Senin, 23 April 2012

ABLASIO RETINA

PENGERTIAN Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002). PENYEBAB a. Malformasi kongenital b. Kelainan metabolisme c. Penyakit vaskuler d. Inflamasi intraokuler e. Neoplasma f. Trauma g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina (C. Smelzer, Suzanne, 2002). MANIFESTASI KLINIS • Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya • Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba • Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen • Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan makula PENATALAKSANAAN  Tirah baring dan aktivitas dibatasi  Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera  Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina  Pasien tidak boleh terbaring terlentang  Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi  Cara Pengobatannya: • Prosedur laser Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina. Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen. • Pembedahan Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan. Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina. • Krioterapi transkleral Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan. (C. Smelzer, Suzanne, 2002). KOMPLIKASI a. Komplikasi awal setelah pembedahan  Peningkatan TIO  Glaukoma  Infeksi  Ablasio koroid  Kegagalan pelekatan retina  Ablasio retina berulang b. Komplikasi lanjut  Infeksi  Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata  Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)  Diplopia  Kesalahan refraksi  astigmatisme DAFTAR PUSTAKA C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. EGC. jakarta

Read More ..

UVEITIS

1. PENGERTIAN Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea, karena traktus uvea mengandung banyak pembuluh darah yang membeikan nutrisi pada mata dan karena membatasi bagian mata yang lain, maka inflamasi lapisan ini dapat mengancam penglihatan. 2. ETIOLOGI Alergen, bakteri, jamur, virus, bahan kimia, trauma 3. KLASIFIKASI UVEITIS a. UVEITIS ANTERIOR Infeksi ini terjadi pada iris atau badan silier, dapat pula terjadi besama yang disebut iridosiklitis.penyakit ini memberikan gejala yang sangat khas yaitu berlangsung selama 2 – 4 minggu, kadang menunjukan gejala kekambuhan atau menjadi menahun yang akibatnya bisa mengalami kebutaan. b. UVEITIS POSTERIOR Infeksi terjadi pada khoroid atau retina 4. TANDA DAN GEJALA Pasien akan mengalami nyeri, fotofobia, pandangan kabur, dan mata merah Penatalaksanaan Penatalaksanaan untuk uveitis, terapi perlu segera dilakukan untuk mencegah kebutaan, diberikan steroid tetes mata pada siang hari dan salep pada malam hari Sumber : 1. Brunner and suddarth. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa : dr. H.Y. Kuncara dkk.Jakarta : EGC 2. Sidharta Ilyas. ( 2001 ).Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit FKUI 3. Ignativ icus, Donna D. ( 1991 ). Medical Surgical Nursing. First edition. Philadelphia 4. Vera, H.D dan Margaret R.T.( 2000 ). Perawatan Mata. Yogyakarta : penerbit ANDI Yogyakarta

Read More ..

KONJUGTIVITIS

1. PENGERTIAN Konjugtivitis adalaah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Konjungtiva dan kornea merupakan bagian mata yang mudah berhubungan dengan dunia luar 2. ETIOLOGI Peradangan konjugtiva diakibatkan oleh bakteri dan virus dan dapat pula disebabkan oleh asap, angin dan alergi Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan  penyebabnya. a. Konjungtivitis akut Merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Disebabkan oleh gonococcus virus, clamidia, alergi,toksik atau moluskum kontagiosum. Manifestasi yang muncul adalah hiperemi pada kongjungtiva, lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata dipagi hari, pseudoptosis akibat kelopak mata membengkak, mata seperti ada benda asing. • Konjungtivitis bakterial akut Konjungtivitis bakterial akut merupakan bentuk konjungtivitis murni dan biasanya disebabkan oleh staphilococcus, streptococuss pnemonie, gonococcus, haemofiluss influenza, dan pseudomonas • Konjungtivitis blenore Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir. Penyebabnya adalah gonococ, clamidia dan stapilococcus • Konjungtivitis gonore Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan penderita uretritis atau gonore Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental, pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda – tanda infeksi  umum. • Konjungtiva difteri Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan gambaran khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva • Konjungtivitis angular Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah peradangan, kongjungtivitis ini disebabkan oleh basil moraxella axenfeld. • Konjungtivitis mukopurulen Kongjungtivitis ini disebabkan oleh staphylococcus, pneumococus, haemophylus aegepty. Gejala yang muncul adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata lengket, pasien merasa seperti kelilipan, adanya gambaran pelangi ( halo). • Blefarokonjungtivitis Radang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh staphilococcus dengan keluhan utama gatal pada mata disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak b. Konjungtivitis viral akut Biasanya disebabkan oleh adenovirus atau suatu infeksi herpes simpleks. Infeksi ini biasanya terjadi bersama – sama dengan infeksi saluran pernafasan atas. Infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya setelah 3 minggu. • Keratokonjungtivitis epidemik Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. konjuntivitis ini bisa timbul sebagai suatu epidemi. Penularan bisa melalui kolam renang selain dari pada wabah. Gejala klinis berupa demam dengan mata seperti kelilipan, mata berair berat • Demam faringokonjungtiva Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus tipe 2,4 dan 7 terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui sekret atau kolam renang.  • Konjungtivitis herpetik Konjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang disertai ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes simpleks. • Kongjungtivitis new castle Konjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak unggas, yang disebabkan oileh virus new castle. Gejala awal tibul perasaan adanya benda asing, silau dan berai pada mata, kelopak mata membengkak c. Konjungtivitis jamur Infeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala. Jamur yang dapat memberikan infeksi pada konjungtivitis jamur adalah candida albicans dan actinomyces. d. Konjungtivitis alergik Konjungtivitis alergik merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap obat atau bahan toksik e. Konjungtivitis kronis • Trakoma Trakoma merupakan konjungtivitis folikular kronis yang disebabkan oleh chlamidia trachomatis, pasien akan mengalami gejala gatal pada mata, berair dan fotofobia 3. TANDA DAN GEJALA Secara umum pasien yang mengalami tanda dan gejala sebagai berikut ;  Mata merah, bengkak, sakit, panas, gatal dan seperti kelilipan  Bila infeksi bakteri maka akan terdapat rasa lengket, serta mukopurulen  Bila infeksi karena virus maka akan bersifat sangat mudah menular apalagi pada mata sebelahnya.. PENATALAKSANAAN Pasien dengan konjungtivitis biasanya hilang sendiri tapi tergantung dengan jenis penyebabnya. Penatalaksanaan pasien dengan kongjungtivitis bakteri sebelum terdapat pemerikaan mikrobiologi, klien dapat diberikan antibiotik unggal spektrum luas sepertigentamisin, kloramfenikol, polimiksin. Untuk konjungtivitis gonore, pasien dirawat dengan diberi penisillin salep dn suntikan untuk bayi dosisnya 50.000 unit/kg BB selama 7 hari. Sekret dibersihkan engan kapas yang dibasahi air rebus bersih atau garam fisiologis setiap 15 menit dan diberi salep penisillin. Selain itu pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau orang lain, menanjurkan untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian mata yang sehat, menganjurkan untuk mencuci tangan setipa memegng mata yang sakit, menggunakan handuk, lap dan sapu tangan yang terpiah. Untuk konjungtivitis viral, penatalaksanaan bersifat simptomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, untuk konjungtivitis herpetik diberikan antivirus asiklovir 400mg/hari selama 5 hari.sedangkan untuk konjungtivitis alergi biasanya akan sembuh sendiri, pengobatan ditujukan untuk menghindarkan penyebab dan menghilangkan gejala, sedangkan konjungtivitis sika diberikan air mata buatan. Sumber : 1. Brunner and suddarth. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa : dr. H.Y. Kuncara dkk.Jakarta : EGC 2. Sidharta Ilyas. ( 2001 ).Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit FKUI 3. Ignativicus, Donna D. ( 1991 ). Medical Surgical Nursing. First edition. Philadelphia 4. Vera, H.D dan Margaret R.T.( 2000 ). Perawatan Mata. Yogyakarta : penerbit ANDI Yogyakarta

Read More ..

KERATITIS

1. PENGERTIAN Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. . 2. KLASIFIKASI KERATITIS BERDASARKAN ETIOLOGI a. KERATITIS MIKROBIAL Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau parasit, abrasi sedikitpun  bisa menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi kornea terjdi akibat trauma atau gangguan mekanisme pertahanan sistemis ataupun lokal.  keratitis bakterial keratitis akibat dari infeksi stafilokokkus, berbentuk seperti keratitis pungtata, terutama dibagian bawah kornea  keratitis viral • keratitis dendritik herpetik keratitis dendritik yang disebabkan virus herpes simpleks akan memberi gambaran spesifik berupa infiltrat pada kornea dengan bentuk seperti ranting pohon yang bercabang – cabang dengan memberikan uji fluoresin positif nyata pada tempat percabanagn. • Keratitits herpes zooster Merupakan manifestasi klinis dari infeksi virus herpes zooster pada cabang saraf trigeminus, termasuk puncak hidung dan demikian pula kornea atau konjungtiva. • Keratitis pungtata epitelial Keratitits dengan infiltrat halus pada kornea, selain disebabkan oleh virus keratitits pungtata juga disebabakan oleh obat seperti neomicin dan gentamisin. • Keratitits disiformis  merupakan keratitits dengan bentuk seperti cakram didalam stroma permukaan kornea, keratitis ini disebabkan oleh infeksi atau sesudah infeksi virus herpes simpleks b. KERATITIS PEMAJANAN Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat diebabakan oleh karena keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang dianastesi.  Keratitis lagoftalmos Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma dimana mata tidak terdapat reflek mengedip.  Keratitis neuroparalitik Terjadi akibat gangguan pada saraf trigeminus yang mengakibatkan gangguan sensibilitas dan metabolisme kornea  Keratokonjungtivitis sika Terjadi akibat kekeringan pada bagian permukaan kornea. 3. TANDA DAN GEJALA. Manifestasi yang menyertai pada penderita keratitis adalah :  Inflamasi bola mata yang jelas  Terasa ada benda asing di mata  Cairan mukopurulen dengan kelopak mata salingmelekat satu sama lain  Rasa silau dimata  PENATALAKSANAAN Pada pasien dengan infeksi kornea berat dirawat untuk pemberian tetes antimikroba seperti gentamisin 5mg/ml, tobramisin15mg/ml, atau sefuroksim 50 mg/ml setiap 30 menit sekali dan pemeriksaan berkala,untuk keratitis yang disebabakan oleh virus herpes simpleks pasien perlu diberikan virustatika seperti IDU trifluorotimidin dan acyclovir sedangkan untuk keratitis akibat herpes zooster pasien diberikan obat simptomatis saja seperti analgetika, vitamin dan antibiotika topikal. Selain itu tameng mata ( patch ) dan lensa kontak perlu dilepas dahulu sampi infeksi terkontrol, karena akan memperkuat pertumbuhan mikroba Sumber : 1. Brunner and suddarth. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa : dr. H.Y. Kuncara dkk.Jakarta : EGC 2. Sidharta Ilyas. ( 2001 ).Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit FKUI 3. Ignativicus, Donna D. ( 1991 ). Medical Surgical Nursing. First edition. Philadelphia 4. Vera, H.D dan Margaret R.T.( 2000 ). Perawatan Mata. Yogyakarta : penerbit ANDI Yogyakarta

Read More ..

TUMBANG PADA REMAJA

1. TUMBUH KEMBANG REMAJA Tumbuh adalah bertambahnya ukuran anak dari segi jasmaniah Kembang adalah berkembangnya kemampuan/keahlian anak Remaja adalah seorang manusia yang sedang mengalami masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa( usia 12-18 tahun) Perubahan fisik pada remaja: Remaja Pria  Bahu melebar  Percepatan pertumbuhan BB dan TB  Otot-otot lebih menonjol  Seks sekunder : kumis, jakun, suara lebih besar, tumbuh rambut pubis, pullutio (mimpi basah) 2. PERKEMBANGAN MENTAL EMOSIONAL A. Perkembangan Psikologis  Mencari identitas, mencari diri sendiri dan ingin tahu tentang dirinya, soal apa dan siapa  Dengan cara pengukuran kemampuan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromi  Dengan cara perilaku yang cenderung melepaskan diri sedikit demi sedikit dari ikatan psikis ortu (lebih suka pergi dengan teman-temannya)  Ingin disapih, tapi masih ingin kasih sayang, mendambakan pribadinya dihargai B. Emosi Usia remaja emosi meningkat, sehingga rangsangan/stimulus sedikit sudah menimbulkan luapan emosi besar (marah,menangis ) C. Kecerdasan Perkembangan intelektual masih berlangsung sampai usia 21 tahun dimana remaja lebih suka belajar sesuatu yang mengandung logika yang dapat dihubungkan dengan yang lain D. Percintaan Akibat sudah masaknya kelenjar kelamin remaja, maka timbul perhatian pada lawan jenis (ini tanda yang khas pada usia remaja ) Proses percintaan dimulai dari:  CRUSH : Saling membenci antara laki-laki dan perempuan. Penyaluran cinta pada masa ini adalah memuja orang yang lebih tua sejenis (mis. Tokoh tertentu)  HERO WORHIPING :Memuja orang yang lebih tua , berlawanan jenis, biasanya tdk dikenal.  BOY BRITY & GRESY : Masa kasih sayang remaja ditujukan pada teman-teman sebaya, kadang saling perhatian antara laki-laki dan perempuan  PUPPY LOVE/ CINTA MONYET :Cinta remaja sudah mulai tertuju pada satu orang, tapi belum stabil sehingga masih ganti-ganti pasangan.  ROMANTIK LOVE : Cinta remaja menemukan sasaranya dan percintaanya sudah stabil, tidak jarang berakhir dengan perkawinan. E. Problematika Remaja  Memilih pekerjaan dan kesempatan belajar  Kesehatan : pertumbuhan badan perlu makan yang sesuai baik kualitas dan kuantitas, perlu perawatan tubuh yang menarik, larangan merokok dari ortu,timbulnya penyakit dismenorhe, sakit kepala, perubahan pada alat kelamin.  Sekolah : perhatian guru hanya pada anak yang pandai dan banyak waktu yg harus digunakan untuk belajar.  Seks : Remaja putri secara fisik sudah siap untuk berhubungan seks tapi norma tidak mengijinkan sebelum menikah, sedangkan secara sosial belum boleh. Remaja hanya punya pengetahuan hubungan seks remaja pranikah dari teman, buku yang sebenarnya belum lengkap. Mereka belum tahu/ingin tahu tentang bahaya dan akibat hubungan seks, masturbasi/onani, dan menstruasi.  Keluarga : sering terjadi pertengkaran antara remaja dan orang tua. Menurutnya orang tua hanya mendikte, menyuruh, melarang, orang tua acuh dengan kegiatan remaja (terutama pada teman-temannya)  Emosi : emosi masih labil  Agama dan akhlak : ragu terhadap agama, karena berfikir secara logika dan menganggap agama menghambat kehidupannya.  Kehidupan sosial : adat istiadat, remaja suka hal-hal yang baru, yang sering. SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI MASA REMAJA : 1. Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri 2. Menerima diri sendirimeningkatkan keimanan 3. Bersikap terbuka 4. Mempunyai kegiatan yang positif Beberapa tips yang dapat diterapkan untuk mengatasi problem remaja a) Hargailah Dia, remaja butuh penghargaan  Dirinya mau dipandang  Tidak suka dibantah  Jangan buru-buru disalahkan  Diskusi untuk kata sepakat, kesadaran remaja sendiri b) Jangan memojokkan, remaja yang terpokok biasanya bertambah nekat maka berilah selalu beberapa kemungkinan yang dapat dipilih oleh remaja c) Hormati rahasianya, bila remaja mempunyai buku harian yang selalu terkunci, jangan diganggu kecuali dalam keadan darurat. d) Jangan mencela teman-temannya, teman tolak ukur bagi remaja, mencela teman sama dengan mencela diri remaja tersebut. e) Jangan membandingkan dengan saudara/orangtua, karena dapat menimbulkan rasa iri bila dibandingkan dengan orang lain, antipati bila dibandingkan dengan orang tua. f) Jangan melarang remja melakukan sesuatu yang dilakukan orang tua, karena orang tua merupakan contoh pertama yang baik. g) Sertakan mereka dalam pemecahan masalah, sehingga timbul tanggung jawab. h) Anggap saja pacaran sebagai hal biasa, misal : anak SMP sudah mulai pacaran :  Tanggapi secara biasa  Sikap orang tua yang wajar saja, maka remaja tidak takut untuk berkomunikasi dengan orang tua tentang temannya/pacarnya  Orang tua biasa memonitor perkembangan pacaran anaknya  Remaja jangan selalu dikekang dalam pacaran bisa lepas kendalai dari orang tua i) Bersabar : jangan terburu marah bila remaja tidak cepat berubah/bereaksi kelakuannya seperti dikehendaki orang tua, bisa melalui proses lama/ sebentar. j) Petunjuk tentang pendidikan seks bagi remaja  Jangan mengira bahwa remaja tidak tahu apa-apa tentang seks  Sebagian dari pengetahuan remaja tentang seks keliru dan berbahaya  Memberi pengetahuan yang benar tentang seks pada remaja  Bersikap netral apabila bicara soal seks  Dapat digunakan nama-nama anatomi dalam menyebutkan alat-alat seksual  Tunjukkan bahwa larangan agama tentang seks, didukung oleh ilmu pengetahuan  Orang tua perlu ilmu pengetahuan yang benar  Memberikan bacaan yang sehat tentang seks yang benar Daftar Pustaka - Kesehatan reproduksi remaja(materi dasar penyuluhan) kanwil depkes propinsi Jawa Tengah, 2000 - Kumpulan makalah pelatihan askep keluarga, FKUI Jakarta 2000

Read More ..

DM Pada Lansia

Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua. Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut. A. Pengertian Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin. Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) B. Etiologi Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, intoleransi terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non usia lanjut. Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-obatan, disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin terutama pada post reseptor. Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia (Jeffrey) : 1. Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin. 2. Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler. 3. Obesitas, banyak makan. 4. Aktivitas fisik yang kurang 5. Penggunaan obat yang bermacam-macam. 6. Keturunan 7. Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress C. Gambaran Klinis Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM lansia umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :  Katarak  Glaukoma  Retinopati  Gatal seluruh badan  Pruritus Vulvae  Infeksi bakteri kulit  Infeksi jamur di kulit  Dermatopati  Neuropati perifer  Neuropati viseral  Amiotropi  Ulkus Neurotropik  Penyakit ginjal  Penyakit pembuluh darah perifer  Penyakit koroner  Penyakit pembuluh darah otak  Hipertensi Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak. Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas. D. Komplikasi 1. Makroangiopati (aterosklerosis), mikroangiopati, dan neuropati. 2. Koma hiperosmolaritas dimana glukosa darah didapatkan sangat tinggi (>600 mg/dL) 3. Hipernatremia, osmolaritas tinggi (>350 m Osm/L) E. Penatalaksanaan Menurut Steven diperkirakan 25 – 50% dari DM lansia dapat dikendalikan dengan baik hanya dengan diet saja. 3% membutuhkan insulin dan 20 – 45% dapat diobati dengan oral anti diabetik dan diet saja. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah tipe II, dan dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara hidup pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang menyeertai serta ada/tidaknya komplikasi DM. Pedoman penatalaksanaan DM lansia adalah : 1. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarganya. 2. Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia (quality of life) seperti rasa haus, sering kencing, lemas, gatal-gatal. 3. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi (200-220 mg/dl) post prandial dan tidak sampai normal betul karena bahaya terjadinya hipoglikemia. 4. Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko hipoglikemia. Sumber : Luecknote, Annette Geisler, Gerontologic Nursing second Edition, St. Louis Missouri : Mosby,Inc, 2000. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002. Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996. Francis S Greenspan, John D Baxter. Endokrinologi dasar & klinik edisi 4, Jakarta : EGC, 1998.

Read More ..