Rabu, 20 Mei 2009

MASALAH PENELITIAN

By. Sirajudin Noor,S.Kp., Ners., M.Kes
I. Pendahuluan
Suatu penelitian berawal jika seseorang merasa dihadapkan pada suatu kesulitan atau masalah yang cukup besar dan kuat untuk dapat membangkitkan dorongan untuk memecahkannya. Tanpa kesulitan atau masalah yang dirasakan, atau tanpa hasrat untuk memecahkannya, tidak akan ada penelitian (No problem, no research).Tahap ini merupakan tahap pertama yang penting dan menentukan seluruh pelaksanaan penelitian yang jalannya/langkahnya masih panjang. Timbulnya suatu masalah merupakan akibat dorongan keingintahuan manusia atas apa sebenarnya yang terjadi dan apa yang melatarbelakangi kejadian atau fenomena yang ditemuinya.
Penelitian adalah suatu cara, proses atau alat manusia dalam upayanya mencari kebenaran dengan jalan memecahkan masalah yang dihadapinya dengan menggunakan metoda khusus yang disebut metoda ilmiah.
Pengertian penelitian menuntut tercapainya suatu pemecahan atas suatu masalah dengan diperolehnya bukti-bukti meyakinkan yang dikumpulkan melalui tatalaksanan (prosedur) yang sistematik, jelas dan terkendali.
Masalah penelitian merupakan jantung/nyawa setiap upaya penelitian. Seseorang peneliti harus mempertimbangkan sebaik dan sedalam mungkin, dengan menggunakan cukup waktu, perhatian dan pemikiran. Dalam proses penelitian seseorang peneliti dituntut untuk dapat mengidentifikasi (menemutunjukkan) masalah penelitian dan menyatakannya dengan tepat dan benar.
Dunia sekitas kita, ke mana mata memandang dan ke mana perhatian diarahkan, sarat dengan masalah penelitian. Apapun juga yang membangkitkan minat, menggelitik keingintahuan dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab atau masih terdapat perbedaan jawaban (pertentangan jawaban) atas kesahihan jawaban, kesemuanya ini merupakan lahan subur bagi penemuan dan penggalian masalah yang dapat diteliti.


Perlu dibedakan antara masalah pribadi dan masalah penelitian. Masalah pribadi merupakan masalah nyata (misalnya bagaimana cara sukses dalam hidup), tetapi bukan masalah penelitian.
Masalah penelitian harus memenuhi persyaratan-persyaratan metoda ilmiah. metode ilmiah dimaksud untuk memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diuji kebenarannya, dalam bentuk rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola dan untuk menegaskan bidang keilmuan. Metode ilmiah berkaitan erat dengan logika, metode penelitian, metode sampling, pengukuran, analisa, penulisan hasil, dan kesimpulan




II. Karakteristik Masalah Penelitian
Untuk dapat memahami sifat suatu masalah yang dapat dikualifikasikan sebagai masalah penelitian, terutama bagi peneliti pemula, memang tidak mudah. Hanya dengan “melakukan sesuatu”(menemukan korelasi, mengumpulkan data, membuat catatan, matching kelompok-kelompok, atau membandingkan sesuatu) yang kemudian diakhiri dengan “menulis makalah”, bukanlah penelitian. Pada dasarnya, penelitian tidak dapat dipisahkan dari pergelutuan mental (berfikir,selebrasi) yang memerlukan jiwa penyelidik yang mencari fakta, kemudian disentesa apa arti fakta tersebut dan akhirnya sampai pada kesimpulan logis dan tepat. Inilah aturan dasar yang diperlukan dalam upaya memahami arti penelitian.
Pertanyaan apakah obat itu bermanfaat, bukanlah masalah penelitian. Ini sekedar pertanyaan superficial; yang menjadi masalah ialah dimana letak manfaat obat tersebut dan mengapa bermanfaat. Penelitian tidak hanya menjawab pertanyaan superficial, tapi jauh lebih fundamental dan kausal. Penelitian tidak hanya berhenti pada fenomena yang dapat diamati dalam satu kejadian, tapi ingin mengungkapkan alasan-alasan, sebab-sebab perbedaan kualitas (bukan kuantitas) yang membedakan situasi satu dari lainnya. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa pertanyaan ya atau tidak bukanlah masalah penelitian.
Masalah-masalah perbandingan bukanlah masalah penelitian. Ungkapan “Tujuan penelitian ini ialah membandingkan pengaruh perlakukan A dengan perlaluan B terhadap X”, ini bukan masalah penelitian. “Masalah” dalam “penelitian” tersebut sudah terpecahkan dengan membuat 2 daftar angka.Disini tdk diperlukan interpretasi data, hanya penyajian data saja.
Masalah penelitian harus dengan tepat menyatakan apa tujuan penelitian. Nyatakanlah masalah penelitian sedemikian jelasnya sehingga fakta interpretasi data terlihat dengan jelas atau bahkan hal ini begitu kuatnya terimplikasi dalam kata-kata di dalam masalah penelitian secara benar dan tepat. Tujuan penelitian di atas tadi dapat dinyatakan ; “ Tujuan penelitian ini ialah membandingkan untuk mengalasisis jenis-jenis dan alasan-alasan perbedaaan hasil-hasil perlakuan A dan B terhadap X. Di sini terungkap lebih dalam mengenai jenis, sebab dan perbedaan kualitatif kedua perlakukan tersebut. Jelaslah bahwa perbandingan baru merupakan langkah antara. Dengan perbandingan menyebabkan kesamaan atau perbedaan mencul keterbukaan, untuk selanjutnya peneliti akan lebih menyadari akan keberadaannya dan akhirnya mencari alasan-alasan yang mendasari kesamaan dan perbedaan fakta-fakta tersebut (studi kepustakaan).
Agar masalah dapat diteliti, masalah penelitian harus mengimplikasikan interpretasi data yang mengarah kepada penemuan fakta. Harus dibedakan benar antara pengumpulan data, menyusun data atau memproses data dengan menginterpretasi data.
Berdasarkan karakteristik masalah penelitian yang diuraikan di atas, maka ada beberapa hal yang harus dipenuhi bagi terpilihnya masalah penelitian :
a. Penelitian harus sesuai dengan menit peneliti; hal ini untuk membangkitkan gairah dalam proses tahapan penelitian
b. Penelitian harus dapat di laksanakan; ada beberapa pertimbangan penelitian dapat dilaksanakan atau tidak, ditinjau dari p[eneliti yaitu;
1) Peneliti punya kemampuan untuk meneliti masalah (menguasai teori yang melatarbelakangi masalah dan menguasai metode untuk memecahkan masalah
2) Punya waktu yang cukup sehingga tidak melakukannya asal selesai
3) Punya tenaga / kuat fisik untuk melaksanakan mulai dari; merencanakan, menyusun instrument pengumpul data, mengumpul data, mengolah data, menganalisis data sampai pada mengusun laparan dan mempertanggungjawabkan
4) Punya dana yang cukup untuk biaya penelitian; dari semua tahapan penelitian
c. Tersedia faktor pendukung; yang dimaksud factor pendukung bersumber diluar penelitian;
1) Tersedia data sehingga pertanyaan penelitian dapat terjawab
2) Ada izin dari berwenang ( berkaitan dengan peraturan, politik, keamanan, ketertiban umum)
d. Hasil penelitian bermanfaat; masalah penelitian yang akan dipecahkan harus mempunyai manfaat bagi ilmu pengetahuan bukan sekedar mahir meneliti atau sebagai prasyarat lulus dalam program pendidikan saja.

III. Pernyataan Masalah Penelitian (Research Problem Statement)
Jika sekiranya masalah penelitian benar-benar telah kita ketahui, nyatakan masalah tersebut secara jelas. Setiap kata dalam masalah harus bersifat ekspresif, tajam, sangat diperlukan dan definitif (terukur dalam bentuk oferasional). Kalimat dinyatakan dalam tata bahasa yang baik dan benar serta lengkap.
Membuat pertanyaan masalah atau rumusan masalah dimulai dengan memikirkannya dalam kaitannya dengan tujuan penelitian secara spesifik dan dinyatakan dalam pernyataan masalah menunjukkan :
1. kelompok kajian yang terbatas, sehingga besar populasi dalam batas-batas yang dapat dikelola;
2. parameter populasi harus dipertimbangkan dengan baik
3. menyatakan dengan kata-kata atau istilah yang tepat tentang masalah penelitian (sederhana, kata denda konkrit, kata kerja ekspresif)
Pedoman dasar bagi penulisan masalah yang jelas yang dapat membantu mengekspresikan masalah-masalah dan sub masalahnya secara efektif:
1. ekspresikan fikiran dengan jumlah kata sedikit mungkin
2. gunakan kamus (akan membantu menemukan kata-kata yang tepat)
3. ekonomis dalam suku kata
4. Buat kalimat yang panjang menjadi pendek
5. tinjau secara kritis setiap pemikiran
6. sadar akan kemungkinan dimodifikasi
IV. Submasalah Penelitian
Setiap penelitian akan menemukan bahwa di dalam masalah pokok suatu penelitian terdapat subkomponen masalahnya. Dengan memecahkan tiap submasalah tersebut satu demi satu maka secara kolektif akan dapat memecahkan masalah pokok dan menemukan pandangan global yang lebih luas tentang masalah penelitian yang tengah dihadapinya.(Pikirkanlah masalah penelitian dalam arti bagian-bagian komponen-komponennya yang secara logis membentuk satu kesatuan masalah pokok)
Karakteristik submasalah penelitian:
1. setiap sub masalah merupakan unit yang dapat diteliti
2. submasalah adalah sub area yang logis area penelitian yang lebih luas
3. submasalah dapat diteliti sebagai subproyek terpisah di dalam tujuan penelitian yang besar
4. pemecahan semua submasalah secara bersama-sama akan dapat memecahkan masalah pokok
5. setiap submasalah dinyatakan dengan jelas dan ringkas
6. submasalah sering dinyatakan dalam bentuk pertanyaan keuntungannya adalah pertanyaan lebih cenderung untuk memfokuskan perhatian peneliti lebih langsung kepada sasaran penelitian, selain itu sikap introgatif adalah kondisi psikologis normal setiap fikiran peneliti sejati)
7. di dalam submasalah interpretasi data harus jelas terlihat, ini dapat dinyatakan sebagai bagian tiap pernyataan submasalah atau ia dapat menempati seluruh submasalah secara terpisah
8. submasalah harus saling melengkapi untuk membentuk totalitas masalah pokok. Artinya dengan mengacu kepada pernyataan masalah pokok untuk melihat; tidak ada akses atau melampaui batas-batas masalah utama, tidak ada pengurangan/penghilangan, sehingga area-area yang penting pada masalah utama semua terliput oleh semua submasalah secara kolektif.
9. hindari proliferasi submasalah sehingga melampaui batas-batas totalitas maalah pokok dan perlu dibedakan antara submasalah dengan pseudosubmasalah (situasi-situasi yang berasal dari prosedur penelitian)


V. Melokalisasi submasalah
Sering terjadi seseorang peneliti pemula menemui kesulitan dalam melokalisasi submasalah dalam konteks masalah penelitian yang lebih luas. Berikut ini beberapa pedoman yang akan dapat membantu melokalisasi submasalah :
1. Mulailah dari masalah utama atau masalah pokok itu sendiri. Jika masalah utama dinyatakan dengan benar, maka didalamnya akan dapat ditemukan area-area submasalah yang dapat diisolasi sebagai kajian terpisah. Merupakan aksioma bahwa totalitas submasalah akan sama dengan totalitas masalah. Oleh karenanya perlu meninjau masalah itu sendiri dengan tujuan mencari komponen-komponen yang menyusunnya.
2. Tulislah masalah utama penelitian kemudian area-area submasalah dikotaki. Tinjau dan amati dengan baik masalah setelah ditulis untuk menentukan area yangmemerlukan lebih lanjut atau lebih dalam sebelum masalah dapat dipecahkan.Setiap masalah yang dapat diteliti harus mengandung sebuah atau sekelompok kata-kata (interpretasi, analisis, menentukan/mencari penyebab atau alasan-alasan untuk , memahami alasan mengapa, atau sebab-sebab dari atau ungkapan yang sama memerlukan sentesis, analisis atau pertimbangan peneliti setelah nantinya data terkumpul)
3. Selanjutnya tulisla submasalah tersebut secara terpisah dalam kalimat tanya yang benar, lengkap, lugas serta jelas.
VI. Penggambaran masalah lebih lanjut dan Setting masalah
Pernyataan masalah menentukan tujuan upaya penelitian,sedangkan submasalah menyarankan jalur-jalur pendekatan masalah tersebut dengan cara yang praktis dan pragmatis. Jika kita ingin memahami secara lengkap arti suatu masalah kita harus mengetahui upaya penelitian yang perlu dipahami dengan baik apa yang akan dilakukan dan sebaliknya, dengan kata lain perlu ditetapkan pembatasan-pembatasan (delimitasi); definisi istilah-istilah, hepotesis dan arti penting penelitian. Kesemuanya ini memerlukan pertimbangan penting dan secara kolektif disebut setting masalah penelitian. Komponen setting masalah penelitian :

1. Delimitasi masalah penelitian
Apa batasan yang tepat area suatu masalah atau lingkup masalah. Pernyataan masalah menunjukkan apa saja yang dimasukkan peneliti ke dalam upaya penelitiannya, apa saja yang ada disekitar atau perifer masalah yang tidak termasukkan. Masalah penelitian harus dibatasi dengan hati-hati karena peneliti tidak meneliti seluruh aspek masalah penelitian, tetapi bukan berarti aspek diluar masalah menjadi tidak penting.
2. Definisi istilah-istilah
Apa arti tepatnya istilah-istilah yang terdapat di dalam masalah dan submasalah perlu diungkapkan. Untuk itu perlu diberi definisi yang tepat dan operasional. Definisi formal terdiri 3 bagian, yaitu;
a. Istilah yang didefinisikan
b. General class yaitu klas ke dalam mana konsep yang didefinisikan tersebut dapat dimasukkan
c. Differensi, karakteristik-karakteristik khusus atau ciri-ciri yang membedakan konsep yang didefinisikan dari semua anggota general class
3. Asumsi
Asumsi (anggapan dasar yang diyakini oleh peneliti berdasarkan suatu konsep dan teori) sedemikian mendasarnya sehingga tanpa asumsi masalah penelitian itu sendiri tidak ada.
4. Hipotesis
Hipotesis adalah proposisi tentatif (sementara) yang diajukan sebagai penjelasaan yang mungkin untuk terjadinya atau sebagai dugaan sementara untuk membantu dalam memandu penyelidikan suatu masalah. Hipotesis bertolah dari submasalah-submasalah. Kesesuaian antara satu hipotesis dan satu submasalah akan sangat membantu memecahkan masalah utama. Pada umumnya kita mempunyai sejumlah hipotesis yang sesuai banyaknya dengan jumlah submasalah yang ada.
5. Arti penting penelitian
Dalam desertasi, tesis dan skripsi (laporan penelitian) sering peneliti mengajukan alasan-alasan yang mendorong untuk melakukan penelitian, misalnya mengemukakan kegunaan dan manfaat penelitian baik dalam dunia teoritis maupun arti praktis penelitian tersebut.
Pada setiap usulan penelitian (desertasi,tesis,skripsi) langkah pertama adalah menyajikan masalah penelitian dan settingnya. Biasanya dokumen tersebut dengan pernyataan masalah utama (setelah didahului latar belakang permasalahan penelitian tentunya). Kemudian diikuti oleh submasalah-submasalah. Sesuai dengan submasalah masing-masing dibuat hipotesisnya. Beberapa penulis lebih menyukai menyajikan submasalah-submasalah menjadi satu kelompok, kemudian diikuti hipotesis-hipotesis masing masing secara berurutan. Sedangkan peneliti lain memasukkan hipotesis segera mengikuti pernyataan penelitian masing-masing submasalah. Pola yang manapun dapat diterima.Setelah masalah dan komponennya diajukan, kemudian diikuti setting masalah dengan komponen-komponennya.
VII. Identifikasi, analisis dan perumusan masalah
Masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan konkrit. Masalah adalah suatu pertanyaan/kalimat introgatif tetang wujud hubungan antara dua atau lebih variabel yang dirumuskan secara fungsional.Harus diusahakan agar pengertian yang dikandung didalam masalah dapat dirumuskan secara operasional (dengan demikian dapat diketahui variabel-variabel mana yang akan diukur dan apa alat ukurnya atau dengan kata lain memungkinkan pengukuran secara nyata).Serta saaat merumuskan masalah harus tergambar operasionalisasi semua variabel yang ada didalamnya dan bagaimana hubungan fungsional antara variabel. Untuk itu sebelum memulai penelitian pada tingkat aktivitas mental (fikiran dan selebrasi) dituntut untuk bebar-benar memahami hakekat yang akan diteliti.Untuk itu perlu memahami :
1. Identifikasi masalah penelitian
Mengidentifikasi bagaimana dimensi (luas dan dalammya) serta sifat suatu masalah sangat penting dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, penguasaan cara identifikasi masalah, yakni mengenali dan menetapkan masalah, perlu dimiliki peneliti.Bagaimana peneliti melokasi masalah (penetapan dimasalah dapat ditemuka), kondisi apa saja yang dapat menimbulkan masalah, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam identifikasi masalah.
Setelah dihayati adanya masalah, maka masalah harus diisolasi dan dipertajam fokusnya, karena biasanya apa yang disebut “masalah” yang dijumpai pertama kali masih berupa keadaan atau masalah yang masih kabur, atau situasi problematik. Tindakan tersebut dinamakan mengenali sifat umum situasi prolematik.
Mengenali masalah penelitian tidak datang begitu saja kedalam fikiran peneliti tetapi memerluka landasan yang kaya akan pengalaman dan subur akan pengetahuan disamping peka dan jeli akan situasi yang pokok. Beberapa cara yang dapat membantu mengidentifikasi masalah :
a. Banyak membaca publikasi ilmiah; ini berarti bahwa seseorang telah menyiapkan intelektualnya yang penuh dengan pengetahuan dangagasan
b. Membiasakan diri (exposed) pada stimulasi profesional dan ilmiah
c. Mengamati pengalaman sehari-hari dengan cermat dan jeli di lingkungan kerja atau tempat tinggal
d. Membangun sifat yang kritis ( dengan bertanya dan terus bertanya) dan skeptis (berfikir terbuka) yang sehat.
Dari situasi problematik yang dihadapi yang mengandung kesenjangan (gep) baik teoritik maupun empirik atau kontroversi, dapat diangkat menjadi masalah yang dapat diteliti.
2. Analisis masalah penelitian
Setelah ditetapkan adantya masalah serta dikenali benar sifat dan dimensi masalah tersebut, kegiatan selanjutnya ialah menganalisis masalah tersebut. Berikut langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan menganalisis situasi problematik :
a. Mengumpulakan fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah. Fakta bisa berupa bukti data-data atau catatan kejadian dari masalah yang akan diteliti
b. Menyelidiki fakta-frakta mana yang relevan
c. Melacak setiap hubungan antara fakta-fakta yang mungkin dapat mengungkap kunci masalah
d. Mengukuhkan melalui observasi dan analisis apakah penjelasan tersebut relevan dengan masalah
e. Melacak hubungan antara penjelasan-penjelasan yang mungkin dapat menunjukkan pemecahan masalah
f. Melacak hubungan antara fakta-fakta dan penjelasan-penjelasan
g. Mempertahankan asumsi yang melatarbelakangi analisis masalah
3. Perumusan masalah penelitian
Masalah yang dikemukan harus dirumuskan dalam pernyataan deskriptif formal yang menggambarkan kesatuan masalah dalam berbagai dimensinya. Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah dapat dibangun suatu rumusan masalah.
Rumusan masalah yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini :
a. Dinyatakan dalam kata-kata sederhana, jelas, konkrit dan lugas
b. Mengungkapkan kedudukan masalah yang diselidiki dalam kaitannya dengan teori-teori yang telah ada
c. Mengungkapkan kekhususan masalah tersebut jika dibandingkan dengan teori-teri yang telah ada dalam bentuk mendeskriptifkan, membandingkan beberapa phenomena, mencari hubungan antara dua atau lebih phenomena serta mengetahui pengaruh factor tentu terhadap phenomena tertentu.
d. Menggambarkan hubungan fungsional antara variavel-variabel yang terdapat di dalam masalah
e. Menggambarkan latar belakang penelitin, teori yang mendasari dn asumsi-asumsi yang melatarbelakangi analisis masalah.
Misal masalah penelitian tentang “Efektifitas Penerapan Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap“. Submasalah penelitiannya: Identifikasi/pengkajian data; Perumusan Diagnosa keperawatan, Perumusan Rencana Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan serta Dukumentasi Asuhan keperawatan.
VIII. Ruang lingkup dan Kegunaan masalah
1. Ruang lingkup masalah
Menentukan seberapa luas dan sempitnya kebebasan bergeraknya suatu masalah penelitian sangat penting karena dengan berbuat demikian kita tidak akan melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak perlu atau tidak relevan. Hal ini tergantung kepada peneliti, yakni penguasaan bidang ilmu yang diteliti, waktu yang tersedia, tenaga, dana yang ada, selain itu ruang lingkup masalah dapat ditetapkan dengan mengingat 2 hal yaitu :
a. Pokok persoalan
Tidak semua aspek atau pokok persoalan dapat dipecahkan dalam suatu penelitian. Suatu masalah penelitian misalnya hanya menyangkut aspek etiologis, diagnostik, pragnisis, terapi, keperawatan saja sebagai pokok persoalan. Demikian juga penelitian aspek sosial, ekonomi, psikologi, pendidikan sebagai pokok persoalan untuk membatasi ruang lingkup masalah penelitiannya. Oleh karenanya perlu dinyatakan dengan tegas dan jelas persoalan apa yang akan diteliti.
b. Objek penelitian (variable penelitian)
Ruang lingkup masalah penelitian dapat dibatasi dengan mengingat macam objek penelitian/variable penelitian -. Misal kita akan meneliti Deabetes mellitus, maka perlu ditetapkan dulu objek penelitian yang mana yang akan dipermasalahkan. Apakah mereka yang menderita DM yg berumur di atas 50 tahun atau dibawah 50 tahun. Disamping itu ruang lingkup masalah dapat juga dibatasi oleh luasnya daerah penelitian (apakah di kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, regional/wilayah, institusi rawat inap)
Variabel peneltian dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1) Variabel bebas (independen) atau variable yang mempengaruhi atau variable yang komponen atau nilainya mempengaruhi variable lain
2) Variabel tergantung (dependen) atau variable yang dipengaruhi atau variable yang komponennya atau nilainya dipengaruhi variable lain
3) Variabel moderator (intervening) atau variable yang bias berposisi sebagaio variable bebas atau terikat, atau variable bebas kedua, jika diprediksi turut mempengaruhi terhadap variable terikat. Misalnya tingkat pendidikan dan status kehamilan seseorang harus dikendalikan untuk mengetahui sejauhmana hubungan pengetahuan ibu dengan cara mengantisipasi nyeri kala II pada proses persalinan.Variabel moderator berkaitan dengan karakteristik subjek atau karakteristik dan variasi tindakan jika dalam sebuah eksperimen.
4) Variabel perancu (confounding); variable bukan antara yang nilai atau komponennya ikut menentukan variable tergantung baik secara langsung maupun tidak. Variabel ini dalam sebuah penelitian akan berasosiasi dengan variable bebas dan terikat jika dihubungkan secara bersamaan. Variabel ini perlu diidentifikasi agar peneliti tidak keliru /salah dalam menarik kesimpulan. Misalnya Kebiasaan merokok (variable bebas) dan insiden penyakit jantung (variable terikat) sedangkan variavel perancunya adalah kebiasaan minom kopi.
5) Variabel kontrol (kenadali) yaitu variable yang komponennya atau nilainya dikontrol/ dikendalikan
2. Kegunaan masalah penelitian
a. Masalah penelitian merupakan petunjuk bagi kerangka teoritis dalam menyusun hipotesis, karena di dalam masalah sudah tergambar macam-macam variabel serta hubungan fungsionalnya. Disamping itu, masalah penelitian akan sangat membantu dalam langkah-langkah metode penelitian selanjutnya, antara lain dalam mendesain penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian (populasi, sampel dan sampling) pemilihan dan pembuatan instrumen pengukuran penelitian.
b. Masalah penelitian dapat dipakai untuk mengantisifasi mengenai jalannya penelitian selanjutnya, mengenai kemungkinan menghadapi kesulitan dalam metodologi maupun teknis pelaksanaannya karena masalah penelitian yang telah dirumuskan dengan baik adalah masalah yang memenuhi kriteria perumusan masalah.
c. Masalah penelitian yang diajukan, misalnya dalam usulan penelitian, dapat dipakai untuk menilai bobot serta keaslian penelitin tersebut. Meskipun baru secara superfisial sebagai pedoman dalam menentukan bobot dan orsinalitas. Untuk penetapan secara definitif tentu memerlukan peninjauan seluruh usulan tersebut
d. Masalah penelitian berkaitan dengan tujuan penelitian, dengan demikian maka masalah penelitian dapat dipakai untuk mengetahui apakah tujuan penelitian tersebut, selain itu masalah penelitian untuk menilai judul penelitian, mengingat masalah penelitian adalah jantung (ruhnya) suatu penelitian, sedangkan judul penelitian adalah perasan/inti masalah penelitian yang dibakukan.
3. Syarat masalah penelitian yang baik
Menilai apakah suatu masalah penelitian itu baik dan mempunyai guna, maka masalah penelitian memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini :
a. Apakah pemecahan masalah yang diajukan ini akan menawarkan sesuatu yang baru, dalam artian dunia teoritis atau dunia praktis, sehingga dapat mengisi kesenjangan yang ada ? Disini menyangkut aspek orsinalitas
b. Apakah masalah penelitian yang diajukan itu dapat dipecahkan dengan mengingat kemampuan (ilmiah, waktu, tegana, dana) yang dimiliki peneliti? Disini menyangkut masalah aspek fisibilitas
c. Apakah tersedia cukup data untuk dapat memecahkan masalah penelitian yang diajukan?
d. Apakah ruang lingkup masalah penelitian yang diajukan ini tidak terlalu luas terlalu sempit?





Read More ..

METODE ILMIAH YANG DIGUNAKAN DALAM RISET KEPERAWATAN

By. Sirajudin Noor, SKp,Ners,M.Kes


I. PENDAHULUAN

Kajian ilmiah tentang keperawatan merupakan suatu keharusan jika ilmu keperawatan ingin diterima secara ilmiah oleh masyarakat non keperawatan dalam kerangka yang jelas (berdasar realitas suatu ilmu). Realiats suatu ilmu dapat dianalisis menjadi :
1. Komponen Proses
Proses merupakan suatu kegiatan untuk memahami lingkungan (alam semesta) dan isinya didasarkan pada tuntutan metode ilmian (objektif : dapat diukur dan rasional: menjelaskan sebab akibat)
2. Komponen Produk
Produk adalah hasil proses kelimuan harus menjadi milik umum dan terbuka untuk dikaji oleh orang lain
3. Komponen Paradigma Etis
Ilmu pengetahuan yang dihasilkan harus mengandung nilai-nilai moral dan etika yang tidak bertentangan dengan nilai moral-etika di masyarakat dan tidak merugikan hajat hidup orang banyak/lingkungan




II. BERPIKIR LOGIS

Berpikir logis adalah berpikir lurus/tepat (sesuai hukum, aturan, kaidah yang disepakati/ketetapan) dan teratur terhadap suatu hal yang diyakini kebenarannya dari suatu objek atau phenomena (berupa pokok permasalahan yang dikaji). Berpikir ilmiah adalah cara berpikir yang didasari pada pendekatan ilmiah yaitu melalui pendekatan metode ilmiah (prosedur untuk mendapatkan ilmu). Metode ilmiah mempelajari cara identifikasi ilmiah, rumusan masalah, tujuan memecahkan masalah, hipotesis, metode/rancangan pendekatan yang didunakan, hasil dan kesimpulan yang berdasarkan kaidah ilmiah.
Secara spesifik berpikir logis didasari konsistensi terhadap keyakinan-keyakinan yang didukung oleh argumentasi yang tepat (valid) untuk mencegah berbagai kesalahan dan kesesatan dalam mencari kebenaran ilmiah.
Tiga unsur hakekat pikiran manusia:
1. Mencari informasi tentang fakta (Mengerti); menangkap sesuatu tanpa mengakui atau memungkiri, kondisi ini disebut pangkal pikir atau premis
2. Buat pernyataan benar-tidak benar (Menganbil keputusan); menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lain atau memungkiri hubungannya
3. Membuat pembuktian-pembuktian (Menyimpulkan); menghubangkan satu keputusan dengan keputusan yang lain sehingga sampai pada satu kesimpulan (pernyataan baru berdasarkan pangkal piker / premis)

III. KAJIAN ILMU DAN METODE ILMIAH

1. Ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Maka ilmu menunjukkan sekurang-kurangnya 3 hal :
a. Kumpulan pengetahuan (produk)
Ilmu sebagai produk adalah kumpulan informasi pengetahuan yang telah teruji kebenarannya dan dikembangkan berdasarkan metode ilmiah dan pemikiran logis. Yang mengandung struktur sains sebagai berikut : a) Paradigma; b) Teori; c) Konsep dan asumsi; d) Variabel dan parameter
b. Aktivitas ilmiah, proses berpikir ilmiah (proses)
Ilmu sebagai proses adalah cara mempelajari suatu realita (kejadian) dan upaya member penjelasan tentang suatu mekanisme (jawaban terhadap pertanyaan “mengapa dan Bagaimana) dengan karakteristik sains : a) Logico-emperical-verifikatif; b) Generalized understanding; c) Theoritical contruction; d) information abaout why and how
c. Metode ilmiah (metode)
Metode untuk memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diuji kebenarannya, dalam bentuk rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola dan untuk menegaskan bidang keilmuan seringkali disebut metode ilmiah. Metode ilmiah berkaitan erat dengan logika, metode penelitian, metode sampling, pengukuran, analisa, penulisan hasil, dan kesimpulan.
2. Penggolongan ilmu
Secara umum ilmu pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1. Nomothetic Science (deductive); kajian ilmu yang didasarkan pada kajian-kajian makro (kasus-kasus) yang luas dan banyak terjadi, kemudian dijabarkan pada hal-hal yang khusus. Pendekatan penelitian dapat digolongkan pada metode penelitian KUANTITATIF
2. Idiographic science (Inductive); kajan ilmu yang didasari pada kajian-kajian micro, unik dan khusus, bersifat individual kemudian ditarik suatu kesimpulan secara umum. Pendekatan penelitian dapat digolongkan pada metode penelitian KUALITATIF
3. Syarat sebagai ilmu
Syarat suatu pengetahuan dianggap sebagai ilmu :
a. Ilmu pengetahuan ilmiah : a) Logis dapat dinilai, masuk akal); b) Empiris (dapat diamati dan diukur karena ada faktanya); c) Diperoleh melalui metode ilmiah (ada langkah dan penjelasan lebih lanjut pada metode sains)
b. Memenuhi komponen sains; ada penjelasan-penjelasan teori biasanya berbentuk bagan/skematik (baca teori adaptasi)
c. Memenuhi metode sains; a) Stimulus (masalah dan perumusan masalah penelitian), b) Logika ( kajian teori/konseptual, rumusan hipotesis, identifikasi, operasional variable; definisi operasional variabel) dan Respon (dalam kajian ilmiah digolongkan sebagai; Penyusunan instrument penelitian (validitas dan reliabilitas), melakukan sampling (randommisasi) dan estimasi ukuran sampel; Analisis data dan pengujian hipotesis ; Mengambil kesimpulan dan memberikan saran.


Sumber:
Nursalam , 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Insrumen Peneliatian Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Read More ..

KADER KESEHATAN REMAJA

Oleh : Mahyuliansyah

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan pasal 17, dinyatakan bahwa kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak dan kesehatan anak dilakukan melalui peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi,, masa balita, usia pra sekolah dan usia sekolah. Selanjutnya dalam pasal 45 dinyatakan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Di samping itu kesehatan sekolah juga diarahkan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat aktif berpartisipasi dalam usaha peningkatan kesehatan, baik di sekolah, rumah tangga maupun dalam lingkungan masyarakat.
Konsep hidup sehat yang tercermin pada perilaku sehat dalam lingkungan sehat perlu diperkenalkan seawal mungkin kepada generasi penerus dan selanjutnya dihayati dan diamalkan. Peserta didik bukanlah lagi semata-mata sebagai obyek pembangunan kesehatan melainkan sebagai subyek dan dengan demikian diharapkan mereka dapat berperan secara sadar dan bertanggung jawab dalam pembangunan kesehatan.
Anak sekolah tingkat SMP dan SMA atau sederajat memasuki usia remaja di mana periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th. Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya jika usia remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka ia masih digolongkan dalam kelompok remaja.
Mengingat permasalahan yang ada pada remaja khususnya anak sekolah usia SMP dan SMA ataupun sederajat sangatlah komplek maka sangat perlu adanya program untuk melakukan pencegahan maupun penanggulangan secara dini yang melibatkan pihak sekolah dan kesehatan serta masayarakat
Oleh sebab itu masa remaja merupakan tahap penting dalam siklus kehidupan manusia. Dikatakan penting karena merupakan peralihan dari masa anak yang sangat tergantung kepada orang lain ke masa dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab.
Di samping itu, masa ini juga mengandung reiko akibat suatu masa transisi yang selalu membawa cirri-ciri tertentu, yaitu kebimbangan, kebingu dan gejolak remaja seperti masal;ah seks, kejiwaan dan tingkah laku eksprimental ( selalu ingin mencoba)


Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu program yang mendukung tingkat perkembangan masa remaja yang baik. Bentuk programnya adalah Usaha Kesehatan Sekolah dengan salah satu kegiatannya yaitu pembentukan kader kesehatan remaja yang melibatkan sekolah dan kesehatan adalah pembentukan Dokter Kecil untuk tingkat SD/MI dan Kader Kesehatan Remaja untuk tingkat SLTP/Mts dan SLTA/MA.
Dokter Kecil dan kader Kesehatan Remaja adalah peserta didik yang dipilih guru guna ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan terhadap diri sendiri, kelurga, teman peserta didik pada khususnya dan sekolah pada umumnya. Tujuan diadakannya pembentukan Dokter kecil/Kader Kesehatan Remaja adalah :
1. Agar peserta didik dapat menolong dirinya sendiri dan orang lain untuk hidup sehat.
2. Agar peserta didik dapat membina teman-temannya dan berperan sebagai promotor dan motivator dalam menjalankan usaha kesehatan terhadap diri masing-masing.
3. Agar peserta didik dapat membantu guru, keluarga dan masyarakat di sekolah dan di luar sekolah.
Peran dokter kecil/KKR dalam memelihara, membina, meningkatkan dan melestarikan kesehatan lingkungan sekolah sangat menentukan. Untuk itu pihak sekolah dalam menunjuk dan menetapkansiswa yang akan jadi dokter kecil/KKR haruslah siswa yang berprestasi disekolah, memiliki watak pemimpin, berperilaku sehat (PHBS), bertanggung jawab dan telah mendapat pelatihan dari petugas kesehatan(puskesmas). Karena nantinya dokter kecil/KKR tersebut akan bertindak,berbuat dan berperilaku sehat tampa menunggu perintah dari guru atau pihak sekolah dan juga akan menjadi contoh bagi peserta didik lainnya.
Kader kesehatan Remaja adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 1 dan 2 SLTP dan sederajat, murid kelas 1 dan 2 SMU/SMK atau sederajat yang telah mendaptkan pelatihan Kader Kesehatan Remaja. Kader Kesehatan Remaja juga diartikan kader yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan remaja yang mau membantu bersama-sama memecahkan permasalah kesehatan khususnya pada remaja.
Kriteria kader kesehatan remaja sebagai berikut :
1. Telah menduduki kelas 1 dan kelas 2 SLTP/SLTA sederajat
2. Berprestasi baik di sekolah/kelas.
3. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.
4. Bersih dan berprilaku sehat,
5. Bermoral baik dan suka menolong.
6. Bertempat tinggal di rumah sehat.
7. Di ijinkan orang tua.
Dalam rangka menunjang peran kader kesehatan remaja tersebut perlu adanya pembinaan . Pembinaan kader kesehatan remaja dilakukan bersama lintas sektor tekait yaitu piahk kecamatan, pendodikan, puskesmas dan depag. Pembinaan KKR meliputi kegiatan penemuan dini, pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, dan pelatihan kader kesehatan remaja.
Dalam pelatihan kesehatan remaja siswa diberikan pengetahuan tentang kesehatn reproduksi sehat, berbagai penyakit menular, konsulatasi bibingan psikologis, P3K dan Narkoba.
Hasil yang ingin dicapai setelah terbentuknya kader kesehatn remaja yaitu para kader kesehatan remaja menjadi rujukan teman-temannya yang kebetulan ada masalah kesehatan, permasalahan yang sering timbul diantara remaja, maupun remaja dengan orang tuanya akan lebih banyak dicurahkan pada teman sebayanya. Dengan adanya kader kesehatan remaja yang merupakan temannya sendiri maka diharapkan permasalahan yang ada dapat dipecahkan dikalangan mereka sendiri.


Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Jakarta, 1992
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Kerja Puskesmas jelid II, Jakarta, 1992
Direktorat Pendidikan Dasar, Majalah MUTU Vol.III No. 1 Edisi April-Juni 1994, Jakarta, 1994
Dinas Kesehatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Dokter Kecil, Jakarta, 1993
Situs.kesrepro.info/krr/referensi


Read More ..

Komunikasi

Oleh : Mahyuliansyah

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai upaya menyampaikan pesan, pendapat, perasaan, atau memberikan berita atau informasj kepada orang lain.
Berita atau informasi itu dapat berupa perintah,saran, dan pendapat, baik dalam bentuk ucapan langsung maupun dalam bentuk tulisan, gambar, kode atau lainnya yang berupa pengumuman, edaran, dan lain sebagainya.
Seringkali komunikasi antara dua orang atau lebih tidak berjalan dengan baik karena mereka dapat saja menggunakan satu istilah atau kata yang sama, akan tetapi mempunyai arti yang berbeda, atau, menggunakan kata yang berbeda dengan arti yang sama.
Tiga unsur komunikasi yaitu:
1. Pengirim pesan atau sering juga disebut sebagai sender, komunikator. Pengirim pesan harus dapat menuliskan atau menyandikan pesan dengan baik dan jelas. Dan Juga membuat encoding yang ditujukan kepada seseorang atau beberapa orang, dan memilih media, serta meminta kejelasan kepada penerima apakah pesan telah diterima.
2. Penerima pesan atau sering disebut sebagai reciever atau komunikan. Penerima pesan harus mendengarkan atau berkonsentrasi agar pesan dapat diterima dengan benar, dan memberikan umpan balik yang disebut dengan decoding kepada pengirim pesan bahwa pesan telah diterima dengan benar.
3. Media atau saluran yang digunakan sebagai alat untuk mengirimkan pesan. Media ini dapat berupa telepon, televisi, fax, telecopier, sandi morse, semapore, SMS, E-mail , dan lain lain.


Proses komunikasi mempunyai dua model yaitu model linier yang mempunyai ciri sebuah proses komunikasi yang hanya terdiri dari satu garis lurus. Proses tersebut berawal dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Model yang lain adalah model sirkulair yang ditandai dengan adanya unsur feedback. Hal ini berarti proses komunikasi tidak berawal dari satu titik dan berakhir pada titik yang lain. Jadi pada dasarnya proses komunikasi ini berbalik satu dalam lingkaran penuh.
Proses komunikasi harus merupakan komunikasi dua arah. Yakni, pengirim menuliskan dan mengirimkan pesan melalui media yang dipilihnya, dan penerima pesan menuliskan kembali pesan yang dia telah terima, serta menyampaikan bahwa pesan telah diterima dengan baik dan benar. Pesan ada yang informatif yaitu pesan yang disampaikan berupa informasi dan pesan yang persuasif yaitu pesan yang disampaikan untuk mempengaruhi orang lain agar tertarik pada ide dari pesan yang disampaikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi sehubungkan dengan pesan yang disampaikan yaitu :
1. Bila pesan sering diulang, panjang maka pesan akan berlalu begitu saja.
2. Apabila pesan / ide yang dikemukakan/ditawarkan dengan gaya persuasif orang akan tertarik akan ide tersebut.
3. Bila pesan/ide tidak disampaikan kepada orang maka mereka tidak akan memegangnya dan menanyakannya.
Dalam proses komunikasi dapat terjadi adanya gangguan (noise) yang disebabkan oleh berita yang disampaikan tidak jelas, sehingga penerima berita mengartikannya tidak secara menyeluruh, atau gangguan lain yag mempengaruhi media komunikasi.
Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim oleh komunikator / sender dapat diterima dengan baik (menyenangkan, aktual/nyata) oleh komunikan / reciever. Kemudian penerima pesan menyampaikan kembali bahwa pesan telah diterima dengan baik dan benar. Artinya ada komunikasi dua arah atau komunikasi yang timbal balik.
Lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif adalah clarity, accuracy, contex, flow dan culture.
Strategi dalam membangun komunikasi efektif : ketahui mitra bicara (audience), ketahui tujuan, perhatikan konteks, pelajari kultur, dan pahami bahasa.
Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan/verbal melalui kata-kata. Penyampaikan informasi seperti ini dinamakan berbicara. Komunikasi lisan akan menjadi lebih efektif apabila diikuti dengan tinggi rendah, lemah lembut, dan perubahan nada suara yang disesuaikan. Dengan demikian kata-kata adalah isi sebuah pesan, sedangkan bahasa tubuh, nada suara adalah konteks dimana pesan itu melekat. Komunikasi non verbal menunjukkan adanya lima fungsi yaitu: Repetition, Contradiction, Substitution, Complemneting, dan Accenting.
Perbedaan budaya dalam komunikasi dapat berakibat lebih buruk dibandingkan dengan perbedaan dalam bahasa
Dalarn komunikasi, bahasa mempunyai peran yang sangat penting, walaupun kadang-kadang keliru dalam mengartikannya sebagai akibat seluk beluk bahasa yang tidak dimengerti. Didalam bahasa, ada kata-kata denotasi / harafiah, dan ada kata_kata konotasi, dan dengan menggunakan logat bahasa tertentu dapat menimbulkan perbedaan pengertian.
Bahasa didefinisikan oleh Collin Cobuild English Language Dictionary sebagai suatu system komunikasi yang.terdiri dari seperangkat bunyi dan lambang tertulis yang digunakan oleh orang orang dalam suatu negara atau wilayah tertentu. Sedargkan Purwadarminta mengartikan bahasa sebagai : system lambang, tanda berupa segala macam bunyi yang dipakai orang untuk melahirkan pikiran dan perasaan perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa, negara, daerah), percakapan, perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik.
Bahasa dapat dibedakan dalan dua pengertian yaitu bahasa dalam arti luas dan bahasa dalam arti sempit.
Fungsi bahasa dalam arti kehidupan manusia adalah sebagai alat yang dapat melahirkan berbagai alat yang dapat melahirkan berbagai macam perasaan dan sebagai alat komunikasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran dan kelainan dalam komunikasi yaitu faktor pengetahuan, fakror pengalaman, faktor intelegensia, faktor kepribadian, faktor biologis.
Berbicara dapat digolongkan dalam berbagai segi yaitu segi jarak, sarana yang digunakan, tujuan (menyampaikan informasi, mengumpulkan informasi, pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan penjualan informasi), kedinasan, lawan bicara, hierarchii, isi, dan pertumbuhan bicara.
Dalam berbicara yang baik harus memperhatikan prinsip dan teknik komunikasi. Prinsip secaja harafiah mempunyai arti pokok/dasar, keyakinan, sendi-sendi yang mempunyai asas atau kebenaran yang menjadi dasar berpikir, bertindak dan berbuat.
Sedangkan teknik adalah kepandaian, pengetahuan membuat/melakukan sesuatu berkenaan dengan seni. Teknik disebut juga metode, daya upaya dan kemahiran yang terjadi karena pikiran yang lebih luas, dan perasaan yang lebih tajam.
Trik-trik dalam berbicara yaitu dengan menarik napas dalam-dalam, dan mengatur volume suara.
Mendengarkan merupakan hal yang penting dalam komunikasi. Mendengarkan dengan aktif berarti mengerti apa yang dikatakan di balik pesan yang diterima. Beberapa tip untuk mendengarkan dengan aktif yaitu paraphrasing, perception check, dan behavior description.
Keterampilan dalam berbicara merupakan kemampuan mengekspresikan pembicaraan dalam bahasa kata-kata. Semuanya tergantung pada pengalaman, pengetahuan, panjang dan pendeknya pembicaraan, serta isi pembicaraan.
Keterampilan bicara biasanya diikuti dengan gaya bicara. Ada beberapa gaya bicara yang biasanya mengikuti kegiatan bicara itu sendiri yaitu :
• Gaya berbicara dengan menghubungkan suara dengan kata-kata atau disebut gaya bahasa yang meliputi Asidenton, Polisidenton, Klimaks, Antiklimaks, dan Hiperbola.
• Gaya berbicara dengan gerak muka (mimik).
• Gaya bicara dengan gerak badan (panto mimik), dan
• Gaya berbicara dengan gerak gerik.
Hal-hal menarik lainnya yang mempengaruhi berbicara ialah; palaian, pandangan mata, air muka, sikap badan, suara, senyum, berjabat tangan, berpikir, bertindak dan selalu terlihat senang dan sukses, ingat nama, tunjukkan daya tarik yarg tulus terhadap orang yang dihormati.
Dalam berkomunikasi hendaknya hindarilah menggunakan kata-kata Jargon, dengan berusaha menerapkan KISS principle.
Peningkatan kepercayaan merupakan langkah awal untuk membangun komunikasi respektif sebagai landasan untuk berinteraksi secara mutual. Peningkatan hubungan mutualistik ini akan meningkatkan mutu komunikasi diantara mereka yang berbeda budaya.
Para komunikator, apakah ia seorang atasan, atau bawahan dapat menciptakan interaksi mutual dengan enam prinsip yaitu :
1. Menggunakan deskripsi,
2. Berorientasi pada pemecahan masalah,
3. Spontanitas, jujur,
4. memberikan empati, dan menggunakan perasaan,
5. Menggunakan kecenderungan apa yang mereka rasakan adalah sama dengan yang kita rasakan,
6. Meningkatkan komunikasi.
Dalam berkomunikasi juga harus ada keseimbangan dalam memberikan kajian dan saran. Pada saat bertanva hendaklah jangan interrogating, pada saat mengadakan pengamatan janganlah withdrawing, dan pada saat berbicara jangan dictating/ mendikte, dan pada saat membangkitkan atau mencari sebab janganlah politiking.
Komunikasi mencakup hampir setiap interaksi antara seseorang dengan orang lain. Oleh karena itu, antara komunikasi dengan hubungan/relation adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Artinya, antara seorang dengan orang lainnya tidak dapat berhubungan tanpa melalkukan komunikasi.
Komunikasi yang diucapkan atau tidak diucapkan bisa jelas, samar-samar. Terbuka atau terkontrol.
Komunikasi efektif dan hubungan yang sehat tergantung pada tiga macam perilaku komunikisi yang dapat dibedakan menjadi: Komunikasi formal, komunikasi Informal/grapevine dan komunikasi non formal.
Komunikasi formal terjadi dalam lembaga formal, dan dalam hubungan yang formal. Komunikasi Informal terjadi secara spontan dan biasanya berkerumun serta membicarakan hal-hal yang idak ada sumber beritanya yang pasti (sekedar desas-desus). Sedangkan komunikasi non formal adalah gabungan antara komunikasi formal dengan informal.



Daftar Pustaka :

Lestari, Endang G, SH.MM & Maliki, MA, Drs.M.Ed, 2003, Komunikasi Yang Efektif Bahan Ajar Prajabatan Golongan III, Jakarta : LAN RI

Catatan kuliah Konsep Komunikasi , STIKES Muhammadiyah Banjarmasin 2009
Dosen : Hryadi, M.Kep, Sp.Kom

Read More ..

Komunikasi Terapeutik

Komunikasi merupakan pengiriman atau tukar menukar pesan atau informasi baik berupa ide dan sebagainya. Adapun komunikasi terapeutik menurut Stuart dan Sunden (1987) merupakan cara untuk membina hubungan terapeutik yang diperlukan untuk pertukaran informasi dan perasaan yang juga mempengaruhi perilaku orang lain, mengingat keberhasilan tindakan keperawatan tergantung pada proses komunikasi.
Komunikasi terapeutik dapat terjadi bila proses komunikasi berjalan dengan baik. Proses ini terdiri dari pengirim pesan, penerus pesan, pesan, media, dan umpan balik. Semua perilaku individu (pengirim dan penerima) adalah komunikasi yang akan memberikan efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan bisa verbal/non verbal.


Sikap perawat dalam komunikasi
Sikap menurut Egan (1995) dikutif Kozier dan Erb (1983) merupakan apa yang harus dilakukan dalam komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Berhadapan
2. Mempertahankan kontak mata.
3. Membungkuk kearah pasien
4. Mempertahankan sikap terbuka.
5. Tetap relaks
6. Gerakan mata dalam memberikan perhatian.
7. Ekspresi muka
8. Sentuhan kasih sayang dan perhatian.
Ada sikap lain yang juga membantu dalam komunikasi terapeutik diantaranya
1. Sikap kesejatian, yaitu sikap yang sesungguhnya dari pengirim pesan (gambaran diri)
2. Sikap empati, yaitu sikap yang dapat menempatkan diri dalam posisi orang lain.
3. Sikap hormat, yaitu sikap menghargai dan peduli pada orang lain.
4. Sikap konkret, yaitu sikap dalam menggunakan sesuatu yang nyata seperti menunjukkan hal yang nyata.

Teknik komunikasi :
1. Mendengarkan
2. Pertanyaan terbuka
3. Mengulang
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Membagi persepsi
8. Identifikasi "tema"
9. Diam
10. Imforming
11. Saran
(Stuart dan Sunden , 1995)

Komunikasi terapeutik dilakukan secara bertahap, yaitu :
1. Pra interaksi berupa pengumpulan data, membuat rencana.
2. Perkenalan / orientasi : salam, senyum , validasi dan saling berkenalan, menjelaskan semua tindakan.
3. Kerja, menanyakan keluhan, memulai kegiatan.
4. Terminasi, menyimpulkan hasil wawancara, evaluasi, rencana tindak lanjut, mengakhiri wawancara dengan baik.
(Stuart dan Sunden, 1995)

Faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik :
1. Pendidikan, semakin tinggi pendidikan semakin mudah menerima informasi.
2. Lama bekerja, semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dalam berkomunikasi.
3. Pengetahuan, semakin banyak pengetahuan yang didapat dari proses belajar, semakin banyak keterampilan yang didapat dalam berkomunikasi.
4. Sikap, apa yang diperlihatkan dari sikap akan berpengaruh terhadap komunikasi yang dilakukan.
5. Kondosi psikologis, dibutuhkan kondisi psikologis yang baik untuk menjadikan komunikasi bersifat terapeutik.
Selain faktor di atas ada faktor lain, yaitu :
1. Faktor internal yang meliputi usia klien, kondisi klien, stress hospitalisasi.
2. Faktor eksternal diantaranya sistem sosial (Kariyoso,1994 :2), saluran berupa suara, sikap tubuh. Lingkungan merupakan faktor ekstenal lain yang juga mempengaruhi keberhasilan komunikasi terapeutik.

Sumber :
Aziz Alimul Hidayat, A, 2007,Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta : Salemba Medika

Read More ..

Rabu, 06 Mei 2009

PRESTASI BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Oleh : Nor Alimah .S.Pd

A. PENDAHULUAN


Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat menimbulkan sikap positif terhadap mata pelajaran sehingga peserta didik tidak takut berbicara. Maka tugas guru adalah merancang berbagai kegiatan yang memudahkan peningkatan kemampuan dan kreativitas siswa dalam berinteraksi dengan siswa dan guru. Dalam Interaksi dimaksud, keaktifan para siswa harus selalu diciptakan, mengingat bahwa siswa bukan hanya sebagai obyek, akan tetapi sekaligus sebagai subyek dalam proses pendidikan.
Untuk keperluan dimaksud, guru dapat menggunakan berbagai macam strategi, misalnya dengan menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.
Satu hal yang perlu dicermati, bahwa guru hendaknya dapat menciptakan situasi yang mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksprimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar guru harus menggunakan multi metode dan para siswa yang belajar menggunakan multi media sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar dengan mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai dengan konteks materinya.
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, khususnya dalam penanaman kreativitas dan konsep tertentu, para guru hendaknya terampil menggunakan media pemebelajaran yang relevan. Dengan penggunaan media diharapkan siswa SD akan lebih aktif, kreatif, dan sistem belajar mengajar lebih interaktif. Selain itu dengan penggunaan media diharapkan siswa lebih cepat dalam memahami materi dan menyimpannya dalam ingatan dibandingkan melalui buku..
Dalam penggunaan media, guru yang kreatif tidak akan terpaku pada media yang sudah tersedia, tetapi akan berusaha mencari alternatif lain. Dengan demikian proses pembelajaran tidak terkesan monoton, tetapi menjadi lebih dinamis.



B. PRESTASI BELAJAR

Prestasi belajar merupakan suatu rangkaian penilaian atas hasil aktivitas belajar dalam kegiatan pengajaran pada waktu tertentu, baik berupa pengukuran kuantitatif maupun kualutatif.
Prestasi belajar terdiri dari kata presatasi dan belajar. Prestasi adalah apa yang telah dapat diperoleh dengan jalan keuletan bekerja atau hasil karya yang dicapai (Habeyb, S.F, 1983 : 296). Sedangkan belajar menurut Drs.Slameto adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Cronbach berpendapat bahawa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dalam aktivitas belajar baik berupa penilaian angka-angka (kuantitatif) maupun penilaian kata-kata (kualitatif) pada waktu tertentu.
Prestasi sebagai hasil belajar merupakan salah satu unsur interaksi belajar mengajar yang harus dimiliki sekaligus untuk membangkitkan gairah belajar dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya. Jadi hubungan antara prestasi dengan belajar adalah secara sederhana dapat dikatakan dengan berusaha atau belajar akan didapatkan hasil yang akan dicapai sesuai dari usaha belajarnya atau dengan kata lain prestasi merupakan hasil dari upaya belajar sedangkan belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik.

C. MEDIA PEMBELAJARAN
Menurut Heinich, dkk (1982) kata “MEDIA” merupakan bentuk jamak dari kata “MEDIUM” (bahasa latin) yang secara harfiah berarti “PERANTARA” (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Dalam proses pembelajaran, media ini dapat diartikan sebagai berikut :
a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm,1977).
b. Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide dan sebagainya (Bringgs, 1977).
c. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969).
Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan wahana dari pesan atau informasi yang oleh sumber pesan (guru) yang ingin diteruskan kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. Pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah pesan/materi pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang timbulnya proses/dialog mental pada diri siswa. Dengan perkataan lain, terjadinya komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung tentunya antara siswa dengan penyalur pesan (guru), dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa proses belajar-mengajar telah terjadi. Media pembelajaran tersebut berhasil menyalurkan pesan/bahan ajar apabila kemudian terjadi perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri siswa.
Media dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perhatian dan kemauan murid, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada murid-murid yang bersangkutan. Berdasarkan kenyataan di atas, media belajar memiliki peranan yang begitu penting. Dalam batas-batas tertentu media dapat menggantikan posisi guru sebagai sumber belajar. Nilai-nilai praktis dari media belajar antara lain sebagai berikut :
a. Dapat mengkongkritkan konsep yang abstrak.
b. Dapat menjelaskan objeck yang berbahaya.
c. Dapat menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil.
d. Dapat digunakan untuk mengamati gerak yang terlalu cepat.
e. Dapat membangkitkan motivasi belajar bagi para murid.
f. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi belajar secara cepat, dan sebagainya.
Banyak temuan penelitian yang mengungkapkan keandalan media pembelajaran, diantaranya yang dilakukan oleh British Audio-Visual Assosiation bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui idera menunjukkan komposisi sebagai berikut :
a. Melalui indera penglihata (visual ) mencapai 75 %
b. Melalui indera pendengaran (auditori) mencapai 13 %.
c. Melalui indera sentuhan dan perabaan mencapai 6 %
d. Melalui indera penciuman dan lidah mencapai 6 %.
Dari hasil temuan ini dapat diketahui bahwa pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh secara visual atau melalui indera penglihatan, padahal umumnya kita masih menganut pembelajaran secara verbal dengan mengandalkan indera pendengaran. Kondisi ini tentu saja kurang menguntungkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Dengan adanya berbagai macam media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, maka media pembelajaran dapat dikelompokkan menurut jenis dan karakteristiknya sebagai berikut :
a. Media Visual, meliputi media visual tidak diproyeksikan (gambar mati, media grafis, realia dan model), media visual yang diproyeksikan (OHP, slides, filmstrips, power point)
b. Media Audio, seperti program kaset suara dan program radio.
c. Media Audio Visual, meliputi program video/telivisi dan program slide suara (soundsslide).

D. MEDIA VISUAL
Sesuai dengan namanya, media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals) dan media yang dapat diproyeksikan (projected visuals). Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan media yang digunakan dibatasi hanya pada media visual yang tidak dapat diproyeksikan berupa gambar diam/mati (still picture)
Gambar diam/mati ini adalah gambar-gambar yang disajikan secara fotografik atau seperti fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi pelajaran yang disampaikan pada siswa. Gambar diam ini ada yang tunggal dan ada juga yang berseri, yaitu sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Media gambar yang dumaksudkan bertujuan untuk mengenalkan nama-nama dalam pembelajaran. Gambar-gambar tersebut dapat dijadikan alat bantu untuk memahami topik pembelajaran. Disamping itu, gambar-gambar tersebut juga dapat ditujukan untuk menstimulasi kegiatan berbicara dan menulis permulaan.
Wujud media gambar ini berukuran kecil 5 X 5 cm dan besar 20 X 20 cm. Ada yang memiliki warna asli sesuai dengan warna benda nyatanya dan ada yang hanya hitam putih saja.
Gambar-gambar benda tersebut dapat diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, misalnya klasifikasi binatang piaraan, klasifikasi alat tulis, klasifikasi mebeler dan lain-lain. Apabila diperlukan penampilan gambar masing-masing klasifikasi maka dapat ditempatkan dalam kotak. Selanjutnya semuanya akan ditampung dalam satu kotak besar, yang di dalamnya terdapat kotak-kotak kecil.
Adapun kegunaan media gambar benda dapat digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan berikut :
a. Pengenalan nama-nama benda mati dan benda hidup dalam bahasa Inggris, diiringi dengan ucapan guru dan bisa juga bersama tulisannya.
b. Pengulangan pembelajaran nama-nama tersebut lewat permainan.
c. Menciptakan suasana yang menarik dalam kelas.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media gambar diam ini, yaitu :
a. Dapat menterjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi realistik.
b. Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender dansebaginya.
c. Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.
d. Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa biaya
e. Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua pelajaran/disiplin ilmu.
Sedangkan keterbatasan dari media gambar diam ini terkadang ukuran gambarnya terlalu kecil jika digunakan dalam satu kelas, hanya berupa dua dimensi dan tida bisa menimbulkan kesan gerak.

E. PENUTUP
Secara umum dari beberapa fungsi media pembelajaran dapat mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan dan lebih cepat. Fungsi lain yaitu untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar atau prestasi belajar siswa dengan menggunkan media pembelajaran dan salah satunya dengan media gambar akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi. Media pembelajaran juga dapat meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir secara lebih realistik.
Jadi jelaslah untuk mencapai prestasi belajar anak diperlukan penggunaan metode dan media pembelajaran oleh guru. Semakin seimbang perpaduannya maka akan meningkatkan situasi yang kondusif dalam mempertinggi prestasi belajar anak. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan media yang efektif dalam proses belajar anak memiliki keterkaitan dalam menarik minat dan perhatian anak belajar sehingga memperoleh prestasi belajar yang optimal



DAFTAR PUSTAKA

Azis, Munir A, Drs.,(1994). Program Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah dasar, MUTU Media Komunikasi dan Informasi peningkatan mutu pendidikan dasar, Vol III No.01 Edisi April-Jun 1994, halaman 16 – 25

Budiah, Dra.,(1994). Prinsip-Prinsip Proses Belajar Mengajar, MUTU Media Komunikasi dan Informasi peningkatan mutu pendidikan dasar, Vol III No.01 Edisi April-Jun 1994, halaman 31 – 34, dan 44

Candra, I Gede, Drs., (1997). Sosok Guru Yang Profesional dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan, MUTU Media Komunikasi dan Informasi peningkatan mutu pendidikan dasar, Vol VI No.02 Edisi Julil-September 1997, halaman 40 - 44


Habeyb, S.F.(1983). Kamus Populer. Jakarta : Centra.


Murniati, S.Pd., (1997). Kreativitas Guru Dalam meningkatkan Sumberdaya Manusia yang Berkualitas, MUTU Media Komunikasi dan Informasi peningkatan mutu pendidikan dasar, Vol VI No.02 Edisi Julil-September 1997, halaman13 -16


Roestiyah N.K, Dra.,(2001). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : PT Rineka Cipta.


Supardjo, M.Ed, Drs, dkk.(2003). Penggunaan Media dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Winataputra, MA, H. Udin, Drs, dkk.(1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen .Pendidikan dan Kebudayaan.





Read More ..

PERAN SERTA PONDOK PESANTREN DALAM KESEHATAN

Oleh : Mahyuliansyah

PENDAHULUAN

Pondok Pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan agama Islam di bawah bimbingan seorang Guru/Ustadz/Kyai dengan tujuan untui menyiapkan santri-santri menguasai Ilmu Agama Islam dan siap mengajarkan agama Islam dengan mendirikan Pesantren baru untuk memperbanyak jumlah kader dakwah Islamaiyahnya.
Pesantren merupakan tempat untuk mendidik agar santri-santri menjadi orang yang bertaqwa, berakhlak mulia serta memeiliki kecerdasan yang tinggi.
Santri-santri yang berada di pondok Pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolh-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perthatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya.
Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santri tidak beda dengan permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati.
Berdasarkan hal tersebut di atas dituntut suatu peran aktif dari masyarakat dalam hal ini adalah Pesantren bekerjasam dengan pihak kesehatan melakukan pembinaan kesehatan bagi santri-santri yang ada sehingga terwujud pola perilaku hidup bersih dan sehat bagi para santri dan masyarakat Pondok Pesantren serta masyarakat lingkungannya.


PANDANGAN AJARAN ISLAM TENTANG KESEHATAN

Uraian yang sederhana menyangkut ajaran agama Islam tentang kesehatan adalah merupakan upaya pengkajian nilai-nilai yang telah membudaya di lingkungan Pesantren yaitu nilai yang bersumber pada ajaran fiqih.
Bertitik tolak dari tujuan syari’at yang dibawa oleh Rasulullah SAW, yaitu penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat dengan pandangan sepintas pada tubuh ajaran fiqih, maka dapat dilihat adanya garis besar dari pengamtan itu yakni :
1. Rab’ul’ibadat, yang menata hubungan manusia dengan sang pencipta. Misalnya sholat, dituntut untuk selalu bersih, baik rohaninya maupun jasadnya. Kebersihan di dalam sholat merupakan syarat mutlak yang harus dilaksanakan karena kalau tidak bersih (suci), maka sholtnya tidak syah.
2. Rub’ul’muamalat, yaitu masalah hubungan manusia dengan manusia. Dalam hubungan ini ada suatu rumus fiqh yang sangat terkenal di lingkugan Pondok {esantren yaitu yang disebut Alkalliyatul Khmas (Lima kepentingan dasar). Disebutkan kesehatan jiwa raga menempati posisi pokok> Hal tersebut sesuai dengan Hadist Rasulullah yang mentakan “Mu’min yang kuat lebih disukai dan disenangi oleh Allah dari pada mu’min yang lemah”.
3. Rub’ul Munkahat, yang menata hubungan manusia dalam lingkungan keluarga. Islam mengajarkan dalm perkawinan hendaknya mencari pasangan yang sehat, dan menghindari nasab (keturunan) yang tidak sehat.
4. Rub’ul jinayat, yang menata ketentraman dalam pergaulan yang memperhatikan ketentraman dari lingkungan (kesehatan lingkungan). Sebagai contoh dilarang buang hajat disemberang tempat, karena akan mengganggu kesehatan lingkungan.
Sehat dalam arti agama, yaitu terhibdar dari penyakit hati/rohaniyah meliputi unsure akal, nafsu, kalbu dan roh sekaligus terbibas dari penyakit jasmaniyah yang diakibatkan oleh penyalahgunaan fungsi farj (kelamin), hidung (menghirup dan mencium) kaki (yang mmengantarkan maksud dan tujuan), lidah (merasa dan mengecap), mata (melihat), perasa (perabaan dansentuhan), perut (penyimpanan dan pengatur makanan dan minuman), tangan (merasa, menyentuh dan memegang), telinga (mendengar).
Di dalam Al Qur’an banyak disebutkan tentang pengertian sehat/ kesehatan diantaranya yaitu :
• As-sawiyyu : Kondisi tubuh yang sempurna, ditandai dengan berfungsinya seluruh organ tubuh secara prima seperti disebutkan dalam surah Maryam ayat 10 yang artinya : Zakariya berkata, “ Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda”. Tuhan berfirman “ Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga mala, padahal kamu sehat”.
• Sehat bisa juga diartikan terhindar dari penyakit atau lawan dari sakit. Bahasa populernya sehat wal’afiat seperti disebutkan dalam surah Shad ayat 34 yang artinya “ Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit). Kemudian ia bertaubat.”
• Sehat dapat pula diartikan dengan sembuh setelah berobat, seperti ungkapan do’a Nabi Ibrahim as pada surah as-Syu’ara ayat 80 yang artinya “ Dan apabila aku sakit, maka Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku.”
Selain itu Rasu s.a.w bersabda yang artinya “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat guna, maka penyakit itu akan sembuh dengan seijin Allah ‘Azza wa jalla” (HR.Muslim (4/2204) dan Ahmad dari Jabir bin ‘Abdullah).
Cukup jelas dari uraian di atas bahwa dalam agama Islam kesehatan merupakan penjabaran yang nyata dari rahmat kasih sayang Allah yang meliputi segala-galanya dan mamadai risalah Nabi Besar Muhammad SAW, dan itulah sesungguhnya wajah dari Islam.


POKOK-POKOK KEGIATAN UPAYA KESEHATAN SANTRI

Untuk mendapatkan hasil guna dan daya guna yang optimal sehubungan dengan peran serta Pesantern untuk melakukan pembinaan kesehatan santri-santri diperlukan upaya-upaya yang meliputi :
Upaya Promotif :
1. Pelatihan kader kesehatan Pondok Pesantern yaitu kegiatan pelatihan santri-santri yang berada di Pondok Pesantren untuk menjadi kader kesehatan yang akan membantu kegiatan pelayanan kesehatan di Pondok Pesantren tersebut.
2. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak Pondok Pesantren tentang pesan-pesan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku santri dan masyarakat Pondok Pesantren mengenai kesehatn jasmani, mental dan social.
3. Perlombaan bidang kesehatn yaitu kegiatan yang sifatnya untuk meningkatkan minat terhadap kegiatan kesehatn di Pondok Pesantren, misalnya lomba kebersihan, lomba kesehatan dan lain-lain.
Upaya Preventif :
1. Imunisasi , yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pihak kesehatn dibantu pihak Pondok Pesantern dalam rangka pencegahan terhadap penyakit tertentu pada santri-santri yang masih berusia sekolah, misaln ya imunisasi DT dan TT pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
2. Pemberantasan nyamuk dan sarangnya, adalah kegiatan pencegahan penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk dengan jenis kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yang dilaksanakan oleh santri dan petugas serta pihak Pondok Pesantren.
3. Kesehatan lingkungan, yaitu suatu kegiatan berupa pengawasan dan pemeliharaan lingkungan Pondok Pesantren berupa tempat pembuangan sampah, air limbah, kotoran dan sarana air bersih. Kegiatan ini bertujuan guna meningkatkan kesehatan lingkungan Pondok Pesantren.
4. Penjaringan kesehatan santri baru guna mengetahui status kesehatan dan sedini mungkin menemukan penyakit yang diderita para santri.
5. Pemeriksaan berkala guna mengevaluasi kondisi kesehatan dan penyakit para santri di Pondok Pesantren yang dialksanakan oleh petugas kesehatn dibantu pihak Pondok Pesantren.
Upaya Kuratif dan rehabilitatif :
1. Pengobatan dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap santri dan masyarakat Pondok Pesantren yang sakit yang dirujuk pihak Pondok Pesantren.
2. Rujukan kasus yaitu kegiatan merujuk santri dan mayarakat Pondok Pesantren yang mmengidap penyakit tertentu ke fasilitas rujukan legih lanjut untuk mencegah penyakit berkembang lebih lanjut.
Peran serta lain yang biasanya dilakukan oleh pihak Pondok Pesantern adalah dalam hal pelayanan gizi di Pondok Pesantren dengan cara :
1. Pemantauan status gizi masyarakat Pesantren dengan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2. Pemanfaatan halaman/pekarangan, yaitu memanfaatkan lahan untuk pertanian atau perikanan/peternakan guna kelengkapan gizi santri.
3. Penanggulangan masalah gizi. Kegiatan bekerja sama dengan pihak kesehatan dalam rangka mengatasi masalah gizi utama (Gaki atau gangguan akibat kekurangan iudiom, Anemia gizi besi, Kurang Energi Protein, Kekurangan vitamin A).
4. Pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
Masalah lain yang juga berhubungan dengan peran serta Pondok Pesantern guna meningkatkan derajat kesahatan masyarakat Pondok Pesantern adalah tentang kesehatan lingkungan di Pondok Pesantren yang meliputi :
1. Lingkungan dan bangunan pondok Pesantren haruslah dalam keadaan bersih tersedia sarana sanitasi yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan., bangunan yang kukuh.
2. Tata Ruang, sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan.
3. Konstruksi bangunan sesuai dengan persyaratan kesehatan.
4. Kamar/ruang cukup untuk dihuni oleh santri dan sesuai dengan ketentuan kesehatan.
Keterlibatan Pondok Pesantren dalam hal kesehatan yang lain adalah tersedianya Pos Obat Desa (POD). Pos Obat Desa yang dimaksud adalah suatu tempat dimana masyarakat warga Pondok Pesantren yang sakit dapat dengan mudah memperoleh obat untuk mengobati santri dengan murah dan bermutu. Obat-pbat yang dipakai adalah obat-obat yang diperbolehkan yaitu sesuai dengan letentuan dari pihak kesehatan. Pengelola POD adalah kader yang telah dilatih yang berada di Pondok Pesantren.


PENUTUP

Dalam pembangunan nasional diperlukan sumber daya manusia yang bermutu. Salah satu upaya untuk memenuhi tuntutan itu adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pondok Pesantern adalah salah satu lembaga pendidikan yang melakukan kegiatan tersebut.
Peran Pondok Pesantern dalam hal ini meliputi keterlibatan dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Semua kegiatan didukung juga oleh sector terkait yaitu pihak kesehatan dan pihak lain yang ada hubungannya dengan Pondok Pesantren.
Keterlibatan Pondok Pesantren adalah salah bentuk kemandirian yang perlu terus dibina guna derajat kesehatan yang optimal merata disemua lapisan masyarakat termasuk warga pondok pesantren.
Hubungan yang baik antara Pondok Pesantren dan kesehatan didukung lintas sector lain merupakan kunci keberhasilan dari kemandirian Pondok Pesantren dalam bidang kesehatan.


Daftar Pustaka

Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI, 1998, Buku Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah Di Pondok Pesantren, Jakarta : Depkes RI

Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI, 1998, Buku Pedoman Pelaksanaan Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah Putus Sekolah Melalui Kelompok Dasawisma, Jakarta : Depkes RI

Pusat Promosi Depkes RI, 2005, Gaya Hidup Sehat Menurut Agama Islam, Jakarta : Depkes RI


Read More ..

Senin, 04 Mei 2009

PEMANTAUAN JENTIK NYAMUK DEMAN BERDARAH DENGUE

Oleh : Mahyuliansyah

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia (Depkes RI , 1992 ). Timbulnya mendadak dan banyak mengakibatkan kematian bagi penderitanya, sehingga tidak mengherankan bila adanya penyakit ini menimbulkan keresahan bagi masyarakat
Wabah pertama terjadi pada tahun 1780 – an secara bersama di Asia, Afrika dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950 –an dan hingga 1975. Penyakit DBD muncul pertama kali pada tahun 1953 di Filipina, di Indonesia dilaporkan pertama kali tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah kasus 58 orang, 24 dian taranya meninggal (CFR = 41,32).


Penyakit. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk
Sampai saat ini penyakit DBD belum ada vaksin pencegahnya dan obatnyapun juga masih diusahakan. Satu-satunya cara efektif adalah mencegah dan menanggulanginya dengan cara memberantas nyamuk penularnya.
Nyamuk Aedes Aeggepti berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Nyamuk ini mampu hidup pada ketinggian sampai 1000 m dari permukaa laut, suka hidup didaratan rendah yang berpenghuni padat. Dari telur hingga dewasa mencapai kurang lebih 12 hari. Menggigit pada pagi dan sore hari. Jarak terbang maksimal 100 m. Nyamuk jantan hidup mencapai 30 hari yang betina mencapai 3 bulan. Nyamuk jantan menghisap sari buah-buahan, naymuk betina menghisap darah manusia untuk mematangkan telurnya.
Setelah nyamuk betina menggigit orang sakit DBD, 7 hari kemudian virus DBD dalam tubuhnya telah matang dan siap ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya. Nyamuk betina infektif dapat menularkan virus DBD seumur hidupnya.
Untuk membunuh nyamuk DBD ini ada beberapa cara, yaitu secara mekanisme, biologis dan kimia. Pemberantasan nyamuk Demam Berdarah akan lebih efektif jika dilakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang dilakukan oleh petugas Puskesmas disemua desa non endemis sekaligus memberikan abate pada penampungan air yang ada jentiknya.. Peran serta mayarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk digerakkan lebih giat melalui penyuluhan-penyuluhan.
Keberadaan jentik Aedes aegypti di suatu daerah merupakan indikator terdapatnya populasi nyamuk Aedes aegypti di daerah tersebut. Untuk itu perlu dilakukan upaya Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB). Sebelum dilakukan PJB seorang petugas seharusnya mengenali apa itu telor, jentik dan kepompong dari naymuk aedes aegypti.
Telur
Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir, telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran + 0,80 mm. Telur ini di tempat yang kering dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu + 2 hari setelah terendam air.
Jentik
Jentik kecil yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjangnya 0 –1 cm. Jentik nyamuk Aedes aegypti selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong.
Kepompong
Bentuk seperti koma, gerakannya lamban, sering berada dipermukaan air. Setelah 1 – 2 hari akan menjadi nyamuk baru
Cara Melakukan Pemeriksaan Jentik
• Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya.
• Jika tidak tampak, tunggu + 0,5-1 menit, jika ada jentik, ia akan muncul kepermukaan air untuk bernafas
• Ditempat yang gelap gunakan senter
• Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng bekas/plastik, ban bekas, dll.
Jentik-jentik yang ditemukan ditempat-tempat penampungan ait yang tidak beralaskan tanah (Bak mandi/WC, drum, tempayan dan sampah-sampah/barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan) dapat dipastikan bahwa jentik tersebut adalah jentik nyamuk Aedes aegypti penular penyakit DBD.
Cara Mencatat Hasil Pemeriksaan Jentik
• Tulis nama desa/kelurahan yang akan dilakukan pemeriksaan jentik, dan tanggal pemeriksaan/survei
• Tulis nama keluarga dan alamatnya (RT/RW) pada kolom yang tersedia
• Hitung jumlah conteiner yg ada air, kemudian hitung yg terdapat jentik pd kolom yg telah ditentukan
• Hitung jumlah seluruh conteiner yang terdapat jentik pada kolom yang telah ditentukan
• Tulislah hal-hal yang perlu diterangkan pada kolom keterangan seperti : rumah/kavling kosong, penampungan air hujan, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (1992). Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue . Jakarta : Dirjen PPM dan PLP.

Depkes RI. (1992). Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta :Dirjen PPM dan PLP.

Depkes RI. (1996). Modul Latihan Kader Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue . Jakarta : Dirjen PPM dan PLP.

Read More ..