RIKA ENDAH NURHIDAYAH,SKP
Fakultas Kedokteran
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman,kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang penting dilaksanakan oleh setiap unit kerja sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna. Pengorganisasian merupakan pengelompokan yang terdiri dari beberapa aktifitas dengan sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan masing-masing kelompoknya untuk melakukan koordinasi yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan vertikal untuk mencapai tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka pelayanan keperawatan harus mengorganisasikan aktivitasnya melalui kelompok-kelompok sehingga tujuan pelayanan keperawatan akan tercapai. Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana semua tenaga termasuk perawat bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah kesehatan klien. Pengorganisasian pelayanan keperawatan secara optimal akan menentukan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan Yang menjadi bahasan dalam pelayaan keperawatan diruang rawat meliputi :
struktur organisai ruang rawat, pengelompokkan kegiatan (metode pengawasan), koordinasi kegiatan dan evaluasi kegiatan kelompok kerja ; yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang struktur organisasi dalam pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan.
PENGERTIAN PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan. (Siagian,1983 dalam Juniati) Sedangkan Szilagji (dalam Juniati) mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.
Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi :
1. Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara
efektif
2. Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi
3. Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola hubungan antar kegiatan yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar perawat.
Pengelolaan kegiatan asuhan keperawatan dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan klien misalnya unit rawat anak memerlukan kegiatan asuhan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya.
Pengorganisasian dapat diuraikan sebagai rangkaian aktifitas menyusun suatu kerangka kerja yang menjadi wadah bagi semua kegiatan usaha kerja sama dengan cara menbagikan, mengelompokkan pekerjaan yang harus dilakukan, menerpakan menjalin hubungan kerja antar bagian dan menjalin hubunagan antar staf dan atasan.
1. PEMBAGIAN KERJA
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang memilik tugas tertentu.
Untuk ini kepala bidang keperawatan perlu mengetahui tentang :
- pendidikan dan pengalaman setiap staf
- peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
- mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan
dalam organisasi
- mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
- mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada
tenaga non keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan pembagian kerja
1. jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan
kemampuannya
2. tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis
3. tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
4. variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya
5. mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
6. penggolongan tugas berdsasarkan kepentingan mendesak, kesulitan dan waktu
Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus melapor, minta
bantuan atau bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa dia menerima
tugas
2. PENDELEGASIAN TUGAS
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen. Selain itu dengan pendelegasian , seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi.
Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan dan latihan manajemen
yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap tantangan yang lebih besar
akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan kesempatan untuk memegang
tugas atau tantangan yang penting. Sebaliknya kurangnya pendelegasian akan
menghambat inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah
mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa
percaya diri, berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan.. Disamping itu
mamfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan sendiri adalah
mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan
dan evaluasi, meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan
pengaruh dan power baik intern maupun ekstern, dapat mencapai pelayanan dan
sasaran keperawatan melalui usaha orang lain.
Walaupun pendelegasian merupakan alat manajemen yang efektif, banyak
pimpinan yang gagal mengerjakan pendelegasian ini.
Beberapa alasan yang menghambat dalam melakukan pendelegasian :
- meyakini pendapat yang salah “Jika kamu ingin hal itu dilaksanakan dengan
tepat, kerjakanlah sendiri”.
- kurang percaya diri
- takut dianggap malas
- takut persaingan
- takut kehilangan kendali
- merasa tidak pasti tentang apa dan kapan melakukan pendelegasian, mempunyai
definisi kerja yang tidak jelas
- takut tidak disukai oleh staf, dianggap melemparkan tugas
- menolak untuk mengambil resiko tergantung pada orang lain
- kurang kontrol yang memberikan peringatan dini adanya masalah, sehubungan
dengan tugas yang didelegasikan
- kurang contoh dari pimpinan lain dalam hal mendelegasikan
- kurang keyakinan dan dan kepercayaan terhadap staf, merasa staf kurang
memiliki ketrampilan atau pengetahuan untuk melakukan tugas tersebut.
Dalam pendelegasian wewenang, masalah yang terpenting adalah apa tugas
dan seberapa besar wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada staf.
Hal ini tergantung pada :
a. Sifat kegiatan ; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan lebih
besar kepada staf.
b. Kemampuan staf ; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu
berat.
c. Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan Rohrs menyarankan agar pimpinan
jangan mendelegasikan tanggung jawab untuk perencanaan strategik atau
mengevaluasi dan mendisiplin bawahan baru. Mereka juga menyarankan agar
mendelegasikan tugas yang utuh dari pada mendelegasikan sebagian aspek dari
suatu kegiatan.
Beberapa petunjuk untuk melakukan pendelegasian yang efektif :
- jangan membaurkan dengan pelemparan tugas. Oleh karena itu jangan
mendelegasikan tugas yang anda sendiri tidak mau melakukannya.
- jangan takut salah
- jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki ketrampilan
atau pengetahuan untuk sukses
- kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka
dapat melakukan tugas yang didelegasikan
perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil
- antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan
masalahnya
- hindari kritik bila terjadi kesalahan
- berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab, wewenang, tanggung
gugat dan dukungan yang tersedia
- berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah terlaksana dengan
baik
Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian yang efektif :
1. tetapkan tugas yang akan didelegasikan
2. pilihlah orang yang akan diberi delegasi
3. berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
4. uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil
tersebut
5. jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
6. minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf
tersebut atas tugas yang didelegasikan.
7. tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan
8. berikan dukungan
9. evaluasi hasilnya
3. KOORDINASI
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar
tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan
anggota tim kesehatan lain maupun dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi:
- menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal / bagian dan
perasaan lebih penting dari yang lain
- menumbuhkan rasa saling membantu
- menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
Cara koordinasi:
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/rapat, pencatatan dan pelaporan,
pembakuan formulir yang berlaku.
4. MANAJEMEN WAKTU
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang keperawatan
mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu
pengelola dihabiskan untuk orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu
sehingga dapat digunakan lebih efektif.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :
1. analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk menentukan kategori
kegiatan yang ada
2. memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
3. menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannnya
serta tujuan yang akan dicapai
4. mendelegasikan
Hambatan yang sering terjadi pada pengaturan waktu
- terperangkap dalam pekerjaan
- menunda karena takut salah
- tamu yang tidak terjadwal
telpon
- rapat yang tidak produktif
- peraturan “open door”
- tidak dapat mengatakan “tidak” pada hal-hal yang tidak perlu
PENGORGANISASIAN KEGIATAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT
Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan
keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan
keperawatan di ruangan meliputi :
1. Struktur Organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan.
Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan tergantung pada besarnya
organisasi dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang rawat sebagi wadah dan pusat
kegiatan pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur organisasi tetapi ruang
rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi raumah sakit bila dilihat dari surat
keputusan menteri Kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. oleh karena itu direktur
rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang ngatur struktur organisasi
ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur organisasi
ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan
baik vertikal maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan
tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk organisasi dapat pula disesuaikan
dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem penugasan yang digunakan.
2. Pengelompokkan Kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan
spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan
pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas perawat ini
disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan
ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap kegiatan keperawatan diarahkan
kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas menejer keperawatan untuk selalu
mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui
interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat.
Dalam upaya mecapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam hal ini
kepala ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada
dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan
klien, sehingga kepala ruangan perlu mengkatagorikan klien yang ada diunit
kerjanya. Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan atas :
Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan
mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya anak, dewasa, usia
lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang dialami klien misalnya perawatan
bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi.
Dibeberapa rumah sakit ini pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi
kategori diatas.
Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode
penyusunan keperwatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk mencapai
tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien
yang menjadi tanggung jawabnya.
MACAM – MACAM METODE PENUGASAN KEPERAWATAN
Berbagai metode penugasan keperawatan yang dapat digunakan dengan
beberapa keuntungan dan kerugian.
Metode tersebut antara lain :
1. Metode Fugsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnya mengukur suhu
badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab
semua pertanyaan tentang klien.
Keuntungan
- Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
- Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian
- Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses keperawatan
sulit dilakukan.
- Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan melakukan tugas
non keperawatan.
- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusinya
terhadap pelayanan.
- Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.
2. Metode alokasi klien/keperawatan total
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa
klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas/jaga selama periode waktu
tertentu atau samapi klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan
klien.
Keuntungan
- Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
- Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komprehensif.
- Memotivasi perawat untuk selalu bersama kien selama bertugas, non
keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat
- Mendukung penerapan proses keperawatan
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
Kerugian
- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
- Peserta didik sakit untuk melatih keterampilan dalam perawatan besar, misalnya
: menyuntik, mengukur suhu
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas.
3. Metode tim keperawatan /keperawatan kelompok
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok klien dan
sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya (“registered nurse”).
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/ketua grup. Selain itu ketua grup bertanggung jawab dalam mengarahkan
anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan
keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
menjalani kesulitan
Selanjutnya ketua grup yang melaporkan pada kepala ruangan tentang
kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
Keuntungan
- Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
- Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
- Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat tim cara
ini efektif untuk belajar.
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan
aman dan efektif.
Kerugian
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi
antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akontabilitas dalam tim kabur.
4. Metode keperawatan primer/utama (Primary Nursing)
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh satu
orang “registered nurse” sebagai perawat primer yang bertanggung jawab dalam
asuhan keperawatan selama 24 jam terhadap klien yang menjadi tanggung
jawabnya mulai dari masuk sampai pulang dari rumah sakit. Apabila perawat
primer/utama libur atau cuti tanggung jawab dalam asuhan keperawatan klien
diserahkan pada teman kerjanya yang satu level atau satu tingkat pengalaman
dan keterampilannya (associate nurse).
Keuntungan
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
- Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
- Memungkinkan penerapan proses keperawatan
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan
Kerugian
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
5. Metode “modular”
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai
masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan.
Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan
memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8 – 12 orang
klien.
Keuntungan dan Kerugian
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawatan primer.
Semua metode di atas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi
ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas
pembicara yang sebelumnya. Selain itu kategori pendidikan tenaga yang ada perlu
diperhatikan sesuai dengan kondisi ketenagaan yang ada saat ini di Indonesia
khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo metode tim lebih memungkinkan
untuk digunakan, selain itu menurut organisasi rumah sakit Amerika bahwa dari hasil
penelitian dinyatakan 33% rumah sakit menggunakan metode Tim, 25% perawatan
total/alokasi klien, 15% perawatan primer dan 12% metode fungsional (Kron & Gray,
1987). Dengan demikian metode tim tepat digunakan.
KONSEP MODEL KEPERAWATAN TIM
Model keperawatan tim sebaiknya dilakukan sesuai dengan memperhatikan
konsep-konsep berikut :
1. Ketua Tim sebaiknya perawat yang berpindidikan/berpengalaman, terampil dan
memiliki kemampuan kepemimpinan. Jika hanya seorang “registered nurse” yang
bertugas dia harus menjadi ketua tim. Ketua Tim juga harus mampu menentukan
prioritas kebutuhan asuhan keperawatan klien, merencanakan, melakukan
supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan. Selain itu harus mampu
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan filosofi keperawatan. Uraian
tugas untuk ketua tim dan anggota tim harus jelas dan spesifik.
2. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk kelanjutan asuhan keperawatan.
Dengan demikian pencatatan rencana keperawatan untuk tiap klien harus selalu
tepat waktu dan asuhan keperawatan selalu dinilai kembali untuk validitasnya.
3. Ketua tim harus menggunakan semua teknik manajemen dan kepemimpinan
4. Pelaksanaan keperawatan tim sebaiknya fleksibel atau tidak kaku. Metode tim
dapat dilakukan pada shift pagi, sore atau malam di unit manapun. Sejumlah
tenaga dapat terlibat dalam tim, minimal dua sampai tiga tim. Jumlah atau
besarnya tim bergantung dari banyaknya staf. Dua orang perawat dapat
dikatakan tim, terutama untuk shift sore dan malam, dimana jumlah tenaga
terbatas
Tanggung jawab Ketua Tim
- Mengkaji setiap klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat.
Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan. Dapat
dilakukan serah terima tugas.
- Mengkoordinasikan rencana perawatan yang tepat waktu, membimbing anggota
tim untuk mencatat tindak kepemimpinan yang telah dilakukan
- Meyakinkan semua hasil evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan
keperawatan tercatat.
- Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung atau laporan
anggota tim
Tanggung jawab Anggota Tim
- Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk setiap klien di unit
tersebut. Misalnya pada saat jam makan siang staf dan rapat tim
- Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan secara
teliti termasuk program pengobatan
- Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang dilakukan serta respon
yang ditunjukkan klien
- Menerima bantuan dan bimbingan ketua tim
Tanggung jawab Kepala Ruang Pada Penugasan Tim
- Menetapkan standar kinerja staf
- Membantu staf menetapkan sasaran keperawatan pada unit yang dipimpinnya
- Memberikan kesempatan pada klien tim dan membantu untuk mengembangkan
ketrampilan manajemen dan kepemimpinan.
- Secara berkesinambungan mengorientasikan staf baru tantang prosedur tim
keperawatan
- Menjadi narasumber bagi ketua tim dan staf tempat diskusi
- Memotivasi staf untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
- Melakukan kemunikasi terbuka untuk setiap staf yang dipimpinnya
3. Koordinasi kegiatan
Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu menciptakan kerjasama
yang selaras satu sama lain dan saling menunjang, untuk menciptakan suasana
kerja yang menyenangkan. Selain itu harus memperlihatkan prinsip-prinsip
organisasi yang telah dijelaskan diatas misalnya kesatuan komando, setiap staf
memiliki satu atasan langsung
Rentang kendali 3 sampai 7 staf untuk satu atasan. Pada metode penugasan
tim dalam satu ruangan tidak lebih dari 3 sampai 7 dalam satu tim. Selain itu kepala
ruangan perlu mendelegasikan kegiatan asuhan keperawatan langsung kepada ketua
tim, kecuali tugas pokok, harus dilakukan kepala ruang. Selain itu, kepala ruangan
harus mendelegasikan kepada orang yang tepat, mendengarkan saran orang yang
didelegasikan dan penerima delegasi harus bertanggung gugat.
4. Evaluasi Kegiatan
Kegiatan yang telah dilakukan perlu dievaluasi untuk menilai apakah
pelaksanaaan kegiatan sesuai rencana. Oleh karena itu kepala ruangan berkewajiban
untuk memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan
Dengan demikian diperlukan uraian tugas yang jelas untuk masing-masing
staf dan prosedur tugas yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dengan
memperlihatkan keselamatan dan kenyamanan klien, keselamatan dan kenyamanan
staf dan fasilitas dengan berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu diperlukan juga
standar penampilan kerja yang diharapkan dari perawat yang melakukan tugas.
Semua ini perlu dievaluasi secara terus menerus guna dilakukan tindakan koreksi
apabila ditemukan penyimpangan dari standar
5. Kelompok Kerja
Kegiatan ruang rawat terlaksana dengan baik melalui kerjasama antar staf
satu dan yang lain ; antar kepala ruang dan staf dan staf sehingga perlu adanya
kerjasama dan kebersamaan dalam kelompok .
Konflik dan hubungan interpersonal yang kurang baik akan mengurangi
motivasi kerja, untuk itu diperlukan kebersamaan yang utuh dan solid sehingga
dapat meninggkatkan motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok
karena semua perawat yang bekerja dalam satu ruang pada dasarnya merupakan
satu kelompok kerja yang perlu bekerja sama satu sama lain, untuk meningkatkan
kualitas kerja dalam pencapaian tujuan asuhan keperawatan diruang rawat tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati. (2000). Pengantar
kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta
La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998). Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta
……
…Manajemen Bidang Keperawatan. (2000) Pusat Pengembangan keperawatan
Carolus. Jakarta
Sahar, Juniati, Kumpulan Makalah Manajemen. (1995). PSIK FK UI. Jakarta
Sabtu, 10 April 2010
PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar