Surveilans berbasis masyarakat merupakan upaya kesehatan untuk melakakun penemuan kasus/masalah kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kemudian diupayakan pemecahan masalah oleh masyarakat didukung oleh petugas kesehatan. Kegiatan ini merupakan salah satu pola kemandirian yang ditanamkan kepada masyarakat.
Surveilans berbasis masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat berupa pengamatan atau pemantauan, melaporkan dan memberikan informasi pada petugas kesehatan/tertentu terhadap kondisi kesehatan masyarakat/penyakit serta faktor resiko penyakit yang ada di masyarakat dan lingkungan untuk kemandirian melalui upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan. Surveilans berbasis masyarakat ini dilaksanakan dalam rangka sistem kewaspadaan dini terhadap ancaman munculnya atau berkembangnya suatu penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat.
Prinsif dari kegiatan ini adalah pemberdayaan, yaitu masyarakat diberdayakan untuk melakukan pengamatan/pemantauan secara terus menerus terhadap masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Prinsif kedua adalah kemandirian. Pada prinsif ini masyarakat mengupayakan pencegahan dan penanggulangan secara mandiri sesuai kemampuan terhadap ancaman penyakit dalam masyarakat.
Penyakit atau masalah kesehatan yang sering terjadi dan perlu diwaspadai seperti diare, demam berdarah dengu, malaria, campak, infeksi saluran pernapasan atas, keracunan makanan, gizi buruk
, masalah kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan.
Untuk kelancarannya ada tahapan kegiatan yang dilaksanakan yaitu :
Persiapan meliputi musyawarah tingkat desa, membentuk kelompok kerja surveilans, membuat rencana kerja.
Pelaksanaan terdiri dari sosialisasi kepada masyarakat, pelatihan kelompok kerja surveilans, pelaksanaan kegiatan surveilans (pemantauan dan pengamatan penyakit/kondisi kesehatan lingkungan di masyarakat, melaporkan secara cepat ke kades/poskesdes lisan atau tertulis, bersama-sama melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan sederhana.
Monitoring dan evaluasi yang terdiri
memonitor pelaksanaan surveilans, mengevaluasi hasil kegiatan, menyampaikan hasil kegiatan surveilans pada musyawarah masyarakat desa.
Contoh jenis faktor resiko yang bisa diamati/dipantau dan dilaporkan masyarakat dan upaya pencegahan/penanggulangannya.
Faktor resiko :
Masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih, kekurangan jamban keluarga, lingkungan tidak bersih, ada tetangga yang menderita diare.
Penyakit yang mungkin muncul :
Diare
Upaya kemandirian dalam pencegahan dan penanggulangan :
Selalu menggunakan air bersih, air minum harus direbus, menjaga kebersihan lingkungan, cuci tangan sebelum makan, buang air besar di jamban, menjaga kebersihan perorangan.
Sumber :
Presentasi kabid P2PL Dinkes Kab.HSU
Sabtu, 28 Maret 2009
Surveilans Berbasis Masyarakat
Rabu, 18 Maret 2009
PENERAPAN KONSEP DINAMIKA KELOMPOK PADA KEPERAWATAN KOMUNITAS
Oleh : Mahyuliansyah
A. Pengertian dinamika
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
B. Pengertian kelompok
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat ”the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence”. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok:
Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut
Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya
Adanya saling menghargai pendapat anggota lain
Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok
Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Terdiri dari dua orang atau lebih
Berinteraksi satu sama lain
Saling membagi beberapa tujuan yang sama
Melihat dirinya sebagai suatu kelompok
Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
C. Pengertian dinamika kelompok
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain
Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”.
Pentingnya dinamika kelompok dikarenakan individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat, individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya. Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif
Fungsi Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok sudah menjadi kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:
Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)
Memudahkan segala pekerjaan.
(Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.
(pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)
Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat
(setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat)
E. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari – hari secara mandiri.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan menggunakan metodologi pemecahan masalah melalui pendekatan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawabnya.
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama dengan pasien baik individu, keluarga, kelompok/komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup dan tanggung jawabnya.
Bantuan keperawatan diberikan agar indvidu, keluarga, kelompok dan komunitas dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya sehingga mampu berfungsi secara optimal.
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional bersifat humanistik terintegrasi didalam pelayanan kesehatan, dapat bersifat dependen, independen dan interdependen serta dilaksanakan dengan berorientasi kepada kebutuhan objektif pasien.
Perawat sebagai tenaga profesional pemula mempunyai kemampuan baik intelektual, teknikal, interpersonal dan moral ,bertanggungjawab dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan dan aturan yang berlaku.
Masyarakat
Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuam social dengan batas yang dirumuskan dengan jelas. Merupakan kelompok individu yang saling berhubungan, tergantung dan berkerjasama untuk mencapai tujuan.
Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat dterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga suatu desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial, yang ditandai oleh derajat hubungan sosial tertentu.
Ciri-ciri community:
Adanya daerah/batas tertentu
Manusia yang bertempat tinggal
Kehidupan masyarakat
Hubungan sosial antara anggota kelompoknya
Komponen community:
Masyarakat sebagai kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama terjalin satu sama lain ketika orang-orang tersebut menjadi anggotanya
Kebudayaan sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani
Kekayaan alam sebagai sumber materi bagi kelangsungan hidup manusia
Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat komunitas, dengan mengikutertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Sesuai dengan paradigma baru keperawatan maka kegiatan yang dilaksanakan adalah upaya promotif, preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabittatif.
Penerapan Konsep dinamika kelompok pada keperawatan komunitas
Penerapan konsep dinamika kelompok pada keperawatan komunitas tidak lepas dari dua komponen kelompok yaitu kelompok perawat dan kelompok kumunitas (masyarakat). Dinamika kelompok yang terjadi tidak hanya di dalam kelompoknya saja tetapi sudah berintegrasi dengan kelompok lain.
Dinamika kelompok dalam kelompok perawat adalah terbentuknya suatu kesatuan tujuan dan tindakan yang berorientasi pada pemecahan masalah kesehatan yang dialami masyarakat, bekerja sama dengan mengabaikan konflik dan perbedaan sehingga tercapai suatu keputusan bersama..
Dinamika kelompok yang terjadi dalam masyarakat yaitu terbentuknya kemandirian yang didukung kebersamaan, rasa saling membutuhkan dan menganggap masalah kesehatan anggota masyarakat (keluarga lain) adalah merupakan masalah kesehatan bersama sehingga perlu diatasi bersama.
Keterlibatan kedua pihak membentuk kelompok tersendiri yang mempunyai tujuan bersama untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada dengan memanfaatkan sumberdaya yang dipunyai oleh masing-masing pihak. Perawat dengan keterapilan dan pengetahuannya, masyarakat dengan kemandiriannya. Kelompok baru ini terdiri dari perawat, keluarga, dan masyarakat yang saling berinteraksi, bekerja sama.
Sesuai dengan fungsi dan tujuan dari dinamika kelompok maka konsep yang dijalankan antara perawat dan masyarakat (komunitas) dalam kegiatan keperawatan komunitas yakni melakukan kerjasama dalam pekerjaan, mengatasi permasalahan bersama secara demokratis untuk mencapai tujuan bersama (Sehat).
Keputusan kegiatan keperawatan yang diambil tidak merugikan salah satu pihak dan merupakan hasil dari kesepekatan bersama. Kegiatan keperawatan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan prosedur/tata laksana didukung peran serta masyarakat.
Daftar Pustaka :
Depkes RI, 1985, Tata laksana Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta :Depkes RI
Hidayat, AAA. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: PT Bumi Aksara
UPAYA KESEHATAN JIWA BERBASIS MASYARAKAT
Oleh : Mahyuliansyah
Dengan meningkatnya masalah kesehatan jiwa, maka kebutuhan akan pelayanan kesehatan jiwa juga semakin meningkat. Jangkauan pelayanan kesehatan jiwa harus dapat mencapai masyarakat yang jauh dan bukan hanya yang bertempat tinggal di kota besar saja. Hal ini merupakan upaya pemerataan pelayanan kesehatan. Upaya ini tidak mungkin bisa dilaksanakan jikalau pelayanan kesehatan jiwa hanya diberikan oleh RSJ (Rumah Sakit Jiwa) saja yang jumlahnya terbatas dan umumnya berada di ibu kota provinsi (belum semua provinsi memiliki rumah sakit jiwa).
Pelayanan kesehatan jiwa yang memadai yang dapat menjangkau seluruh masyarakat belum dapat dilaksanakan disebabkan oleh:
Jumlah tenaga kesehatan jiwa masih sangat terbatas dan pada umumnya berada di kota besar.
Masalah kesehatan jiwa sering kali bermanifestasi dalam bentuk keluhan fisik, sehingga tidak terdeteksi dan tidak teratasi dengan baik.
Pengertian tentang kesehatan jiwa masih kurang dan stigma terhadap gangguan jiwa masih besar, sehingga mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan jiwa, tapi banyak yang pergi ke pengobat tradisional atau pemuka agama.
Penduduk pedesaan (rural) sulit menjangkau fasilitas kesehatan jiwa dan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Adanya otonomi daerah yang membuat daerah menjadi penentu kebutuhan masing-masing, menyebabkan masalah pelayanan kesehatan jiwa belum tentu dianggap sebagai kebutuhan prioritas.
Kesehatan Jiwa (UU No. 23 tahun 1992 Ps 24, 25, 26 dan 27): adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Orang yang sehat jiwa mempunyai ciri:
Menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya.
Mampu menghadapi stres kehidupan yang wajar.
Mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dapat berperan serta dalam lingkungan hidup.
Menerima baik dengan apa yang ada pada dirinya.
Merasa nyaman bersama dengan orang lain
Masalah kesehatan jiwa meliputi:
Masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas hidup, yaitu masalah kesehatan jiwa yang berkaitan dengan siklus kehidupan, mulai dari anak dalam kandungan sampai usia lanjut.
Masalah psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa (atau gangguan kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak pada lingkungan sosial, misalnya: tawuran, kenakalan remaja, penyalahgunaan NAPZA, masalah seksual, tindak kekerasan, stres pasca trauma; pengungsian/migrasi, usia lanjut yang terisolir, masalah kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktivitas; gelandangan psikotik, pemasungan, anak jalanan.
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Jenis-jenis gangguan jiwa antara lain: gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan NAPZA, alkohol dan rokok; depresi; ansietas; gangguan somatoform (psikosomatik); gangguan afektif; gangguan mental organik; skizofrenia; gangguan jiwa anak dan remaja serta retardasi mental.
Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat
Dilaksanakan oleh masyarakat sendiri, jadi merupakan pelayanan kesehatan non-formal oleh kader masyarakat.
Fasilitas pelayanan yang melaksanakan :
1. Posyandu,
2. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
3. PKK
4. LKMD/PKMD
5. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
6. Palang Merah Remaja.
7. Pramuka (Saka Bakti Husada)
8. Karang Taruna.
9. Pengobatan Tradisional.
Pelayanan yang dilaksanakan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Upaya promotif dan preventif bertujuan meningkatkan taraf kesehatan jiwa dan mencegah terjadinya gangguan jiwa, berupa kegiatan penyuluhan dan kegiatan pembinaan hidup sehat, agar dapat hidup produktif dan harmonis.
Upaya kuratif merupakan pelayanan yang bertujuan merawat dan mengobati agar penderita gangguan jiwa dapat disembuhkan atau dipulihkan kesehatannya.
Upaya rehabilitatif merupakan berbagai upaya yang medis, edukatif, vokasional, danm social yang bertujuan memulihkan kemampuan fungsional seseorang yang cacat (impairment, disability, dan handicap) seoptimal mungkin, sehingga dapat hidup produktif dan beriontegrasi kembali ke dalam masyarakat.
Upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat lebih banyak diarahkan pada upaya promotif dan preventif. Kegiatan ini biasanya berintegrasi dengan program-program lain yang ada di instansi kesehatan. Sedangkan upaya kuratif biasanya dianjurkan untuk dilaksanakan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Upaya rehabilitatif merupakan upaya yang dilaksanakan juga oleh masyarakat. Diharapkan dengan penerimaan yang baik dan lingkungan yang serasi membantu memulihkan kemampuan penderita gangguan jiwa.
Upaya Kesehatan Jiwa berbasis masyarakat bertujuan :
Masyarakat mengerti arti kesehatan jiwa .
Keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsure daripada kesehatan, yang merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang, dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang.orang lain.(Undang-undang No.3 thn 1966 tentang kesehatan jiwa)
Makna kesehatn jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dalam hubungannnya dengan manusia lain.
Masyarakat mengerti arti perkembangan jiwa yang optimal
Keseimbangan keadaan perilaku yang berfungsi secara optimal dalam :
Hubungan social yaitu semua hubungan dengan manusia, khususnya teman dan anggota keluarga. Juga dipertimbangkan mengenai luas dan kualitas dari hubungan social itu.
Fungsi pekerjaan atau sekolah, yaitu kekhususan dan kualitas atau kuantitas dari hasil yang dicapainya sebagai karyawan, siswa, mahasiswa atau pengatur rumah tangga. Penilaian tertinggi hanya diberikan apabila hasil produktivitasnya tinggi, yang dicapainya tanpa keluhan rasa tidak enak.
Penggunaan waktu senggang, yaitu aktivitas rekreasi dan pengembangan hobinya.
Jadi perkembangan jiwa yang optimal itu adalah bila seseorang dapat berfungsi secara optimal di dalam hubungan sosialnya, bidang pekerjaannya dan penggunaan waktu senggangnya.
Masyarakat mengenal ciri-ciri perkembangan jiwa yang optimal dan gejala perkembangan jiwa yang tidak optimal.
Ciri-ciri perkembangan jiwa yang optimal, dapat dilihat misalnya : seseorang yang berprestasi baik dalam pekerjaannya, hubungan yang baik dan harmonisdengan keluarga dan kawan dekatnya, serta dapat mengisi waktu luang dengan bersantai atau pengembangan hobinya. Contoh lain misalnya seorang anak SD kelas VI yang mendapat nilai baik disekolahnya, mempunyai banyak kawan dan menonjol dalam olah raga. Hal-hal tersebut dapat dicapainya dengan mudah dan cukup santai.
Perkembangan yang sangat buruk yaitu adanya hendaya atau ketidak sanggupan yang berat dalam hubungan social dan pekerjaan atau sekolahnya. Contohnya : Seorang ibu rumah tangga yang tidak sanggup mengatur rumah tangganya. Contoh lain : Seorang anak berusia 12 tahun yang tidak mempunyai kawan dan selalu gagal dalam pelajarannya di sekolah sehingga perlu dibantu. Perkembangan pasti menderita suatu gangguan jiwa.
Karena seperti kita ketahui bahwa diantara perkembangan jiwa yang optimal dan yang buruk masih terdapat derajat variasi dari yang optimal baik, sedang, sampai buruk.
Masyarakat mengenal gangguan jiwa secara umum.
Yang dimaksud dengan gangguan jiwa adalah kumpulan gejala atau pola perilaku seseorang yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya (ketidak sanggupan) di dalam satu atau lebih fungsi yang dari manusia.
Gangguan fungsi itu dapat dilihat dari segi perilaku, psikologik atau biologic, dan gangguan itu tidak hanya terletak dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat, tetapi dapat juga terletak dalam diri orang itu sendiri. Bila melihat konsep gangguan jiwa di atas, tentu sangat banyak variasinya, antar yang ringan sampai berat.
Sebagai contoh : Suatu gangguan jiwa berat dengan gejala-gejala umum, yang menunjukkan adanya hendaya berat di dalam menilai realitas. Orang itu akan salah menilai ketepatan fikirnya, penangkapan panca ideranya dan salah menyimpulkan realitas dunia luar, meskipun telah tersedia bukti-bukti yang menyangkal hal itu. Contoh : bicara kacau, perilaku aneh tanpa dapat dimengerti maksudnya, dan tidak memperdulikan lingkungan.
Masyarakat mengerti cara pencegahan dan peningkatan taraf kesehatan jiwa secara umum.
Pencegahan dan peningkatan taraf kesehatan jiwa adalah berdasarkan azas kesehatan jiwa sesuai dengan Undang-undang No.3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa. Contoh yang dapat dilakukan sehari-hari misalnya dalam keluarga, khususnya hubungan antara orang tua dan anak. Orang tua bukan hanya bertugas memberi makan anaknya, tetapi juga perlu memperhatikan untuk memberikan kasih saying, bimbingan, rasa kehangatan uang disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak. Di samping itu orang tua harus bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ucapannya, sehingga dapat menjadi contoh yang baik vbagi anak-anak mereka. Hubungan antara suami-isteri sebaiknya diwarnai oleh adanya kasih saying dan saling pengertian. Dalam memilih dan menentukan sekolah atau pekerjaan perlu disesuaikan dengan bakat dan kemampuan anak.
Masyarakat mengerti cara penanggulang gangguan jiwa secara umum dan sistim rujukannya.
Bila sudah jelas bahwa seseorang menderita gangguan jiwa maka dapatlah orang itu disarankan atau dibantu dengan membawanya ke fasilitas kesehatan yang terdekat atau melaporkannya kepada petugas kesehatan yang terdekat. Dapat juga untuk pertolongan pertama dilaporkan kepada Kepala Desa, Camat atau pemuka masyarakat untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang terdekat.
Fasilitas untuk penanggulangan ini dapat melalui Puskesmas yang kemudian bila perlu dirujuk ke bagian Psikiatri dari Rumah Sakit Umum atau selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa.
Mayarakat dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan peningkatan kesehatan jiwa secara umum
Referensi :
Depkes RI, 1995, Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Di Fasilitas Umum, Jakarta : Depkes RI
Depkes RI, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1986, Bahan Untuk Memperoleh Tanda Kecakapan Khusus Kesehatn JIwa, Jakarta : Depkes RI
Selasa, 10 Maret 2009
USILA DAN PERMASALAHANNYA
Oleh : Mahyuliansyah
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua.
Ageing process dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara individu, pada usia di atas 60 tahun tejadi proses penuaan secara ilmiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular atau akibat penuaan (degeneratif).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantinides, 1994 yang dikutip oleh Wahjudi Nugroho, 2000).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (deskripansi).
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Teori – teori proses menua
1. Teori biologi.
a. Teori genetic dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokima yang diprogram oleh molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dapat menimbulkan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
c. Auto immune theory
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tertentu sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tubuh tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel lelah terpakai.
e. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organic yang selanjutnya menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
f. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen yang selanjutnya menyebabkan kurang elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
g. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah sel setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social dan mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar stabil dari usia pertengahan hingga usia tua.
b. Kepribadian berlanjut
Merupakan gabungan teori di atas dimana perubahan yang terjadi pada seseroang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimilikinya.
c. Teori pembebasan
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Dengan bertambahnya usia, seorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda: kehilangan peran, hambatan kontak social, berkurangnya komitmen.
Permasalahan yang terjadi pada lanjut usia adalah :
Perilaku hidup yang tidak sehat pada Lansia / usila
Merokok
Minum minuman keras
Mengkonsumsi hanya makanan tertentu
Tidak mandi
Dan lain-lain
2. Penyakit yang sering terjadi pada lansia
a. DM / Kencing Manis
b. Rheumatik / Asam Urat
c. Hipertensi / Darah Tinggi
d. Osteoporosis / Keropos Tulang
e. Stroke
f. Penyakit jantung
g. TB Paru
h. Penyakit Liver
i. Asma
j. Penyakit kulit
k. Dan lain-lain
3. Kemunduran dan kelemahan yang diderita lansia.
Immobility
Instability (falls)
Intelectual impairment (dementia)
Isolation (depresion)
Incontinence
Immuno-defeciency
Ifection
Inanition (malnutrition)
Impaction (constipation)
Iatrogenesis
Insomnia
Impairment of (vision, hearing, taste, smell, communication, convalenscence, skin integrity.)
Kiat hidup sehat di usia lanjut
Selalu mendekatkan diri pada Tuhan
Hindari setress
Cukup istirahat dan rekreasi
Cukup olahraga
Makan cukup gizi dan berimbang
Hindari merokok dan alcohol
Daftar Pustaka :
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
PEMBENTUKAN DESA SIAGA
Oleh : Mahyuliansyah
Tingginya angka kesakitan di Indonesia terutama Angka Kematian Ibu, Angka Kematian bayi dan penyakit malaria, flu burung, Aids, diare, DHF, TBC dan lain – lain serta musibah bencana alam seperti kecelakaan, banjir, gunung meletus, tsunami, gempa bumi dan lain – lain merupakan masalah yang harus di atasi, terutama untuk mencapai Indonesia Sehat 2010.
Pencapaian Indonesia Sehat 2010 akan tergantung dengan terciptanya Propinsi Sehat, Kabupaten/ kota Sehat, Kecamatan Sehat dan Desa Sehat. Untuk mencapai desa sehat maka perlu upaya pengembangan melalui Desa Siaga.
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya, kemampuan dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah – masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Hal ini sesuai dengan Visi Departemen Kesehatan yaitu Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dengan misinya membuat masyarakat sehat.
Adapun sasaran Pembangunan Kesehatan saat ini adalah :
- Meningkatkan Umur Harapan Hidup (UHH) dari 66,2 menjadi 70,6 tahun.
- Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKM).
- Menurunkan Gizi kurang pada balita.
Pada akhirnya akan tercipta INDONESIA SEHAT 2010 melalui pembangunan di bidang kesehatan dimana kondisi bangsa Indonesia hidup dalam:
- Lingkungan yang sehat.
- Berperilaku Hidup bersih dan sehat.
- Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu , adil dan merata.
- Memiliki DERAJAT KESEHATAN YANG SETINGGI – TINGGINYA (Visi Pembangunan di bidang Kesehatan).
Konsep dasar Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki :
Kesiapan sumber daya
Kemampuan
Kemauan
Untuk mencegah dan mengatasi masalah – masalah kesehatan , bencana dan kegawat daruratan secara mandiri.
Sasaran Pengembangan Desa Siaga
· Individu dan keluarga
· Pihak – pihak yang berpengaruh ( Toma, Toga, kader dll)
· Pihak – pihak yang mendukung ( Kades, Camat,pejabat terkait, donator, swasta dll).
KEGIATAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA.
A. PERTEMUAN TINGKAT DESA / PTD
Merupakan pertemuan awal di desa yang dipimpin oleh kepala desa dengan difasilitasi oleh Puskesmas
Peserta terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, kader dan lain-lain
Agenda pembicaraan berisi tentangg pentingnya peran aktif masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi dengan memanfaatkan potensi yang ada di desa
B. PELATIHAN KADER DESA SIAGA
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam mensukseskan pelaksanaan desa Siaga menuju Indonesia Sehat 2010. Mengenal masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan KIA, Gizi, Kesling, P2M, Imunisasi, serta bagaimana cara pengisian kartu kesehatan yang akan digunakan dalam Survei Mawas Diri.
Tujuan Pelatihan :
Kader tahu dan terampil serta bersedia aktif dalam pelaksanaan kegiatan desa siaga. Dengan berperan sertanya kader dalam kegiatan ini diharapkan pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar dan berkelanjutan.
C. SURVEI MAWAS DIRI (SMD).
Adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan, dan pengkajian masalah kesehatan oleh sekelompok masyarakat dengan bantuan petugas kesehatan/bidan desa
TUJUAN SMD
Masyarakat mengenal, mengumpulkan data dan mengkaji masalah kesehatn yang ada di desanya dalam rangka menyiapkan desa siaga
Timbul kesadaran masrakat untuk tahu masalah kesehatannya dan potensi di desanya yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
PELAKSANA SMD
Oleh kader yang telah dilatih oleh petugas kesehatan
Dilakukan dengan menggunakan format/kartu
Masalah-masalah kesehatan sebanyak mungkin didapatkan dari masyarakat, serta potensi yang ada
Waktunya sesuai dengan kesepakatan desa
D. DISKUSI KELOMPOK TERARAH / DKT
Pengertian Diskusi kelompok terarah adalah Suatu proses komunikasi dua arah antara pemandu dengan peserta DKT yang terdiri dari kader, keluarga dan antara sesama peserta DKT
Tujuan dan Manfaat Diskusi Kelompok Terarah
Meningkatkan pengetahuan, sikap & ketrampilan kader keluarga agar berdaya mengenali & mengatasi masalah kesehatan di keluarganya.
Mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga yg ada dalam kartu kesehatan keluarga baik yg dpt dilakukan o/ keluarga, masy maupun bantuan petugas.
Mendorong keluarga a/ masy untuk berani berbicara.
Wahana u/ mengenali masalah dan pemecahannya
Upaya untuk pemberdayaan keluarga.
E. MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA ( MMD).
Adalah pertemuan perwakilan warga beserta tokoh masyarakat dan petugas kesehatan untuk membahas hasil dari Diskusi Kelompok Terarah dan merencenakan penanggulangan masalah kesehatan
TUJUAN MMD
Mengenal masalah kesehatan desa
Bersepakat untuk menanggulangi masalah tersebut
Pelaksananan desa siaga dan Poskesdes
Menyusun rencana kegiatan
PESERTA DAN TEMPAT
Dihadiri oleh : Toma, Pemuka, Petugas Kesehatan, BKKBN, pertanian, Kasi kantor camat, Toga dan lain-lain.
Tempat dibalai desa atau tempat lainnya.
RENCANA TINDAK LANJUT memuat : kegiatan yang akan dilaksanakan, tempat pelaksanaan, pelaksana, waktu pelaksanaan, sumber daya yang ada, target dan yang terlibat membantu.
Sebuah desa telah menjadi desa siaga jika telah memiliki
POS KESEHATAN DESA ( POSKESDES )
Adalah upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat ( UKBM ) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Kegiatan :
1. Surveilens : Pengamatan Penyakit menular, status gizinya, Kesehatan ibu hamil.
2. Pencegahan Penyakit Menular ( TBC, DBD, Malaria, Diare,Flu burung dll ) : Imunisasi.
3. Penanggulangan dan penanganan kegawat daruratanbencana ; Banjir , gempa dll.
4. Pelayanan Dasar.
Dengan adanya desa siaga diharapkan masyarakat dapat mandiri untuk hidup sehat sehingga tercapai Indonesia Sehat 2010.
Bahan Bacaan :
Anonim,……..,…….., Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat
Depkes RI, 2007, Jakarta, Pedoman Pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes
Depkes RI, 1990, Jakrta, Pendekatan Edukatif Suatu Alternatif pendekatan dalam membangun Masyarakat.
Rabu, 04 Maret 2009
KEDUDUKAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh : Mahyuliansyah
Upaya Pemerintah Republik Indonesia untuk meningkatkan pelayanan Masyarakat telah tercermin di dalam garis-garis Besar Haluan Negara bahkan pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan yang tercantum di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yakni tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk demi terwujudnya derajat kesehatan yang optimal secara mandiri berlandaskan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan upaya pemerataan pelayanan, peningkatan mutu pelayanan serta peningkatan peran serta masyarakat. Dalam hal ini dititik beratkan pada penurunan angka kesakitan, kematian bayi dan ibu maternal, juga terhadap sasaran lainnya. Disisi lain pembangunan kesehatan juga dilakukan dengan memberikan perioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, disamping upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
Pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas di arahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil, dengan lain perkataan kegiatan pokok puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilakukan dengan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa.
Adapun fungsi puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan menyeluruh di bidang kesehatan secara terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Dalam rangka Pembangunanan Kesehatan Masyarakat tidak lepas dengan permasalahan angka kesakitan. meningkatnya angka kesakitan pada masyarakat dimungkinkan oleh meningkatnya suatu penyakit di masyarakat, kurangnya kegiatan perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas , kesalahan data (kurang akuratnya data) adanya lingkungan yang tidak sehat dan bersih.
Bertolak dari pernyataan di atas, ternyata dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan untuk menurunkan angka kesakitan pada masyarakat Kegiatan Perawatan Komunitas dalam hal ini adalah Perawatan Kesehatan Masyarakat sangat mempengaruhi di dalam menentukan tingkat keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat.
Kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat ( Perkesmas ) diharapkan dapat memberikan bantuan, bimbingan, penyuluhan, pengawasan kepada individu, keluarga kelompok khusus serta masyarakat yang mempunyai permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh ketidaktahuan, ketidakmauan, serta ketidakmampuan mereka dalam rangka mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan ini dalam pelaksanaan tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait dengan program puskesmas lainnya.
Kegiatan Perkesmas adalah suatu bidang dalam keperawatan dan kesehatan masyarakat yang merupakan perpaduan keduanya dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam kesehatannya.
Dapat disimpulkan bahwa kedudukan perawatan komunitas dalam hal ini adalah Perawatan Kesehatan Masyarakat sangatlah penting karena kegiatan Perkesmas dapat memberikan andil menunjang kegiatan pokok Puskesmas lainnya dan dalam rangka memandirikan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 1992, Jakarta, Pedoman Kerja Perkesmas Jilid I
Departemen Kesehatan RI, 1993, Jakarta, Petunjuk Pengelolaan Perawatan Kesehatan Masyarakat.
Rencana Kerja Peningkatan Kemampuan Petugas Perkesmas (Perawat Komunitas)
Oleh : Mahyuliansyah
A. Identifikasi Masalah.
Menurunya derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas} diakibatkan oleh meningkatnya angka kesakitan pada keluarga sasaran khususnya keluarga rawan, keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor, antara lain :
1. Meningkatnya suatu penyakit di masyarakat.
2. Kurangnya kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat oleh petugas.
3. Kurang akuratnya data yang tersedia
4. Lingkungan yang tidak sehat dan bersih.
Selanjutnya dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan langsung dengan masalah utama tersebut di atas adalah kurangnya kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat oleh petugas yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Kurangnya kerjasama lintas program terkait.
2. Kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
3. Kurangnya kemampuan/keterampilan petugas (bidan dan pada perawat)
4. Kurangnya motivasi petugas.
B. Sasaran.
Dengan adanya identifikasi masalah diatas, maka penulis dapat mengemukakan sasaran yang ingin dicapai dalam rangka menuju pemecahan masalah . Adapun sasaran yang dimaksud adalah seperti di bawah ini.
Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan Perkesmas diakibatkan dari tercapainya penurunan angka kesakitan pada keluarga rawan yang rentan terhadap masalah kesehatan. Penurunan angka kesakitan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Tertanggulanginya suatu penyakit di masyarakat
2. Terwujudnya peningkayan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas (bidan dan perawat).
3. Tersedianya keakuratan data.
4. Terwujudnya lingkungan yang sehat dan bersih
Sedangkan yang menyebabkan terwujudnya peningkatan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas adalah :
1. Terwujudnya peningkatan kerjasama lintas program terkait.
Dengan sudah dilaksanakannya pelatihan petugas perawatan kesehatan masyarakat. Petugas dari perogram terkait sudah memahami dan mengerti tentang pelaksanaan dari Program Puskesmas. Bahwa program Puskesmas sangat mendukung untuk program puskesmas lainnya tertutama dalam pencapaian cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak dan program Pemberantasan Penyakit menular temasuk Imunisasi.Program KIA dan Imunsasi adalah program primadona. Untuk program KIA dalam hal pencapaian cakupan K.1 dan K.4, sedangkan untuk pelayanan program Imunisasi petugas Puskesmas melakukan pembinaan pada keluarga DO (Drop Out).Dari program Gizi petugas Puskesmas membantu dalam hal pembinaan kelarga yang mempunyai bayi, anak balita, yang berat badannya berada dibawah garis merah (Balita BGM) dan ibu hamil /ibu nifas yang kekuranan enegi sera membantu dalam hal pelaksanaan pemberian makanan tambahan (PMT). Untuk program pemberantasan Penyakit Menular (P2M) petugas Puskesmas membantu memberikan bimbingan serta tindak lanjut untuk kasus-kasus penyakit menular maupun tidak menular.
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana khususnya peralatan medis dan ruangan yang memadai dalam melaksanakan kegiatan akan menimbulkan suasana yang nyaman dan leluasa sehingga dapat membuat jiwa kita menjadi tenang. Adanya peralatan medis khusus untuk kegiatan program Puskesmas yang dipunyai oleh masing-masing petugas (bidan dan perawat) akam memudahkan kegiatan Puskesmas di masyarakat. Dan program perawatan kesehatan masyarakat bisa berjalan dengan lancar.
3. Terwujudnya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas (bidan dan perawat).
Seperti sudah diuraikan pada bab terdahulu bahwa kendala/hambatan yang ditemui dalam upaya peningkatan pelaksanaan kegiatan Perkesmas adalah faktor manusia sebagai pelaksana yang mempunyai kelemahan, yaitu kurangnya kemampuan/keterampilan petugas untuk melaksanakan tugas keperawatan.
Sebagai pendukung kelancaran dan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas bagi petugas bagi petugas khususnya perawat, bidan dan bidan-bidan didesa perlu adanya pelatihan, pembinaan yang terus menerus oleh atasan langsung atau dari pihak yang berkepentingan, melaksanakan petunjuk teknis pelajaran.
Dengan adanya usaha tersebut diatas diharapkan akan meningkatkan kemampuan/keterampilan bagi petugas Perkesmas, sehingga kegiatan perkesmas dapat dilaksanakan secara optimal dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan, baik disegi pelayanan terhadap masyarakat maupun disegi pelayanan terhadap masyarakat maupun disegi pencapaian cakupan/hasil kegiatan.
4. Terwujudnya motivasi kerja petugas.
Terwujudnya motivasi kerja dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas tidak lepas dari kemampuan/keterampilan petugas serta tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Hal ini secara tidak langsung membantu memotivasi petugas untuk melaksanakan tugas dengan baik. Motivasi kerja petugas dilihat dari keaktifan petugas dalam membina desa binaan.
C. Alternatif Pemecahan.
Selanjutnya guna mengidentifikasi pemecahan masalah dan penetuan sasaran yang ingin dicapai, maka perlu dibuat beberapa alternatif sebagai acuan untuk menuju rangkaian pemecahan masalah sehingga terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perkesmas khususnya perawat, bidan, dan bidan-bidan desa melalui kegiatan-kegiatan seperti :
1. Melaksanakan study banding ke Puskesmas teladan.
2. Melaksanakan pelatihan petugas perkesmas.
3. Melaksanakan pembinaan.
4. Melaksanakan pembuatan petunjuk teknis pelajaran.
Dari beberapa kegiatan tersebut diatas kegiatan yang bisa dilaksanakan dan berpengaruh langsung terhadap peningkatan kemampuan/keterampilan petugas Perkesmas yaitu kegiaatan pelatihan bagi perawat, bidan dan bidan-bidan desa selaku pelaksana kegiatan Perkesmas.
Dengan adanya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas Perkesmas oleh petugas yang selanjutnya akan memungkinkan tercapainya penurunan angka kesakitan pada keluarga rawan yang rentan terhadap maslah kesehatan dan pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Dengan adanya strategi pemecahan masalah dari sasaran yang diharapkan, dapatlah ditentukan sasaran umum dan sasaran khusus dari rencana kerja yang ingin dicapai. Adapun sasaran umum dan saran khusus yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Sasaran Umum :
Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perkesmas melalui pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas.
2. Sasaran Khusus :
Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat (bidan dan perawat) melalui pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas
D. Langkah-Langkah Kegiatan.
Kegiatan yang kiranya diselenggarakan guna mencapai sasaran adalah dengan melaksanakan pelatihan petugas perawatan Kesehatan Masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kemampuan/keterampilan bidan perawat.
Kegiatan tersebut diatas pelaksanaannya dapat dibagi menjadi beberapa tahapan kegiatan antara lain :
1. Persiapan yang terdiri dari pembentukan panitia, pencairan dana, pembuatan jadwal, penyiapan perlengkapan serta pemberitahuan peserta pelatihan.
2. Pelaksanaan terdiri dari pembukaan pelatihan, penyajian materi serta penutup.
3. Pengendalian meliputi pemantauan, penilaian serta pelaporan dari semua kegiatan yang dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1993, Jakarta, Petunjuk Pengelolaan Perawatan Kesehatan Masyarakat
Depkes RI, 1996, Jakarta, Pedoman Pemantauan Penilaian Program Perawatan Kesehatan Masyarakat.
KELUARGA SEHAT
Oleh : Mahyuliansyah
1. Apa yang dimaksud dengan keluarga ?
Keluarga merupakan lingkungan dan pembentukan perilaku yang pertama dan utama bagi setiap insan. Keluarga juga merupakan unit pengikat beberapa individu sekaligus merupakan unit inti yang membentuk masyarakat.
2. Apa yang dimaksud dengan sehat ?
Sehat atau kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Karana itu, kesehatan menjadi salah satu hak dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, agar orang dapat berkarya dan menikmati kehidupan yang bermartabat.
3. Apa yang dimaksud dengan keluarga sehat ?
Keluarga sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan keluarga yang terdiri dari individu-individu yang dikepalai oleh seorang kepala keluarga yang tinggal dalam satu lingkungan/satu rumah dapat hidup secara sosial dan ekonomis.
Dengan demikian, pendekatan kepada keluarga akan sekaligus menjangkau pula setiap individu yang membentuk kleuarga tersebut, dan dapat mengimbas ke masyarakat yang terbentuk dari kumpulan banyak keluarga.
Upaya kesehatan ditingkat keluarga karenanya berperan amat penting guna meningkatkan hidup sehat keluarga itu sendiri, individu maupun masyarakat. Peranan keluarga ini semakin penting, dengan meningkatnya masalah kesehatan akibat pengaruh lingkungan dan perilaku dalam kehidupan modern dewasa ini.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Status kesehatn seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, utamanya :
1. Lingkungan
2. Perilaku
3. Pelayanan Kesehatan
4. Keturunan.
Itulah sebabnya apabila baik faktor-faktor tersebut maka baik pula status kesehatannya, begitu juga sebaliknya.
Kreteria keluarga dikatakan sehat :
• Keluarga menggunakan air bersih dan sehat.
• Keluarga menggunakan Jamban Keluarga yang saniter.
• Keluarga yang mempunyai balita menimbangkan balitanya setiap bulan.
• Keluarga dan anggota keluarga tidak merokok.
• Keluarga mempunyai dan menggunakan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) atau Dana Sehat.
Daftar Pustaka
Depkes RI, 2006, Jakarta, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Rumah Tangga
Depkes RI, 1985, Jakarta, Tata Laksana Perawatan Kesehatan Masyarakat
Minggu, 01 Maret 2009
Pendekatan Edukatif Di Dalan Keperawatan Komunitas
Oleh : Mahyuliansyah
Pendekatan edukatif merupakan suatu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat yang melibatkan semua pihak yang berkompeten terhadap peningkatan pembangunan.
Pendekatan edukatif memperlakukan masyarakat sebagai obyek dan juga subyek pembangunan dengan kata lain kegiatan dikembangkan dengan, oleh dan untuk masyarakat.
Pertanyaannya. Bagaimana pendekatan edukatif di dalam keperawatan komunitas ?
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan hendaknya dilaksanakan oleh petugas yang bisa diterima oleh masyarakat setempat yang berpengetahuan, bersikaf dan mempunyai keterampilan yang sesuai, dalam hal ini sebagai perawat komunitas.
Pelayanan kesehatan seharusnya dikembangkan dari pola hidup masyarakat dan mampu memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan.
Masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat biasanya dikarenakan perilaku masyarakat itu sendiri. Karena masyarakat harus terlibat aktif untuk penemuan masalah yang dihadapi, penemuan potensi yang dimiliki, perencanaan, implementasi dan evaluasi dalam hal pemecahan masalah.
Perawat komunitas harus bisa memainkan peranan sebagai provider secara tepat dalam upaya pengembangan masyarakat, yaitu saling mendukung dengan masyarakat. Merupakan mitra yang baik bukan antara atasan dan bawahan.
Pendekatak edukatif di dalam keperawatan komunitas mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah atas dasar potensi yang ada atau sebatas kemampuannya.
Proses pencapaian tujuan di atas, yaitu mengutamakan proses edukatif, bukan instruktif maupun dengan imbalan yang materialistis.
Sesuai dengan paradigma baru keperawatan komunitas bahwa upaya pelayanan ditekankan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif, maka pendekatan edukatif di dalam keperawatan komunitas sangatlah sejalan. Masyarakat tahu masalah dan mau memecahkan masalah bertolak dari upaya promotif dari petugas dan mampu memecahkan masalah merupakan bentuk dari upaya preventif dan kuratif dari petugas dan masyarakat.
Salah satu kegiatan pendekatan edukatif yang melibatkan lintas sektor, lintas program (termasuk keperawatan komunitas) dan masyarakat adalah kegiatan pengembangan Desa Siaga (akan dibahas tersendiri).
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pendekatan edukatif di dalam keperawatan komunitas merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat komunitas dengan didukung/melibatkan partisifasi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan sesuai kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat (potensi).
Bahan bacan
Pendekatan Edukatif suatu alternatif pendekatan dalam membangun masyarakat, Depkes RI, Jakarta, 1990
Pengembangan Desa Siaga, Depkes RI, Jakarta, 2007