasi
Data mayor :
Feses lunak, cair dan atau
Peningkatan frekwensi defekasi
Data minor :
Dorongan
Nyeri abdomen
Frekwensi bising usus meningkat
Peningkatan dalam keenceran atau volume feses
Kriteria hasil :
Klien akan :
Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi jika mengetahuinya.
Menjelaskan rasional dari intervensi
melaporkan diare berkurang
Intervensi :
Kurangi diare
Tingkatkan masukan oral untuk mempertahankan berat jenis normal urine.
Perbanyak cairan tinggi kalium dan natrium (air daging)
hati-hati terhadap penggunaan cairan yang sangat panas atau dingin.
Jelaskan pada klien dan orang terdekat tentang intervensi yang perlu dilakukan untuk pencegahan mendatang.
Kekurangan volume cairan
Berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan : Diare
Data mayor
Ketidakcukupan masukan cairan oral
Keseimbangan negatif antara masukan dan haluaran
Penurunan berat badan
Kulit/membran mukosa kering
Data minor
Peningkatan natriun serum
Penurunan haluaran urine atau haluaran berlebihan
Urine memekat atau sering berkemih
Penurunan turgor kulit
Haus/mual/anokresia
Kriteria hasil
Individu akan :
Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml/hari (kecuali bila ada kontraindikasi)
Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stres atau panas
Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi
Intervensi
Kaji yang disukai dan yang tidak disukai; beri minuman kesukaan dalam batas diet
Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian (mis; 1000 ml selama pagi, 800 ml sore, dan 200 ml malam hari)
Kaji pengertian individu tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan.
Suruh individu mempertahankan laporan yang tertulis dari masukan cairan dan haluaran urine, jika perlu.
Pantau masukan; pastikan sedikitnya 1500 ml peroral setiap 24 jam.
Pantau haluaran; pastikan sedikitnya 1000-1500 ml setiap 24 jam.
Pantau berat jenis urine
Timbang berat badan setiap hari dengan jenis baju yang sama, kehilangan berat badan 2%-4% menunjukan dehidrasi ringan, 5%-9% dehidrasi sedang.
9. Ajarkan bahwa kopi, teh, dan jus buah anggur menyebabkan diuresis dan dapt menambah kehilangan cairan.
Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah, diare, demam, selang drein.
Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine dan serum osmolalitas, kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin.
Gangguan Pola Tidur
Berhubungan sering terbangun : Diare
Data mayor :
Kesukaran untuk tertidur dan tetap tidur
Data minor :
Keletihan waktu bangun atau sepanjang hari
Tidur sejenak atau sepanjang hari
Agitasi
Perubahan suasana hati
Kriteria hasil
Individu akan :
Menggambarkan faktor yang mencegah atau menghambat tidur.
Mengidentifikasi teknik untuk menginduksi tidur.
melaporkan keseimbangan optimal dari istirahat dan aktivitas.
Intervensi :
Kurangi kebisingan.
Organisasi prosedur untuk memberikan jumlah terkecil gangguan selama periode tidur (mis; sewaktu individu bangun untuk pengobatan juga berikan penanganan dan pengukuran tanda vital)
Jika berkemih sepanjang malam mengganggu, batasi masukan cairan waktu malam dan berkemih sebelum berbaring.
Tetapkan bersama individu suatu jadwal untuk program aktivitas sepanjang waktu (jalan, terapi fisik)
Batasi jumlah dan panjang waktu tidur jika berlebihan (mis; lebih dari 1 jam)
Kaji bersama individu, keluarga, atau orang tua terhadap waktu tidur rutin – waktu praktik kebersihan, ritual (membaca, mainan) – dan patuhi sedekat mungkin jika memungkinkan.
Batasi masukan minuman yang mengandung kafein
Jelaskan kepada individu dan orang terdekat lainnya penyebab gangguan tidur/istirahat dan kemungkinan cara untuk menghindarinya.
Perubahan Kenyamanan : Nyeri
Berhubungan dengan inflamasi dan otot polos : Infeksi gastrointestinal ( colitis ulseratif)
Data mayor :
Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan (mungkin satu-satunya pengkajian data yang ada)
Data minor :
Ketidaknyamanan.
Marah, frustrasi, depresi karena situasi.
Raut wajah kesakitan.
Anoreksia, penurunan berat badan.
Insomnia.
Gerakan yang sangat hati-hati.
Spasme otot.
Kemerahan, bengkak, panas.
Perubahan warna pada area yang terganggu.
Abnormalitas refleks.
Kriteria hasil :
Individu akan
1. Mengungkapkan bahwa orang lain mengesahkan bahwa nyeri itu ada.
2. Melakukan tindakan penurun nyeri noninvasif yang dipilih untuk menangani nyeri.
3. Mengungkapkan adanya kemajuan dan peningkatan aktivitas sehari-hari.
Intervensi :
Kaji pengalaman nyeri individu; tentukan intensitas nyeri pada saat terburuk dan terbaik.
Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi ketakutan.
Ungkapkan penerimaan anda tentang respons terhadap nyeri
Mengakui adanya nyeri.
Mendengarkan dengan penuh perhatian pada keprihatinan terhadap nyeri individual.
Perlihatkan bahwa anda mengkaji nyeri karena anda ingin lebih mengerti.
Kaji keluarga untuk mengetahui adanya kesalahan konsep tentang nyeri atau penanganannya.
Bicarakan alasan-alasan mengapa seorang individu mengalami peningkatan atau penurunan nyeri.
Berikan dorongan anggota keluarga untuk saling menceritakan rasa prihatinnya secara pribadi.
Kaji apakah keluarga menyangsikan nyeri dan bicarakan pengaruhnya pada individu yang mengalami nyeri.
Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak diperlihatkan.
Berikan individu kesempatan untuk istirahan selama siang dan dengan waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari.
Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi, bersamaan dengan metode lain untuk menurunkan nyeri.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, bernapas dengan teratur.
Ajarkan penurunan nyeri noninvasif (rujuk ke intervensi nyeri akut)
Berikan individu pengurang rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
Setelah pemberian pengurang rasa sakit, kembali 30 menit kemudian untuk mengkaji efektifitasnya.
Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan kesalahan konsep pada keluarga (mis; ketagihan, ragu-ragu tentang nyeri).
Kaji pengaruh nyeri kronis pada kehidupan individu, melalui individu dan keluarga.
Kinerja (pekerjaan, tanggung jawab peran)
Interaksi sosial.
Finansial.
Kegiatan sehari-hari (tidur, makan, mobilitas, seksual)
Kognitif/suasana hati (konsentrasi, depresi)
Unit keluarga (respons-respons dari anggota keluarga)
Jelaskan hubungan antara nyeri kronis dan depresi.
Bicarakan dengan individu dan keluarga berbagai modalitas tindakan yang tersedia (terapi keluarga, terapi kelompok, modifikasi perilaku, hipnosis,akupuntur, program latihan).
Daftar Pustaka :
Andrianto P, Rakel, Terapi Mutakhir Conn 1984 – 1985, EGC ; Jakarta, 1985
Diagnosa Keperawatan NANDA
Ganong, William E, MD, Fisiologi Kedokteran Edisi 10, ECG ; jakarta, 1983
Pierce, Evellyn G., Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, PT.Gramedia: Jakarta,1993
Sylvia A.price Lorraine M, Wilson, Patofisilogi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol.1. Edisi 6 ,EGC; Jakarta, 2006
www.semangateli.blogspot.com/2008_03_01
www.medicastore.com/nutracare/isi-enzym.php
www.medic-fighting.blogspot.com/2008/02
www.indonesiaindonesia.com/f/10717-kolitis-ulserativa/
METODE PENUGASAN DALAM KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
Penugasan pekerjaan dalam pemanfaatan tenaga keperawatan di Rumah sakit adalah keterampilan yang dikembangkan oleh perawat, pengelola oleh nanajer unit berdasarkan pengetahuan megenai kebutuhan keperawatan pasien dan pengetahuan kemampuan staf termasuk jenis-jenis kategori tenaga yang ada.
Beberapa metode yang digunakan dalam perencanaan pelayanan keperawatan dalam unit tergantung misi, falsafah dan tujuan serta model keperawatan yang dianut.
MACAM METODE PENUGASAN DALAM K EPERAWATAN
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu metode pendekatan di bawah ini :
1. Metode fungsional.
Metode inl dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagiaa tersebut secara umum, sbb :
a. Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
b. Perawat staf :
- Melakukan askep langsung pada pasien
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
c. Perawat Pelaksaaa :.
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL)
d. Pembantu Perawat :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
Kerugian metode fungsional :
- Pasien mendapat banyak perawat.
- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
- Pelayanan terputus-putus
Kelebihan dari metode fungslonal :
- Sederlana
- Efisien.
2. Metode penugasaa pasien/metode kasus.
Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
Namun metode ini mempunyai kekurangan, yaitu :
- Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
- Membutuhkan banyak tenaga.
Adapun kelebihannya yaltu :
- Kebutuhan terperuhi.
- Pasien merasa puas.
- Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
3. Metode penugasan tim
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
- Ketua tim
- Pelakaana perawatan
- Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
Metode tim ini mempunyai kelebihan, yaitu :
- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
- Pasien dilayani secara komfrehesif
- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
- Terclpta kerja sama yang balk .
Namun, metode tim ini juga mempunyai kekurangan, yaitu :
Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
4. Metode Perawatan Primer
Adalah pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
Tugas perawat primer adalah :
- Menerima pasien
- Mengkaji kebutuhan
- Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
- Mengkoordinasi pelayanan
- Menerima dan menyesuaikan rencana
- menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas
4. Memberi penugasan pada perawat asisten.
Kelebihan dari metode perawat primer ini adalah :
- Mendorong kemandirian perawat.
- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
- Berkomunikasl !angsung denga! Dokter
- Perawatan adalah perawatan komfrehensif
Sedangkan kelemahannya/kekurangannya adalah :
- Perlu kualitas dan
- kuantitas tenaga perawat,
5. Metode Modul (Distrik)
Adalah metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.
KESIMPULAN
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan haruslah ada sutu metode penugasan yang dapay menyokonh keberhasilan asuhan yang diberikan, untuk itu maka digunakan berbagai macam metode penugsan seperti :
1. Metode fungsional yang menggunakan semua perawat baik itu kepala ruangan, staf, pelaksana dan pembantu perawat serta dibantu tenaga administrasi.
2. Metode kasus. Pada metode ini yang melaksanakan asuhan keperawatan adalah staf perawat yang melibatkan pasien tertentu sesuai tugas
3. Metode Penugasan Tim. Askep yang diberikan dilaksanakan oleh sekelompok perawat pada sekelompok pasien.
4. Metode perawatan primer. Askep yang diberikan dilaksanakan oleh seorang perawat yang melayani kepentingan pasien dari datang sampai pulang dan maksimal 6 orang pasien yang dilayani. Diperlukan tenaga bantuan/perawt pembantu/asisten.
5. Metode Distrik
Daftar Pustaka
Naskah .Lengkap Kursus Manajemen Keperawatan Rumah pasca kongres persi 1990, Ikatan Rumah SakitJakarta Metropolltan.
Lokakarya Kepala Bangsal Keperawatan, pusat pengembangan Keperawatan Corulus, Jakarta, 1993
PROSES KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
• KEPERAWATAN BENTUK PELAYANAN PROFESIONAL
• TINDAKAN BUKAN RUTINITAS, TANPA POLA, TDK BERDASAR BUKTI ILMIAH
• UNTUK ITU PELAYANAN KEPERAWATAN DILAKSANAKAN SECARA SISTEMATIS DAN TERARAH untuk KEPUASAN KLIEN
• Proses keperawatan merupakan jawaban penyelesaian masalah mutu asuhan keperawatan keterampilan intelektual, interpersonal dan keterampilan teknis
• Proses keperawatan memastikan penyelesaian masalah kesehatan klien berdasarkan landasan teori yang kuat
• WUJUD TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT
PENGERTIAN
• PROSES adalah suatu rangkaian kegiatan yang berurutan yang terdiri dari komponen-komponen yang saling terkait, berhubungan, dinamis dlm rangka mencapai tujuan ttt.
• KEPERAWATAN adalah suatu btk pelayanan profesional yg merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yg mencakup seluruh proses kehidupan.
ARTI PROSES KEPERAWATAN
• YURA & WALS (1983) ; Adalah suatu metode yg sistematis dan ilmiah yg digunakan perawat dalam mncapai atau mempertahankan kead. Bio,psiko,sosio,spritual yg optimal mll tahap pengkajian,identifikasi diagnosa kep,penentuan rencana kep., implementasi tindakan kep., serta evaluasi
• CAROL V.A (1991) PROSES KEPERAWATAN adalah metode yg sistematis untuk mengkaji respon manusia thd masalah kesehatan dan membuat rencanakeperawatan yg bertujuan mengatasi masalah tersebut.
• PROSES KEPERAWATAN adalah rangkaian kegiatan pemecahan masalah yg ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisir bertujuan membantu klien mencapai tkt. kesehatan dan pemeliharaan kesehatan scr optimal sesuai dgn kebutuhannya mll langkah-langkah: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Pada hakikatnya proses keperawatan teknik penyelesaian/pemecahan masalah (problem solving), proses terapeutik, melibatkan tenaga keperawatan, individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat mencapai derajat kesehatan optimal.
Proses keperawatan adalah :
1. Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
2. Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum.
3. Merupakan pendekatan ilmiah
4. Terdiri dari 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
SEJARAH
• Proses keperawatan pertama kali dijabarkan oleh Hall (1955)
• Tahun 1960, proses keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan
• Wiedenbach (1963) mengenalkan proses keperawatan dalam 3 tahap : observasi, bantuan pertolongan dan validasi.
• Yura & Walsh (1967) menjabarkan proses keperawatan menjadi 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967, edisi pertama proses keperawatan dipublikasikan.
• Bloch (1974), Roy (1975) Mundinger & Jauron (1975) dan Aspinall (1976) menambahkan tahap diagnosa, sehingga proses keperawatan menjadi 5 tahap : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis pikir : dicover (menemukan), delve (mempelajari atau menganalisis), decide (memutuskan), do (mengerjakan) dan discriminate (identik dengan evaluasi).
• Dengan berkembangnya waktu, proses eperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar hukum praktik keperawatan. ANA (1973) menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam pengembangan Standart Praktik Keperawatan.
• Tahun 1975 : diadakan konferensi nasional tentang klasifikasi diagnosis keperawatan setiap dua tahun di Universitas Sr. Louis. Klasifikasi diagnosis keperawatan ini kemudian disebut dengan NANDA (North American Nursing Diagnoses Association).
KARAKTERISTIK PROSES KEPERAWATAN
SIFAT PROSES KEPERAWATAN
• PORPOSEFUL : TUJUAN JELAS ; MEMENUHI KEBUT. KLIEN BERDASARKAN MASALAH KEP.
• DINAMIS ; DAPAT BERUBAH DAN DIPERBAHARUI
• SIKLUS (CYCLE) ; BERKESINAMBUNGAN DARI PENGKAJIAN-EVALUASI.
• INTERDEPENDENT ; SALING TERGANTUNG (DX KEP, BERDASAR PENGKAJIAN, ……… )
• INTERAKTIF ; DASAR HUB. ADALAH HUB. TIMBAL BALIK PERAWAT KLIEN
• FLEKSIBEL : TIDAK KAKU
• ARUTAN DAPAT BERUBAH
• DAPAT DIGUNAKAN SEMUA MASALAH KESEHATAN
• SEGALA TATANAN (RS /PUSKESMAS)
• KLIEN ; INDIVIDU, KELUARGA, KELOMPOK , MASYARAKAT
• TEORITIS ; HARUS SELALU DIDASARKAN ILMU, MODEL DAN FILOSOFI KEP.
• HUMANISTIK ; MEMANDANG KLIEN SBG MANUSIA
• HOLISTIK ; UTUH (BIOPSIKOSOSIOSPRITUAL)
• CARE ;BERLANDASKAN STANDAR DAN ETIK KEPERAWATAN
UNSUR PROSES KEPERAWATAN
• UNSUR KOGNITIF (KECAKAPAN INTELEKTUAL) ; PENGET. TTG PERKEMB., PERILAKU, FISIOLOGI DLL. DASAR DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN DAN BERPIKIR
• UNSUR PERILAKU (KETERAMPILAN DALAM HUBUNGAN ANTAR MANUSIA) ; MEMBINA HUB TERAPETIK DAN SALING PERCAYA, HUB PERAWAT DG PERAWAT DAN TIM KESEHATAN
• UNSUR KETERAMPILAN (TEKHNIS)
TUJUAN PROSES KEPERAWATAN
• TUJUAN UMUM : Memberikan suatu kerangka kerja berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat, sehingga kebutuhan perawatan kesehatan klien, keluarga dan masyarakat dapat terpenuhi.
• TUJUAN KHUSUS :
1. Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan (problem solving)
2. Menggunakan standart dalam praktek keperawatan
3. Memperoleh metode yang baku, rasional dan sistematis
4. Memperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi
5. Memperoleh asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN
Bagi Pelayanan Kesehatan :
1. Pedoman yang sistematis bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan
2. Sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Bagi Pelaksana Keperawatan
1. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
2. Bila semua kebutuhan klien dapat dipenuhi, tentu akan dapat mempercepat proses penyembuhan klien dan kepuasan bagi klien akan pelayanan keperawatan yang diberikan. Dengan demikian, mutu asuhan keperawatan akan meningkat.
3. Pengembangan ketrampilan intelektual dan teknis bagi tenaga pelaksana keperawatan.
4. Peningkatan citra keperawatan dan tenaga keperawatan.
5. Jalan yang paling tepat untuk meningkatkan citra keperawatan dan profesi keperawatan adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Kepuasan knsumen terhadap pelayanan keperawatan menunjukkan keyakinannya terhadap profesi keperawatan.
6. Meningkatkan peran dan fungsi perawatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
7. Pengakuan otonomi keperawatan oleh masyarakat dan profesi lain.
8. Profesi keperawatan memberikan kesempatan kepada tenaga keperawatan untuk melaksanaan otonomi profesinya, yang didasari oleh tanggung gugat dan tanggung jawab, penerapan etika profesi dan standart praktek keperawatan.
9. Peningkatan rasa solidaritas.
10. Kesamaan metode praktek keperawatan yang digunakan oleh semua tenaga keperawatan akan memperkuat persatuan serta menggambarkan otonomi dan identitas keperawatan.
11. Peningkatan kepuasan tenaga keperawatan.
12. Kepuasan konsumen terhadap pelayanan keperawatan dengan sendirinya akan menimbulkan kepuasan bagi tenaga perawatan.
13. Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan
14. Untuk pengembangan ilmu keperawatan.
15. Proses keperawatan dapat mendukung dan memberi sumbangan dalam pengembangan penelitian ilmu keperawatan, sehingga dapat dikembangkan metode-metode yang baku dalam memberikan asuhan keperawatan.
Bagi Klien
1. Aspek keperawatan yang diterima bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
2. Merangsang partisipasi pasien dalam perawatan dirinya (self care)
3. Kelanjutan asuhan
4. Terhindar dari mal-praktik
KOMPONEN PROSES KEPERAWATAN
Tahap-tahap Proses Keperawatan
PENGKAJIAN
1. TAHAP AWAL PROSES KEPERAWATAN
2. SUATU PROSES YG SISTEMATIS DLM PENGUMPULAN DATA DARI BERBAGAI SUMBER UNTUK MENGEVALUASI & MENGIDENTIFIKASI STATUS KES. KLIEN.
3. SECARA KOMPREHENSIF
KERANGKA DASAR
1. Iindividu mrp multidimensional yg selalu dihub. Dg kebut.
2. Individu berfungsi sbg satu kesatuan yg utuh yg dimulai sejak konsepsi sampai kematian
3. Perubahan dlm satu sistem akan mempengaruhi sistem lain
4. Individu mrp sistem terbuka yg berinteraksi dg lingkungan
5. Tiap individu mpy pola yg unik dlm memenuhi kebutuhannya
6. Semua perilaku individu mpy maksud tertentu
7. Kesehatan mrp kead. Dinamis yg berada dlm suatu rentang
8. Kes. Yg optimal sbg kead. Yg ditandai dg tercapainya potensi kes. Yg maksimal
9. Individu yg sehat ditandai dg kemamp. Beradaptasi thd perubahan dimensi perkemb., psikologik, sosiokultural, dan fisiologik
10. Tujuan perawatan adl membantu individu untuk mencapai ataun meningkatkan kead. Kesehatannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, sosialkultural, dan spiritual yagn bisa mempengaruhi status kesehatannya.
2. Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien selama berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon, 1987;1994)
3. Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
4. Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan catatan kesehatan klien.
Kegiatan ….
1. Pengumpulan data
2. Validasi data
3. Pengorganisasian data
4. Identifikasi masalah
Metode pengumpulan data
1. Melakukan interview/wawancara.
2. Riwayat kesehatan/keperawatan
3. Pemeriksaan fisik
4. Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan kesehatan (rekam medik).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
2. The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 1992) mendefinisikan diagnosa keperawatan semacam keputusan klinik yang mencakup klien, keluarga, dan respon komunitas terhadap sesuatu yan berpotensi sebagai masalah kesehatan dalam proses kehidupan.
KOMPONEN DX KEP.
1. MASALAH (PROBLEM) ; MENGGAMBARKAN PERUBAHAN STATUS KES. KLIEN
2. PENYEBAB (ETIOLOGI) ; MENCERMINKAN PENYEBAB DARI MASALAH, FRASE “BERHUBUNGAN DENGAN”
3. DATA (SIGS AND SYMPTOM) ; DIPEROLEH SAAT PENGKAJIAN, BUKTI ADANYA MASALAH, FRASE “DITANDAI OLEH”
Tipe Diagnosa Keperawatan
a. Aktual
Menggambarkan Masalah nyata saat ini sesuai data yg ditemukan,adanya batasan karakteristik mayor.
Contoh: “ Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi lama sekunder terhadap fraktur perlvis”
b. Resiko
Menggambarkan penilaian klinis dimana individu/kelompok lbh rentan mengalami masalah dibanding individu/kelompok lain dlm situasi yang sama. masalah kes. Yg nyata akan terjadi jika tdk dilakukan intervensi.
Contoh: “ Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer”
c. Kesejahteraan/wellness
Penilaian klinis ttg individu, keluarga atau komunitas dlm transisi dari tingkat kesejahteraan ttt ke tingkat kesejahteraan yg lebih tinggi. pernyataan “potensial peningkatan” tidak mengandung unsur “yg berhubungan dengan”
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan:
a. Administratif: lebih fokus,tanggung jawab, independen, perbaikan kualitas askep.
b. Klinik: prioritas diagnosafokus, arah dokumentasi, alat komunikasi, kriteria hasil dan tujuan keperawatan evaluasi, mengarahkan intervensi.
Langkah-langkah
• Menetukan prioritas
• Menetapkan tujuan keperawatan
• Menetapkan kriteria evaluasi
• Menyusun rencana intervensi keperawatan
• Menformulasikan rencana perawatan (Nursing Care Plan)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
• MENGAPLIKASIKAN RENCANA ASUHAN KEP. KE DLM BENTUK INTERVENSI KEP. GUNA MEMBANTU KLIEN MENCAPAI TUJUAN YG TELAH DITETAPKAN.
• TIGA TAHAP
• PERSIAPAN (DATA,PERAWAT, KLIEN, LINGK., SARANA PRASARANA)
• PELAKSANAAN
• TERMINASI
PETUNJUK IMPLEMENTASI
• TIAP TINDAKAN PASTIKAN RASIONALISASINYA, EFEK YG DIHARAPKAN, KEMUNGKINAN EFEK SAMPING
• YAKINKAN DATA & MASALAH MASIH RELEVAN
• BUKAN KEGIATAN MEKANIK, O/KI PERLU KAJI RESPON KLIEN
• IKUT SERTAKAN KLIEN
PELAKSANA
• PERAWAT
• KLIEN
• KELUARGA
• TENAGA NON KEPERAWATAN
PRINSIP “CWIPAT”
• CHECK
• WASH YOUR HAND
• IDENTIFY THE PATIENT
• PROVIDE FOR SAFETY AND PRIVACY
• ASSESS THE PROBLEMS
• TELL THE PERSON OR TEACH THE PERSON ABOUT YOU ARE GOING TO DO
EVALUASI KEPERAWATAN
• MEMBANDINGKAN HASIL SUATU TINDAKAN KEPERAWATAN DENGAN NORMA ATAU KRITERIA TUJUAN YG TELAH DIBUAT
• KEMUNGKINAN HASIL EVALUASI ;
• TUJUAN TERCAPAI
• TUJUAN TERCAPAI SEBAGIAN
• TUJUAN TIDAK TERCAPAI
• TIMBUL MASALAH BARU
DOKUMENTASI PROSES KEPERAWATAN
• MRP PERNYATAAN TTG KEJADIAN / AKTIVITAS DGN CATATAN TERTULIS
• DAI PENGKAJIAN SAMPAI EVALUASI
• SARANA KOMUNIKASI
• DAPAT SBG ALAT BUKTI
• MEMUDAHKAN & MEMBANTU MENGATASI MASALAH KLIEN
• REFERENSI PEMBELAJARAN
Sumber :
Catatan Kuliah Konsep Dasar Keperawatan Stikes Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2009
Dosen : HIRYADI,M.Kep,Sp.Kom
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan
Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Program ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain meliputi:
1. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi
2. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE);
3. Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari masyarakat(seperti pos pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, dan usahakesehatan sekolah) ;
4. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat;
5. Peningkatan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JKPM) secara kapitasi dan pra upaya terutama bagi keluarga miskin.
6. Peningkatan pendanaan operasional Puskesmas dan revitalisasi Puskesmas sebagai Pusat Promotive dan Preventive bidang kesehatan;
Misi Promosi Kesehatan
1. Memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga, maupun melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat
2. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat
3. Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) dalam rangka :
- Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berwawasan kesehatan
- Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan masyarakat, dalam program-program kesehatan
- Meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta antara pemerintah dengan masyarakat (termasuk LSM) dan dunia usaha.
- Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya
Tujuan dan Sasaran Promosi Kesehatan
a. Individu dan keluarga
- Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran, baik angsung maupun media massa
- Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
- Memperaktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menuju keluarga atau rumah tangga sehat
- Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi keluarga
- Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan.
b. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat umum
- Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan
- Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehat.
c. Organisasi masyarakat/organisasi profesi/LSM dan media massa
- Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat masyarakat
- Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat
- Menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung perubahan perilaku sehat.
d. Program/petugas kesehatan
- Melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan kegiatankesehatan
- Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat, khususnya melalui pemberdayaan individu, keluarga atau kelompok yang menjadi kliennya
- Meningkatkan mutu pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kesehatan yang memberikan kepuasan kepada masyarakat.
e. Lembaga pemerintah/politisi/swasta
- Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan lingkungan dan perilaku sehat
- Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan.
STRATEGI
Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan yaitu :
1. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau pembangunan masyarakat (community development).
Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Binasuasana
Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorongindividu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yangdiperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatuapabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orangorangyang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, danain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahuke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu :
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.
Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :
- Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
- Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
- Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
- Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
- Dikemas secara menarik dan jelas
- Sesuai dengan waktu yang tersedia.
Sumber :
Depkes RI, 2007, Kurikulum dan modul Pelatihan Bidan Poskesdes dalam Pengembangan Desa Siaga : Jakarta
Perawatan Kesehatan Komunitas
Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah untuk mencapai hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan amsyarakat yang optimal. Dengan demikian pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional.
Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.
Keperawatan komunitas belum menjadi suatu trend dikalangan masyarakat secara merata. Sementara ini orang masih mengenal Posyandu, Puskesmas atau Rumah Sakit manakala menjumpai masalah kesehatan aktual atau emergency. Masyarakat mungkin sering lupa atau kurang terbisa berfikir dan berperilaku yang dapat meningkatkan derajat kesehatan atau pencegahan penyakit. Belum lagi adanya pemikiran bahwa status kesehatan komunitas adalah semata-mata menjadi tanggung jawab petugas kesehatan dan bukan bagian dari kinerja kehidupan masyarakat pada umumnya.
Keperawatan komunitas memprioritaskan pada upaya untuk meningkatkan kesehatan (promotif dan preventif) dengan tidak mengabaikan usaha-usaha kuratif dan rehabilitatif hal ini sesuai dengan motto : “lebih baik mencegah dari pada mengobati.“ Keperawatan Komunitas juga berguna untuk mengingatkan dan membawa masyarakat untuk mengantisipasi masalah kesehatannya sendiri, menggali potensi dan menggunakan sumber daya manisia yang ada di masyarakat
A. Perawatan Kesehatan Komunitas
Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (1961) adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia dan keterampilan erorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas menurut American Nurses Assicoation (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan kesehatan
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
2. Meerupakan bidang khusus keperawatan
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingfkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat
7. Bekerja secara team (bekerjasama)
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah
10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan komunitas adalah:
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua orang
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal ini komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat mendukung maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat dkembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian etrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara berkesinambungan
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
B. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas
Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan msyarakat dalam hal:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/keperawatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/keperawatan
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan/keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan
9) Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
10) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.
C. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan petumbuhannya, seperti:
a. Ibu hamil
b. Bayi baru lahir
c. Balita
d. Anal usia sekolah
e. Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyekit kelamin lainnya.
b. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a. Wanita tuna susila
b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
d. Dan lain-lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a. Panti wredha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita
Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
D. Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan rumah sakit.
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta, patah tulang mapun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jeals dan dapat dimengerti.
E. Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1) Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
2) Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3) Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
4) Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi
5) Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut
6) Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan amsyarakat
7) Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan
8) Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
9) Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti
10) Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.
11) Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.
F. Model Pendekatan
pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan dapat diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.
G. Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah:
1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan MC. Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987) maslah tersebut terdiri dari:
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3) Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:
a. Masalah yang ditetapkan dari data umum
b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:
a. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
b. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
c. Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat
Kriteria skala prioritas:
a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.
b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu tertentu
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, srana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).
Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah:
1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait
2) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.
Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
1) Daya guna
2) Hasil guna
3) Kelayakan
4) Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu berapa?
Perubahan ini akan berkembang sesuai tingkat peran masing-masing, apabila peran masyarakat dan perawat sama-sama naik maka maka status kesehatan akan meningkat. Begitu juga sebaliknya. Untuk memandirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.
H. Perawat komunitas dapat bekerja diberbagai tatanan:
1. Klinik rawat jalan
2. Kantor kesehatan
3. Kesehatan kerja
4. Sekolah
5. Rumah
6. Perkemahan
7. Institusi pemeliharaan kesehatan
8. Tempat pengungsian
I. Perawat komunitas dapat bekerja sebagai :
1. Perawat keluarga
2. Perawat sekolah
3. Perawat kesehatan kerja
4. Perawat gerontologi
Perawat keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Perawat keluarga adalah :
Perawat teregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk praktek memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit. Praktek ini mencakup pengambilan keputusan independen dan interdependen dan secara langsung bertanggung gugat terhadap keputusan klinis.
Peran perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case managemen dan konsultasi.
Perawat kesehatan sekolah
Keperawatan sekolah adalah: keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986)
Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu, kelompok dan masyarakat sekolah.
Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkunganya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.
Perawat kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan (American Asociation of Occupational Health Nursing)
Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di tatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak konstruksi, universitas dan lain-lain.
Lingkup praktek keperawatan kesehatan kerja mencakup pengkajian riwayat kesehatan, pengamatan, memberikan pelayanan kesehatan primer konseling, promosi kesehatan, administrasi management quality asurance, peneliti dan kolaburasi dengan komunitas.
Perawat gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat.
Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga dan masyarakat yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI, 1992, Jakarta, Pedoman Kerja Perkesmas Jilid I
Departemen Kesehatan RI, 1993, Jakarta, Petunjuk Pengelolaan Perawatan Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI, 1985, Jakarta, Tata Laksana Perawatan Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Visi Pembangunan Kesehatan: Indonesia Sehat 2010.” http://www.depkes.go.id/indonesiasehat.html
Sugeng Riyadi, S.Kep, Ns “KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT” http://www.125.160.76.194/data/data-lenovo/data
Selasa, 04 Agustus 2009
Pengaruh Migrasi Terhadap Perkembangan Keperawatan Komunitas
Pendahuluan
Proses-proses kehidupan di dalam demografi biasanya bergerak lambat, membutuhkan waktu yang banyak hingga sukar diamati dalam waktu singkat. Akan tetapi dalam migrasi prosesnya sering kali berlangsung secara mendadak yang merupakan akibat-akibat dari perubahan situasi yanga hebat dan spontan. Seperti keguncangan situasi politik, ekonomi atau bencana alam, yang pada gilirannya akan membangkitkan perubahan-perubahan kependudukan dan kemasyarakat yang selanjutnya menuntut perubahan bentuk pelayanan di semua sektor kehidupan.
Pengertian
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, baik antar negara ataupun dalam satu wilayah negara.
Keadaan penduduk disuatu wilayah dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu, seperti:
1. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin.
2. Sosial, meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan.
3. Ekonomi, meliputi lapangan kerja, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan.
4. Geografis, meliputi daerah tempat tinggal.
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk upaya pelayanan di bidang / sektor kesehatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dalam lingkungan tertentu dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, seperti :
1. Lingkungan, yaitu lingkungan sosial budaya, fisik dan biologi dimana masyaraka berkembang.
2. Perilaku, yaitu perilaku dari tiap individu, keluarga maupun masyarakat pada suatu daerah tertentu.
3. Pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas bagian integral dari upaya pelayan kesehatan yang beorientasi pada pelayanan masyarakat disuatu daerah.
4. Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan kepada keluarga dan masyarakat di daerah tertentu.
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga dan masyarakat sebagai suatu kesatuan sistem.
Pengaruh Migrasi Terhadap Perkembangan Keperawatan Komunitas
Proses migrasi berlangsung cepat dibandingkan dengan proses-proses demografi lainnya. Segingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap gejala kependudukan. Akibatnya terjadi perubahan komposisi penduduk di daerah itu. Selain itu dengan bercampurnya penduduk migran dan penduduk asli akan mengakibatkan terjadinya pergeseran kebudayaan dan norma-norma sosial pada masyarakat itu. Dengan terjadinya pergeseran tersebut maka keperawatan komunitas juga akan menjadi berkembang sesuai dengan sosial-budaya pada masyarakat tersebut. Contoh sederhana budaya penduduk asli menganggap penyakit malaria adalah kena wisa (bisa) maka dengan adanya migran yang lebih berpendidikan anggapan tersebut
berangsur-angsur akan berubah sesuai dengan pengetahuan yang berkembang. Keperawatan komunitaspun akan bergeser pula, dulunya pendekatan utama pada kuratif setelah perbauran tersebut maka pendekatan promotif dan preventif lebih diutamakan tanpa mengabaikan pendekatan kuratif.
Migrasi umumnya bersifat selektif, artinya bahwa yang pindah atau menempati tempat tinggal baru atau meninggalkan tempat asalnya mempunyai karakteristik kependudukan yang khas mengenai umur, pendidikan, status sosil, kebudayaan dan sebagainya. Pada transmigrasi yang berangkat yang kuat-kuat dan tergolog usia produktif, sedangkan yang lanjut usia tidak diperkenankan ikut, maka komposisi penduduk pada daerah yang ditinggalkan prosentasi penduduk usia lanjutnya meningkat. Di daerah ini perkembangan keperawatan komunitas akan lebih diutamakan pada pelayanan keperawatan usia lanjut dengan bentuk partisipasi masyarakat pada kegiatan Posyandu Usila.
Migrasi dari desa ke kota pada umumnya lebih banyak laki-laki dari pada wanita, akibatnya rasio sek dipedesaan berkurang dan dikota bertambah. Banyak penduduk usia muda dari daerah luar pulau Jawa bersekolah ke Pulau jawa. Akan tetapi setelah tamat tidak mau kembali ke daerah asal, sehingga komposisi penduduk yang berpendidikan tinggi di pulau Jawa meningkat dengan menyolok, sedangkan di luar pulau Jawa tidak terlalu menyolok. Di daerah dengan komposisi penduduk berpendidikan tinggi ini akan lebih baik keperawatan komunitasnya berorientasi pada peran serta dengan kegiatan pembentukan kader-kader kesehatan.
Di daerah yang komposisi penduduknya mayoritas tenaga kerja, maka keperawatan komunitas yang dilakukan adalah kesehatan di area kerja dalam bentuk kegiatan keselamatan kerja.
Kesimpulan
Migrasi akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi penduduk baik secara biologis, sosial, ekonomi. Perubahan tersebut terjadi pada daerah asal dan tujuan. Perubahan yang terjadi sangat mempengaruhi terhadap perkembangan keperawatan komunitas. Di mana perubahan tersebut terjadi tidak lain adalah adaptasi / penyesuaian situasi yang ada.
Daftar pustaka
1. Dasar-dasar Demografi, lembaga demografi, FEUI, Jakarta.
2.
Ilmu Pengetahuan Sosil 1, Prathama Rahardja, Drs, intan Pariwara, Klaten, 1988
3. Kependudukan Teori Fakta dan Masalah, Ruslan H. Prawito, Drs, Alumni, Bandung, 1983
4. Perawatan Kesehatan Masyarakat, Depkes RI, 1988