I. PENGERTIAN Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) II. ETIOLOGI Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c. Benda asing III. PATOFISIOLOGI Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus V. TANDA DAN GEJALA • Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan • Mual, muntah • Anoreksia, malaisse • Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney • Spasme otot • Konstipasi, diare (Brunner & Suddart, 1997) VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK • Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75% • Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada • Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir • Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah (Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997) VII. KOMPLIKASI • Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks • Tromboflebitis supuratif • Abses subfrenikus • Obstruksi intestinal VIII. PENATALAKSANAAN • Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan • Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan • Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Brunner & Suddart, 1997) IX. PENGKAJIAN 1. Aktivitas/ istirahat: Malaise 2. Sirkulasi : Tachikardi 3. Eliminasi • Konstipasi pada awitan awal • Diare (kadang-kadang) • Distensi abdomen • Nyeri tekan/lepas abdomen • Penurunan bising usus 4. Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah 5. Kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam 6. Keamanan : demam 7. Pernapasan • Tachipnea • Pernapasan dangkal (Brunner & Suddart, 1997) DAFTAR PUSTAKA 1. Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC 2. Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC 3. Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC 4. Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC
Read More ..Minggu, 20 Mei 2012
Cara Diet Agar Panjang Umur
Dalam bukunya berjudul “The Real Age Diet Make Yourself Younger with WhatYou Eat”, gerontologis dari University of Chicago, Dr. Michael F Roizen,menyebutkan : bila Anda ingin awet muda, Ikuti beberapa petunjuk ini: 1. Menyantap setidaknya empat porsi buah sehari. Beraneka vitamin dan mineral, juga serat ada dalam buahbuahan. 2. Gunakan makanan pengganti. Sedikitnya ada tiga makanan pengganti untuk bahan makanan yang Anda asup setiap hari. Misalnya, bila hari ini Anda menggunakan margarin, gantilah dengan minyak zaitun. Begitu seterusnya. 3. Konsumsilah ikan sedikitnya tiga kali seminggu. Sebagian besar ikan mengandung omega 3. Bahan ini sangat bagus untuk menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kemampuan otak. Omega 3membantu menstabilkan jantung, mencegah kanker usus, menjaga kesehatan payudara, serta meningkatkan sistem imun. lkan tuna, salmon, trout, makarel, sarden, adalah yang disarankan. Konsumsi ikan 13 ons per minggu bisa membuat umur 1,6 sampai 3,4 tahun lebih muda. 4. Makan teratur setiap hari. Jangan anggap dengan tidak makan misalnya di pagi hari, Anda terus sehat. Tubuh justru akan minta lebih banyak di malam hari. Lantas gemuklah Anda bila ini terus terjadi. Makan teratur justru menstabilkan berat badan. Berat badan yang relative stabil, tidak turun dan naik drastis, bisa membuat usia Anda lebih muda 6 tahun. 5. Makanlah dengan gaya petani. Maksudnya, hanya mengonsumsi makanan alami, segar, dan bukan olahan. Konsumsi biji-bijian secara langsung lebih baik daripada yang sudah diolah menjadi tepung. Makan ikan segar dengan minyak zaitun lebih baik daripada steak dan mentega. Roti gandum lebih baik ketimbang croissant dari tepung. Ikan segar lebih baik dari bakso, sosis, atau nugget. Cara konsumsi ini membantu mempermuda usia sekitar 6 sampai 8 tahun. 6. Hindari asupan tinggi lemak. Usia Anda akan lebih panjang 6,4 tahun. 7. Konsumsi makanan kaya flavonoid secara memadai. Jumlahoptimal biar awet muda sekitar 31 mg/hari. Dapat diperoleh dari bawang (merah atau putih), teh hijau, brokoli, seledri, stroberi, anggur terutama anggur merah. Anda akan lebih muda 3,2 tahun. 8. Lakukan diet dengan variasi makanan. 9. Lakukan sarapan setiap pagi. Riset menunjukkan, orang yang sarapan akan lebih sedikit mengalami kekurangan gizi daripada yang tidak sarapan. Bila setiap hari Anda sarapan, akan lebih muda 1,4 tahun. 10. Konsumsilah 1 ounce (28,35 gram) kacang setiap minggu. Kacang mengandung lemak tak jenuh ganda. Bermanfaat mencegah terbentuknya kolesterol jahat dan menjaga kesehatan jantung. Dalam 90 hari Anda akan lebih muda 1,1 tahun. 11. Dalam sehari harus ada makanan berserat. Dapat diperoleh dari gandum, sayur, dan buah-buahan. Serat membantu mengatur metabolisme dan pencernaan serta menstabilkan glukosa darah. 12. Kendalikan keinginan. Ketika belanja atau hendak makan di luar rumah, mampirlah ke tempat Anda bisa mendapatkan makanan sehat. 13. Perbanyak asupan kacangan. Kacang-kacangan (kedelai, kacang merah, buncis) mengandung isoflavon tinggi yang dapat mencegah kanker payudara dan gejala menopause. 14. Konsumsilah sayur setidaknya 5-6 porsi sehari. 15. Gunakan hanya minyak goreng terbaik. Lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda ditemukan dalam minyak zaitun, ikan, alpukat, dan kacangkacangan. Lebih hematlah menggunakan minyak, meskipun itu rendah kolesterol. Ini dapat membuat Anda lebih muda 3 tahun. 16. Makan pure tomat dan saus tomat. Likopen dan karoten diperoleh dari tomat. Juga bisa ditemukan pada semangka, jambu, dan anggur merah. Bermanfaat menekan risiko dan pertumbuhan kanker (kanker tenggorokan dan kanker prostat), juga sebagai antioksidan. 17. Selalu perhatikan label atau daftar isi makanan dalam setiap kemasan. Hati-hati bila kandungan lemak tak jenuh, minyak sayur, gula, atau garamnya tinggi. Urungkan niat untuk mengonsumsinya. 18. Kurangi gula atau ganti dengan pemanis yang diizinkan. 19. Makanlah jenis lemak baik sebelum mengonsumsi makanan lainnya. Sejumlah kecil dari lemak yang lambat dicerna akan membuat perut tetap penuh untuk waktu lebih lama. 20. Minum air putih sebanyak mungkin. @
Read More ..KEBUTUHAN SPRITUAL KLIEN
A. Pendahuluan Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa. Sedangkan kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan (Asmadi, 2008:28-29). Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup dan sumber dari makna hidup. Dengan jelas, kemampuan perawat untuk mendapat gambaran tentang dimensi spiritual klien yang jelas mungkin dibatasi oleh lingkungan dimana orang tersebut mempraktikkan spiritualnya. Hal ini benar jika perawat mempunyai kontak yang terbatas dengan klien dan gagal untuk membina hubungan. Pertanyaannya adalah bukan jenis dukungan spiritual apa yang dapat diberikan tetapi secara sadar perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses keperawatan. Perawat tidak perlu menggunakan alasan “tidak cukup waktu” untuk menghindari pengenalan nilai spiritualitas yang dianut untuk kesehatan kilen (Potter & Perry, 2005:567). B. Spiritualitas Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa. Sebagai contoh, orang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut : 1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan. 2. Menemukan arti dan tujan hidup. 3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri. 4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi. Agama merupakan petunjuk perilaku karena didalam agama terdapat ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan seseorang. Sebagai contoh, orang sakit dapat memperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari Tuhannya (Hamid A.Y., 2000: 2-3). Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoff’s dibagi kedalam empat tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu : 1. Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang dianut. Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru oranng lain, seperti berdoa sebelum tidur, makan, dan lain-lain. Pada masa prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang sekelilingnya, dalam hal ini keluarga, arti doa, serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan. 2. Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan. 3. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan diri, diawali dengan proses pernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab. Secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaan. 4. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya (Asmadi, 2008: 1-2). C. Kebutuhan Spritual Klien 1. Pengertian Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989). Maka dapat disimpulkan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Adapun adaptasi spiritual adalah proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya (Asmadi, 2008: 258). 2. Kebutuhan spiritual Individu sebagai makhluk spiritual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Diciptakan Tuhan dalam bentuk yang sempurna dibanding makhluk ciptaan lainnya. b. Memiliki rohani/jiwa yang sempurna (akal, pikiran, perasaan dan kemauan). c. Individu diciptakan sebagai khalifah (penguasa dan pengatur kehidupan) dimuka bumi. d. Terdiri atas unsur bio-psiko-sosial yang utuh (Ali H.Z, 2002: 43). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual antara lain : a. Perkembangan Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memeliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan. b. Keluarga Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. c. Ras/suku Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki. d. Agama yang dianut Keyakina pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual. e. Kegiatan keagamaan Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya (Asmadi, 2008: 254-257). Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual antara lain : a. Pasien kesepian Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan. b. Pasien ketakutan dan cemas Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya dan ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan (Asmadi, 2008: 26). Adapun tanda-tanda yang dapat diperhatikan pada klien yang mengalami kecemasan : 1) Cemas ringan Kecemasan normal yang berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Respon cemas ringan seperti sesekali bernafas pendek, nadi meningkat, tekanan darah naik, bibir bergetar, tidak dapat duduk dengan tenang dan tremor halus pada tangan. 2) Cemas sedang Ditandai dengan persepsi terhadap masalah menurun sehingga individu kehilanganpegangan tetapi dapat mengikuti pengarahan dari orang lain. Respon cemas sedang biasanya meliputi sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, tidak mampu menerima rangsangan, susah tidur dan perasaan tidak enak. 3) Cemas berat Pada tingkat ini lahan persepsi menjadi sangat sempit dimana individu tidak dapat memecahkan masalah atau mempelajari masalah. Respon kecemasan yang timbul misalnya nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, tidak mampu menyelesaikan masalah. 4) Panik Pada tingkat ini, lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun telah diberikan pengarahan. Respon panik seperti nafas pedek, rasa tercekik, pucat, lahan persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis (Tarwoto & Wartonah, 2003: 98-99). c. Pasien menghadapi pembedahan Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual. d. Pasien yang harus mengubah gaya hidup Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk, maka pasien akan lebih membutuhkan dukungan spiritual (Asmadi, 2008: 256). Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan sesudah hidup, adanya keputusan, menolak kegiatan ritual dan terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda-tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur dan tekanan darah meningkat (Hidayat, 2006: 27). D. Penutup Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. DAFTAR PUSTAKA Ali H.Z., 2002, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional, Widya Medika, Jakarta. Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta. Hamid A.Y., 2003, Buku Ajar Aspek Spiritualitas Dalam Keperawatan, Widya Medika, Jakarta. Hidayat, Komaruddin, 2006, Psikologi Kematian; Mengubah Kematian Menjadi Optimisme, Arcan, Yogyakarta. Potter dan Perry, 2005, Keperawatan Fundamental, Vol. 1, Edisi terjemahan, EGC, Jakarta. Tarwoto dan Wartonah, 2003, Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Read More ..PERAN PERAWAT
1. Defenisi peran perawat Menurut Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat, perawat adalah seseorang yang lulus pendidikan perawat, baik didalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan tugasnya. Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat juga dituntut melakukan peran dan fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh profesi dan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Sedangkan menurut Kusnanto (2004), peran perawat adalah memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan kesehatannya. 2. Klasifikasi peran perawat Menurut Doheny (1982) mengidentifikasikan beberapa elemen peran perawat profesional sebagai berikut : a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (Care giver) Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. b. Sebagai pembela untuk melindungi klien (Client advocate) Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dank lien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan. c. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat. d. Sebagai pendidik klien (Educator) Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya. e. Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain (Collaborator) Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien. f. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber potensi klien (Coordinator) Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan 2) Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas 3) Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan 4) Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan g. Sebagai pembaharu yang selalu dituntut untuk untuk mengadakan perubahan-perubahan (Change agent) Sebagai pembaharu, perawat menggadakan invasi dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan perawatan kepada klien. h. Sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah klien (Consultan) Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien (Ali Z.H, 2002:5-9). Menurut Lokakarya Nasional (1998), peran perawat adalah : 1) Pelaksana pelayanan keperawatan 2) Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan 3) Pendidik dalam keparawatan 4) Peneliti dan pengembang keperawatan Menurut para sosiolog peran perawat adalah : 1) Peran terapeutik yaitu kegiatan yang ditujukan langsung pada pencegahan dan pengobatan penyakit. 2) Expressive/mother substitute role yaitu kegiatan yang bersifat langsung dalam menciptakan lingkungan dimana klien merasa aman, diterima, dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat itu. Menurut Johnson dan Mortin (1989), peran ini bertujuan untuk menghilangkan kegagalan dalam kelompok pelayanan. Menurut Schulman (1986), peran perawat adalah hubungan perawat dan klien sama dengan hubungan ibu dan anak, antara lain : 1) Hubungan interpersonal disertai dengan kelembutan hati dan rasa kasih sayang. 2) Melindungi dari ancaman dan bahaya 3) Memberi rasa nyaman dan aman 4) Memberi dorongan untuk mandiri (Wijono D, 2002:36). Selama beberapa dekade terakhir, keperawatan telah mengalami perubahan-perubahan yang mengagumkan, terutama melalui munculnya gerakan reformasi profesional pada tahun 1970-an yang disebut “Keperawatan Baru” (Salvage, 1992). Unsur sentral dari ideologi keperawatan baru adalah hubungan antara perawat dengan pasien. Fokus perawatan beralih dari pendekatan yang berorientasi pada medis-penyakit ke model yang berfokus pada orang dan bersifat pribadi. Disini pasien dilihat sebagi partisipan yang aktif dan bukan penerima perawatan yang pasif. Dalam konteks yang sama, peran pengasuhan dari perawat tidak lagi berpusat pada fungsi-fungsi biologis pasien tetapi telah meluas ke aspek-aspek psiko-sosial individu. Gerakan ini tidak hanya ditujukan pada sifat interaksi antara pasien dengan perawat, tetapi juga pada status dan wewenang perawat. Stereotip perawat sebagai pembantu dokter telah mendapat tantangan. Tuntutan untuk kesetaraan dan otonomi dari perawat telah meningkat sejalan dengan ditetapkannya teori keperawatan dan model-model keperawatan. Perawat mulai melihat dirinya sebagai praktisi dengan hak tersendiri, mempunyai dan menerima tanggung jawab untuk membuat keputusan tentang praktik keperawatan. Hubungan perawat-pasien diidentifikasikan sebagai tanda dari keperawatan profesional (Ellis, Gates & Kenworthy, 2000: 78). Perawat adalah orang yang memberikan pelayanan/asuhan keperawatan berdasarkan data hasil pengkajian sampai pada evaluasi hasil baik medik maupun bio-psikososio-spiritual (Ali H.Z, 2002: 43). DAFTAR PUSTAKA Ali H.Z., 2002, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional, Widya Medika, Jakarta. Ellis, Gates, Kenworthy, 2000, Penjamin Kualitas Dan Konsep Keperawatan: Metode dan Studi Kasus, EGC, Jakarta. Potter dan Perry, 2005, Keperawatan Fundamental, Vol. 1, Edisi terjemahan, EGC, Jakarta. Wijono D., 2000, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Air Langga University-Press, Surabaya.
Read More ..GLUKOMA
A. DEFINISI Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000). Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996) B. ETIOLOGI Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh : - Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary - Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil C. KLASIFIKASI 1. Glaukoma primer - Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul. - Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit) Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat. 2. Glaukoma sekunder Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab. - Perubahan lensa - Kelainan uvea - Trauma - bedah 3. Glaukoma kongenital - Primer atau infantil - Menyertai kelainan kongenital lainnya 4. Glaukoma absolut Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit. Berdasarkan lamanya : 1. GLAUKOMA AKUT a. Definisi Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi. b. Etiologi Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih. c. Faktor Predisposisi Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler. d. Manifestasi klinik 1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala . 2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut. 3). Tajam penglihatan sangat menurun. 4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat. 5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar. 6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh. 7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea. 8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat. 9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan. 10). Tekanan bola mata sangat tinggi. 11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal. e. Pemeriksaan Penunjang Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang. f. Penatalaksanaan Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa. 2. GLAUKOMA KRONIK a. Definisi Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. b. Etiologi Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif. c. Manifestasi klinik Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen. d. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur. e. Penatalaksanaan Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit. DAFTAR PUSTAKA 1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982 2. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000. 3. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992 4. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998 5. Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002
Read More ..Cara baru untuk menekan HIV
Oleh: ScienceDaily, 11 Januari 2010 Dua studi baru menunjukkan bahwa kekang protein yang diproduksi dari “bacaan” genom HIV yang tidak biasa dapat menginduksi tanggapan respon imun. Studi ini diterbitkan dalam Journal of Experimental Medicine versi 11 Januari 2010. Susunan yang kecil dan padat dari RNA virus seperti HIV harus menggunakan genom yang terbatas ini dengan memadatkan gen yang dipakai untuk membaca beberapa kerangka dan orientasi. Ketika tim – yang dipimpin oleh Berger dan rekan di Institute of MGH, MIT dan Harvard; dan Bansal dan rekan di University of Alabama – memeriksa genom virus dalam kelompok orang dengan HIV, mereka menemukan akumulasi variasi genetik khusus yang dalam kerangka dan orientasi bacaan yang tidak biasa. Temuan ini menunjukkan bahwa mutasi pada kerangka bacaan yang mungkin disebabkan oleh tekanan dari induk sistem kekebalan. Gagasan ini didukung oleh temuan bahwa orang dengan HIV menunjukkan respon sel imun pembunuh spesifik untuk fragmen protein yang dihasilkan oleh pembacaan genom HIV yang tidak konvensional. Dalam beberapa kasus, mutasi dalam kerangka bacaan ini memungkinkan sel yang terinfeksi HIV untuk menghindar dari dibunuhnya sel kekebalan tubuh. Informasi yang diberikan oleh temuan-temuan ini mungkin terbukti bermanfaat untuk usaha perancangan vaksin HIV di masa yang akan datang. Ringkasan: : New Ways to Pressure HIV Sumber: Bansal, A., et al. 2010. J. Exp. Med. DOI: 10.1084/jem.20092060 Berger, C., et al. 2010. J. Exp. Med. DOI: 10.1084/jem.20091808 Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
Read More ..AsalUsulHIV/AIDS
Oleh Annabel Kanabus & Sarah Allen, AVERT, 10 Februari 1999 Perdebatan seputar asal usul AIDS telah sangat menarik perhatian dan sengketa sejak awal epidemi. Namun, bahaya mencoba mengenali dari mana AIDS berasal. Orang-orang dapat menggunakan nya sebagai bahan perdebatan untuk menyalahkan kelompok tertentu atau gaya hidup. Kasus AIDS pertama ditemukan di AS pada 1981, tetapi kasus tersebut hanya sedikit memberi informasi tentang sumber penyakit ini. Sekarang ada bukti jelas bahwa AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV. Jadi untuk menemukan sumber AIDS kita perlu mencari asal usul HIV. Asal usul HIV bukan hanya menyangkut masalah akademik, karena tidak hanya memahami dari mana asal virus tersebut tetapi juga bagaimana virus ini berkembang menjadi penting sekali untuk mengembangkan vaksin HIV dan pengobatan yang lebih efektif. Juga, pengetahuan tentang bagaimana epidemi AIDS timbul menjadi penting dalam menentukan bentuk epidemi di masa depan serta mengembangkan pendidikan dan program pencegahan yang efektif. Tipe virus apakah HIV itu? HIV adalah bagian dari keluarga atau kelompok virus yang disebut lentivirus. Lentivirus seperti HIV ditemukan dalam lingkup luas primata nonmanusia. Lenti virus yang lain,diketahui secara kolektif sebaga viru monyet yang dikenal dengan SIV(simian immuno deficiency virus)dimana tulisan dibawah garis menunjukkan asal spesiesnya. Jadi dari mana HIV berasal? Apakah HIV berasal dari SIV? Sekarang secara umum diterima bahwa HIV merupakan keturunan dari SIV. Jenis SIV tertentu mirip dengan HIV-1 dan HIV-2, dua tipe HIV. Sebagai contoh, HIV-2 dapat disamakan dengan SIV yang ditemukan pada monyet sooty mangabey (SIV), kadang-kadang dikenal sebagai monyet hijau yang berasal dari Afrika barat. sm Jenis HIV yang lebih mematikan, yaitu HIV-1, hingga akhir-akhir ini sangat sulit untuk digolongkan. Sampai 1999, yang paling mirip adalah SIV yang diketahui menginfeksi simpanse (SIV cpz), tetapi ada perbedaan yang berarti antara SIVcpz dan HIV. Jadi apa yang terjadi pada 1999? Apakah sekarang simpanse diketahui sebagai asal HIV? Pada Februari 1999 diumumkan bahwa kelompok peneliti dari University of Alabama, di AS, telah meneliti jaringan yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus (SIV) yang nyaris sama dengan HIV-1. Simpanse ini berasal dari sub-kelompok simpanse yang disebut Pan troglodyte troglodyte, yang dahulu umum di Afrika tengah-barat. cpz Peneliti menegaskan bahwa ini menunjukkan simpanse adalah sumber HIV-1, dan virus ini pada suatu ketika menyeberang dari spesies simpanse ke manusia. Namun, belum jelas apakah simpanse merupakan sumber asli HIV-1 karena simpanse jarang terinfeksi SIV . Oleh karena ada kemungkinan baik simpanse maupun manusia terinfeksi dari pihak ketiga, yaitu suatu spesies primata yang masih belum dikenali. Bagaimana pun keadaannya, sedikitnya perlu dua perpindahan terpisah ke manusia. Bagaiamana HIV dapat menyeberangi spesies? Telah lama diketahui bahwa virus tertentu dapat menyeberang dari hewan kepada manusia, dan proses ini dikenal dengan zoonosis. Peneliti dari University of Alabama mengesankan bahwa HIV dapat menyeberang dari simpanse karena manusia membunuh simpanse dan memakan dagingnya. Beberapa teori lain yang diperdebatkan berpendapat bahwa HIV berpindah secara iatrogenik (diakibatkan kealpaan pihak medis), misalnya melalui percobaan medis. Satu teori yang disebarluaskan secara baik adalah bahwa vaksin polio yang memainkan peranan dalam perpindahan ini, karena vaksin tersebut dibuat dengan menggunakan ginjal monyet. Tetapi yang penting pada berbagai macam teori ini adalah pertanyaan tentang kapan perpindahan itu terjadi. Apakah ada fakta kapan perpindahan itu terjadi? Selama beberapa tahun terakhir memungkinkan bukan hanya menentukan apakah HIV ada di dalam darah, tetapi juga menentukan subtipe virus. Penelitian terhadap subtipe virus, dari infeksi HIV pada kasus-kasus awal dapat memberi petunjuk mengenai kapan HIV pertama kali menyerang manusia dan perkembangan berikutnya. Tiga infeksi HIV yang paling awal adalah sebagai berikut: 1. Contoh plasma (cairan darah) yang diambil dari seorang pria dewasa yang hidup di Republik Demokratik Kongo tahun 1959. 2. HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pemuda Amerika-Afrika yang meninggal dunia di St. Louis, AS, tahun 1969. 3. HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pelaut Norwegia yang meninggal dunia sekitar tahun 1976. cpz Analisis yang dilakukan pada 1998 tentang contoh plasma dari 1959 mengesankan bahwa HIV-1 memasuki manusia sekitar 1940-an atau awal 1950-an, lebih awal daripada yang diperkirakan sebelumnya. Ilmuwan lain memperkirakan lebih lama lagi, mungkin sekitar 100 tahun yang lalu atau lebih. Apakah diketahui di mana HIV pada manusia muncul? Sekarang banyak orang menganggap karena HIV terlihat berkembang dari satu jenis SIV yang ditemukan pada tipe simpanse di Afrika Barat, ini berarti HIV pertama muncul pada manusia di sana. Kemudian dianggap bahwa HIV menyebar dari Afrika ke seluruh dunia. Bagaimana pun, seperti yang dibahas di atas, belum tentu simpanse adalah sumber asli HIV dan ada kemungkinan virus ini menyeberang ke manusia, lebih dari satu kesempatan. Jadi mungkin juga HIV timbul pada waktu yang bersamaan baik di Amerika Selatan dan Afrika, atau bahkan muncul di benua Amerika sebelum muncul di Afrika. Kita mungkin tidak akan pernah tahu secara pasti kapan dan di mana virus ini muncul pertama kali, tetapi yang jelas pada suatu waktu di pertengahan abad 20-an ini, infeksi HIV pada manusia berkembang menjadi epidemi penyakit di seluruh dunia yang saat ini lebih dikenal sebagai AIDS. Apa yang menyebabkan epidemi ini menyebar secara tiba-tiba? Ada beberapa faktor yang dapat mendukung penyebaran begitu mendadak termasuk perjalanan internasional, industri darah, dan penggunaan narkoba yang meluas. Perjalanan Internasional Peranan yang dimainkan oleh perjalanan internasional dalam penyebaran HIV disorot pada kasus yang sekarang dikenal sebagai ‘Patient Zero’ (pasien asli). Patient Zero adalah seorang pramugara pesawat terbang berkebangsaan Kanada dan bernama Gaetan Dugas yang sering mengadakan perjalanan ke seluruh dunia. Analisis terhadap beberapa kasus AIDS awal menunjukkan bahwa orang terinfeksi tersebut adalah orang yang berhubungan seksual baik langsung atau pun tidak langsung dengan pramugara ini. Kasus-kasus ini yang ditemukan di beberapa kota di AS ini menunjukkan peranan perjalanan internasional dalam penyebaran HIV. Ini juga mengesankan bahwa penyakit ini mungkin diakibatkan oleh satu zat penyebar. Industri Darah Sewaktu transfusi darah menjadi bagian yang rutin dari tindakan medis, industri darah untuk memenuhi permintaan darah juga meningkat. Di beberapa negara seperti AS, orang yang menyumbangkan darahnya dibayar, termasuk pengguna narkoba suntikan. Darah yang diperoleh kemudian dikirim ke seluruh dunia. Juga, pada akhir 1960-an penderita hemofilia mulai memanfaatkan pembeku darah yang disebut Factor VIII. Untuk memproduksi zat pembeku itu, darah dari ribuan donor dikumpulkan yang meningkatkan kemungkinan produk ini tercemar HIV. Karena Factor VIII disebarkan ke seluruh dunia, ada kemungkinan banyak penderita hemofilia terpajan infeksi baru. Penggunaan Narkoba Pada 1970-an ditemukan peningkatan ketersediaan heroin seiring dengan perang Vietnam dan konflik lain di Timur-Tengah, yang mendorong pertumbuhan penggunaan narkoba suntikan. Peningkatan penyediaan beserta pengembangan alat semprit plastik sekali pakai dan pembangunan shooting gallery (tempat menyuntik narkoba) di mana orang dapat membeli obat terlarang dan menyewakan perlengkapan menjadi cara lain penyebaran virus. Apa teori lain tentang asal usul HIV? Teori lain yang diajukan tentang asal usul HIV termasuk banyaknya teori konspirasi. Beberapa orang mengesankan HIV dibuat oleh CIA, meskipun yang lain menganggap bahwa HIV direkayasa secara genetik. Artikel asli: The Origins of AIDS & HIV
Read More ..AIDS dan bahaya penyakalannya
Oleh: Mark Wainberg dan John Moore, Globe dan Mail, Toronto, Kanada, 4 Juli 2007 Bayangkan skenario ini: Kantin di sekolah anak Anda sering dikunjungi oleh beberapa orang yang mengatakan bahwa merokok bukanlah masalah. Mereka membuat peringatan secara halus bahwa statistik yang menghubungkan rokok dengan kanker, stroke dan penyakit jantung adalah tidak benar karena banyak orang yang merokok secara rutin tidak pernah menderita penyakit ini. Mereka mengatakan bahwa kanker paru terjadi dua kali lebih sering pada perempuan dibandingkan dua generasi sebelumnya karena penyebab lain, misalnya pajanan terhadap asap bahan bakar pesawat jet, zat sangat beracun yang disebarkan oleh mantan agen KGB atau komplotan lain. Mereka mengatakan pada anak Anda bahwa hubungan antara merokok dengan kanker adalah kebohongan yang dibuat oleh pengacara yang mencari keuntungan dengan menuntut perusahaan rokok. Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan menghubungi dewan sekolah atau polisi dan meminta agar pengacau ini diusir dari sekolah? Atau Anda akan mempertahankan kebebasan berbicara sebagai hak penting yang perlu dipertahankan dalam segala keadaan, walaupun mungkin akan mendorong perilaku yang berbahaya dan bahkan kematian? Kita hidup dalam masa di mana informasi tersedia dan diedarkan pada masyarakat, termasuk anak-anak kita, dengan berbagai macam cara. Ketiadaan saringan yang efektif untuk melindungi yang rentan, informasi salah dapat mematikan. Sementara kita mengeluarkan milyaran dolar di seluruh dunia untuk pemberitaan layanan masyarakat yang mendidik anak-anak kita tentang bahaya penggunaan narkoba dan seks yang tidak aman, kita tidak berbuat banyak atau sama sekali tidak berbuat apa-apa untuk menentang suara-suara yang menentang bahwa HIV, virus yang sudah membunuh lebih dari 25 juta orang dalam satu generasi di seluruh dunia, tidak berbahaya sama sekali. Orang yang menentang bahwa HIV tidak menyebabkan AIDS telah membentuk klub, menerbitkan surat edaran dan dengan bebas menyebarkan informasi yang sangat berbahaya tentang masalah ini melalui internet dan cara lain yang sangat banyak tersedia. Upaya untuk menutup situs ini atau mencegah penyebaran tulisan penyangkalan ini selalu ditolak dengan alasan bahwa penyebar berita memiliki hak untuk menyampaikan pendapat mereka dan bahwa hak publik dilayani dengan lebih baik dengan mempertahankan kebebasan berpendapat. Sentimen serupa disampaikan dalam bentuk surat kepada kami – para peneliti di garis depan krisis AIDS sedunia – dari pembantu rektor dan wakil presiden sebuah universitas yang terkemuka di AS, setelah kami mengeluh bahwa salah satu anggota universitasnya telah menulis buku yang berdasarkan penyangkalan HIV-AIDS. Seharusnya universitas menunjukkan kewibawaannya terhadap masalah ini dan memecat anggota fakultas ini dari jabatannya, dan bukan berlindung di balik selubung kebebasan akademis. Kami berpendapa bahwa standar penegakan kesehatan masyarakat yang sama harus berlaku untuk HIV-AIDS sebagaimana yang berlaku untuk rokok dan organisme lain, seperti tuberkulosis (TB), yang menyebabkan epidemi penyakit menular. Kami sudah lama menerima bahwa masyarakat yang bebas berkewajiban untuk menerapkan batasan terhadap kebebasan berbicara demi kepentingan keamanan publik. Di antara ilmu hukum/juriprudensi lain, hakim agung Oliver Wendell Holmes yang terkenal dengan vonisnya dalam kasus Schenck v. United States (1919) menyatakan bahwa hak untuk kebebasan berbicara tidak mengizinkan seseorang berbohong dan sengaja berteriak “api” di dalam bioskop yang penuh orang karena cedera dan kematian yang dapat terjadi saat orang berebut menuju pintu keluar. Penyangkalan HIV adalah mematikan. Hal ini bertanggung jawab terhadap penularan pada sedikitnya ratusan ribu orang di dunia dibandingkan yang tidak tertular dan meninggal bila tidak ada penyangkalan. Thabo Mbeki Presiden Afrika Selatan dan menteri kesehatannya, penyakal HIV hingga tahun lalu, ada di antara mereka di Afrika yang tidak sekadar puas dengan pengabaian semata-mata serupa burung unta (yang menguburkan kepala dalam pasir), yang secara terang-terangan terus menyebarkan informasi yang salah tentang penyakit HIV, dan dapat dianggap menunjukkan kepemimpinan yang begitu berkurang sehingga menjadi kriminal. Pertengahan tahun lalu, waktu tekanan politik yang dilakukan oleh International AIDS Conference di Toronto, Kanada akhirnya menyebabkan mereka mengubah kedudukan mereka, presentasi ilmiah memperkirakan bahwa jumlah orang yang terinfeksi HIVdi Afrika Selatan kira-kira 25 persen lebih tinggi dibandingkan bila tidak ada kebijakan pemerintah yang semacam itu. Alasan penyakalan AIDS mungkin berbeda tergantung pada penyangkal masing-masing, tetapi jelas tidak semuanya didorong oleh kebijakan politik. Di Amerika, putri seorang perempuan yang terinfeksi HIV bernama Christine Maggiore meninggal karena AIDS dua tahun lalu karena dia tidak diobati dengan obat anti-HIV (ARV). Alasan ibunya adalah karena obat tidak mungkin bermanfaat, karena obat hanya melawan virus yang tidak ada hubungannya dengan AIDS. Di Kanada, kasus serupa menghasilkan dua anak terinfeksi HIV yang dipindah secara paksa ke orang tua asuh yang memastikan bahwa mereka menerima perawatan yang tepat. Anak tersebut selamat. Dalam kasus baru ini di Australia, seorang laki-laki dituduh menularkan HIV ke beberapa pasangan seksnya. Dia menyadari statusnya sebagai HIV-positif, tetapi menentang bahwa belum terbukti secara penuh bahwa HIV adalah penyebab AIDS. Pembelaan kasusnya sebagian berdasarkan informasi yang didapat dari situs internet dari anggota gerakan penyakalan HIV. Laki-laki ini dihukum, tetapi sedang mengajukan banding, dan banyak kasus serupa yang masih belum terselesaikan di Amerika Utara dan daerah lainnya. Pembuat keputusan/kebijakan kami perlu membuat undang-undang untuk meletakkan batasan yang tepat terhadap pendapat yang tidak bertanggung jawab semacam itu dan untuk menentang tindakan merusak yang terus dilakukan oleh para penyangkal. Bukti ilmiah bahwa HIV menyebabkan AIDS tidak kalah kuat dibandingkan dengan bukti bahwa merokok menyebabkan kanker, dan penyakit jantung. Pada saat pengembangan pengobatan HIV-AIDS dan harapan hidup mendorong kepuasan baru bagi anak-anak kita yang sangat mengkhawatirkan, pembuat kebijakan perlu tunduk pada fakta ilmiah dan menghentikan penyampaian kebohongan yang mematikan ini. Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Artikel asli: AIDS and the dangers of denial – 2 –
Read More ..PEMBENTUKAN FASILITATOR PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) DAN PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KESEHATAN DALAM PUSKESMAS MAMPU TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK (KTA) TK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
POINTER – POINTER SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PADA ACARA : PEMBENTUKAN FASILITATOR PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) DAN PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KESEHATAN DALAM PUSKESMAS MAMPU TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK (KTA) TK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Hotel Jelita - Banjarmasin, 8-11 Mei 2012 Assalamu’alikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Selamat Sore dan salam sejahtera bagi kita semua, 1. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat rahmat dan karunia-Nya, kita semua dapat berkumpul dalam keadaan sehat wal’afiat pada 2 (dua) Pertemuan yaitu PEMBENTUKAN FASILITATOR PKPR dan PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KESEHATAN DALAM PUSKESMAS MAMPU TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK (KTA) TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012. ANALISIS dan KEBIJAKAN PKPR : 2. Hak-hak remaja sudah dibahas di forum global, seperti disampaikan pada Konvensi Hak-hak Anak 1989 : Informasi dan keterampilan, Akses pada pelayanan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan keadilan ; lingkungan yang aman dan mendukung ; kesempatan untuk berpartisipasi dan membuat agar suara remaja di dengar. 3. Banyak resiko pada remaja yang terjadi disebabkan oleh informasi yang kurang akurat, kurang berimbang dan kurang memadai. Terbatasnya akses terhadap pelayanan. Perilaku beresiko menyebabkan penyakit akibat gaya hidup : merokok, alkohol dan NAPZA serta aktivitas seksual. Risiko tertinggi kesakitan dan kematian akibat kecelakaan dan kekerasan, kehamilan dini, IMS/PMS, HIV-AIDS. 4. Banyaknya beresiko resultan dari sikap dan perilaku khas, pengetahuan tentang kesehatan, spiritual dan lingkungan remaja. Perilaku remaja ini dipengaruhi oleh faktor resiko dan faktor pendorong. 5. Faktor risiko : ada contoh perilaku berisiko yang ditiru, Tekanan teman untuk melakukan hal negatif, Perasaan tertekan sehingga melakukan hal-hal yang negatif dan Kesempatan untuk terlibat dalam perilaku berisiko. Sedangkan Faktor Pelindung : Adanya dukungan untuk berprilaku positif dari lingkungan sosial/individu dan terlibat kegiatan positif/sosial. 6. Remaja di Indonesia memperoleh derajat kesehatan dan perkembangan dengan standar tertinggi, terpelihara kesehatannya sesuai dengan potensi seutuhya dan memastikan kebutuhan dan hak-haknya benar-benar dihargai dan dipenuhi (MDGs 4, 5 dan 6 dapat tercapai). 7. Program PKPR merupakan program pelayanan kesehatan peduli remaja, dimana a. Pelayanan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja b. Menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka. c. Menghargai remaja, menjaga kerahasian. d. Peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatan remaja e. Komprehensif, efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan remaja. 8. Tujuan PKPR adalah mengoptimalisasikan pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas. Secara khusus : Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja berkualitas, Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja, Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dan Meningkatkan peran serta remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelayanan. 9. Besaran masalah berdasarkan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2007) : • Merokok mulai sejak dini sebelum 13 tahun di antara yang pernah merokok : o 31,9 % perempuan usia 15 – 19 tahun o 24,2 % laki-laki usia 15 – 19 tahun • Perokok aktif à 47 % laki-laki usia 15 – 19 tahun • Minum dimulai sejak <14: o 12.5% perempuan o 11.9 % laki-laki • Peminum aktif: o 15,8 % laki-laki usia15 – 19 tahun • Pacaran mulai pada usia <15: o 28,1% perempuan usia 15 – 19 tahun o 23,6 % laki-laki usia 15 – 19 tahun • 1% laki-laki belum menikah, usia ≤ 15 tahun àmelakukan Hubungan Seks pertama • 6 dari 10 responden KTD melakukan aborsi • Laporan kasus AIDS (Ditjen PP & PL Depkes RI ) s.d 30 Juni 2009: – proporsi kumulatif kasus AIDS: • usia 15-19 tahun : 3,03 % • usia 20 – 29 tahun: 50,07 % – cara penularan kasus AIDS kumulatif melalui: • Heteroseksual: 48,8% • IDU : 41,5% • Homoseksual : 3,3%. • Hasil Riskesdas 2007 - Merokok : >14 tahun : 14%. Usia 15-19 th : 64% - Gangguan Mental emosional : 8,7% - Kurang aktifitas fisik : 66,9% - Status gizi : Kurus 14,8 %, Obesitas 10,3% - Anemia : 26,5% • Data SKRT 2007 - Minum alkohol :14-19 th : 53,6% • Kemenkes RI 2010 : - AIDS : 45,48% • BKKBN Pusat Tahun 2010 : Maraknya perilaku seks bebas dapat mengakibatkan : - Hamil di Luar Nikah = 17 %. - Aborsi per tahun = 2,4 juta jiwa. 10. Resiko permasalahan yang patut kita waspadai di Kalimantan Selatan adalah ”Kalsel peringkat 1 dalam hal kawin Muda”. Usia perkawinan 10-14 thn sebanyak 4,8%, 15-19 thn 41,9% dan 20-24 thn sebanyak 33,6%. Jumlah Kematian Bayi pada 2010 menjadi 611 dari 521 anak pada 2009. Kenaikan jlh kematian bayi salah satunya disebabkan “MENIKAH DIBAWAH UMUR”,. Tingginya angka kawin muda, tidak hanya meningkatkan kematian bayi, tetapi juga meningkatkan jumlah kematian ibu di 13 Kab/kota di Kalisel yang naik dari 94 kematian (2009) menjadi 111 kematian ibu (2010) dan 120 kematian ibu (2011) à paling banyak disebabkan oleh Perdarahan, Eklamsi, Infeksi, dan Lain-Lain (Terlalu Muda) (Dinas Kesehatan dan Riskesdas Kalsel). Bahkan dari 100 remaja wanita yang diteliti sebanyak 50 orang sudah tidak perawan (sumber : Riset BKKBN). 11. Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti : merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau tawuran (Iskandar, 1997). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berprilaku seksual yang berisiko tinggi, karena kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi. 12. Melihat permasalahan yang ada dan pencapaian program yang masih rendah diperlukan upaya kerja keras dari semua pihak untuk bekerjasama memberikan pengalaman dan memberikan perlindungan kesehatan remaja meliputi pendidikan kesehatan intra dan ekstra kurikuler, penciptaan lingkungan aman dan sehat, penyediaan layanan kesehatan dan penyertaan keluarga dan masyarakat dalam upaya promosi kesehatan. 13. Dengan adanya Program PKPR ini semakin jelas arah program Peningkatan Kualitas Hidup Anak terutama di tempat pelayanan dasar semakin jelas dan dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan standar yang ada, yang tentunya keberpihakan kepada masyarakat. KEBIJAKAN dan STRATEGI PENANGANAN KTA : 1. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak : Perlindungan Khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan,perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran. 2. Kekerasan terhadap anak (KTA) merupakan masalah global yang terkait hak asasi manusia. Terjadi di semua Provinsi dengan prevalensi 3,02% (Sumber KPP & PA). Hampir di setiap Provinsi angka KTA lebih tinggi di wilayah perdesaan daripada perkotaan. 3. Target SPM bidang Perlindungan Perempuan & Anak “Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana kasus KtP/A; Cakupan tenaga kesehatan terlatih tentang tatalaksana kasus korban KtP/A di Puskesmas”. 4. KTA merupakan semua bentuk perlakuan menyakitkan secara fisik maupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, eksploitasi komersial atau eksploitasi lain yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata atau potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung-jawab, kepercayaan atau kekuasaan. 5. Berdasarkan sumber KPP (2008) persentase Kasus KTA menurut jenis kekerasannya : a. Pencabulan 41% b. Pelecehan Seksual 5% c. Perkosaan 41% d. Penganiayaan 7% e. Pembunuhan 3%, dan f. Trafiking 3% 6. Di Kalimantan Selatan Jumlah KTA (korban Trafiking berdasarkan IOM 2005-2010) yang terlaporkan ada 6 kasus. Dan masih banyak lagi jenis KTA di Kalimantan Selatan yang nanti akan disampaikan oleh POLDA dan P2TP2A Kalimantan Selatan. 7. Dampak kekerasan terhadap kesehatan anak secara langsung menyebabkan kematian 5% dan 25% terjadi komplikasi serius (WHO), seperti : patah tulang, luka bakar dan cacat menetap. 8. Dampak Jangka Pendek : Lebam, lecet, luka bakar, patah tulang, kerusakan organ tubuh, robekan selaput dara, gangguan susunan syaraf. Dampak Jangka panjang : gangguan fungsi/anggota tubuh/cacat menetap, IMS, HIV/AIDS, kerusakan/gangguan organ reproduksi, gangguan mental emosional. 9. Strategi Penanganan KTA di Bidang Kesehatan : a. Meningkatkan kapasitas petugas kesehatan pemberi layanan di puskesmas dan RS dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif b. Meningkatkan manajemen program penanggulangan KTA di tingkat Dinas Kesehatan provinsi & kabupaten/kota c. Meningkatkan kerjasama LP, LS, LSM dan Organisasi profesi terkait d. Meningkatkan sistem informasi dan monitoring kesehatan dalam penanggulangan KTA e. Menggerakkan dan memberdayakan keluarga/masyarakat ikut berperan dalam upaya promotif dan preventif tentang KTA f. Meningkatkan pembiayaan yankes melalui Jamkesmas 10. SPM : Indikator % Puskesmas melaksanakan Penanganan Pelayanan KTA. Terget program setiap Kabupaten/Kota mempunyai minimal 2 Puskesmas mampu Tatalaksana KTA. 11. Kondisi saat ini dan Tantangan ke depan : a. Puskesmas Mampu Tatalaksana Kasus KTA penyebaran belum merata/tidak sesuai indikator b. SPM bidang Perlindungan Perempuan dan Anak tentang KtP/A, baru disosialisasikan tahun 2010 c. Kasus KtA berdampak serius pada masalah kesehatan anak akibat faktor lain di luar bidang kesehatan (Sosio-ekonomi,Pendidikan,Hukum,dll) d. Sistim PA belum berfungsi/jejering belum terbentuk e. Komitmen & koornisasi LS masih belum optimal Akhir kata, saya ucapkan selamat mengikuti pertemuan ini kepada seluruh peserta, semoga informasi yang disajikan dalam pertemuan ini bermanfaat baik dalam implementasi maupun penetapan kebijakan program peningkatan kualitas hidup di masa yang akan datang. Dengan mengucapkan ”Bismillahirrohmanirrohim” 2 (dua) Pertemuan yaitu PEMBENTUKAN FASILITATOR PKPR dan PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KESEHATAN DALAM PUSKESMAS MAMPU TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK (KTA) TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 saya nyatakan dibuka secara resmi. Wabillahittaufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera. Banjarmasin, 8 Mei 2012 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Drg. H. Rosihan Adhani, MS NIP. 19570708.198203.1.014
Read More ..