Jumat, 22 Januari 2010

TETANUS dan TETANUS NEONATORUM

Tetanus
Definisi
Penyakit infeksi dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.

Etiologi
Disebabkan eksotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman, yang menghambat neurotransmitter pada sinaps ganglion sambungan sum-sum tulang belakang dengan neuromuskuler (neuromuskuler junction) dan saraf otonom.
Etiologi
Clostridium Tetanii :
Kuman berbentuk batang
Gram positif
Berspora dengan ujung berbentuk genderang
Obligant anaerob dan menghasilkan eksotoksin
Etiologi
Tempat Masuk kuman/spora melalui :
Luka tusuk
Patah tulang
Gigitan binatang
Luka bakar luas
Luka operasi
Luka gigi
Pemotongan tali pusat tidak steril
Patogenesis
Spora masuk lewat luka ke dalam tubuh,
Pada lingkungan anaerobik akan berubah bentuk menjadi bentuk vegetatif serta menghasilkan eksotoksin yang menyebar lewat motor endplate dan aksis silindris saraf tepi ke kornu anterior sum-sum tulang belakang,
Menyebar ke seluruh saraf pusat.
Patogenesis
Toksin tersebut akan menimbulkan gangguan, enzim kolinesterase tidak aktif sehingga kadar asetilkolin menjadi tinggi dan blokade pada sinaps yang terkena, mengakibatkan tonus otot meningkat dan menimbulkan kekakuan.


Laboratorium

Tak ada yang spesifik, biakan kuman memerlukan prosedur khusus untuk kuman anaerobik dan mahal.
Gejala Klinis
Masa inkubasi 5 - 14 hari, terpendek 2 hari.
Demam ringan dengan gejala lain :
Trismus, risus sardonikus, opistotonus, otot dinding perut kaku seperti papan, kejang dan gangguan saraf otonom.
Gangguan irama jantung, suhu meningkat, berkeringat, kekakuan otot sfingter dan otot polos sehingga terjadi retensio urine, spasme laring dan gangguan otot pernafasan.

Gejala Klinis
Secara praktis Tetanus dapat dibagi menjadi :
1. Tetanus ringan
Trismus tanpa rangsang kejang.
2. Tetanus sedang
Kaku, tanpa kejang spontan, rangsang kejang positif.
3. Tetanus berat
Kaku, kejang spontan, rangsang kejang positif.


Komplikasi
Pada neonatus sering terjadi sepsis.
Pada anak sering terjadi :
Bronkopneumonia
Kekakuan otot laring dan pernafasan
Aspirasi
Fraktur kompresi
Prognosis
Tergantung pada :
Umur penderita
Masa inkubasi
Onset penyakit
Berat ringannya tetanus
Kecepatan pemberian ATS

Pencegahan

Perawatan luka, terutama luka kotor dan dalam
ATS profilaksis
Perawatan tali pusat (kebersihan persalinan)
Imunisasi aktif
Diagnosis

Berdasarkan Gejala klinis dan
Anamnesis yang teliti.
Diagnosis Banding
Bisa dengan :
Meningitis
Meningoensefalitis
Ensefalitis
Keracunan striknin
Rabies
Abses tonsilar
Mastoiditis
Penatalaksanaan
Umum
Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
Menjaga saluran nafas tetap bebas
Mengatasi kejang
Penatalaksanaan
Mengatasi Kejang :
Diazepam 0,1 – 0,3 mg/KgBB/kali tiap 2-4 jam IV (IntraVena) atau rectal.
Bila kejang berhenti dilanjutkan dengan dosis rumatan.
Bila klinis membaik dosis dipertahankan 3-5 hari kemudian.
Bila kejang tidak berhenti pertimbangkan dirawat di ICU.
Penatalaksanaan
… Mengatasi Kejang

Tetanus Berat
Diazepam 20 mg/KgBB/hari drip infus IV perlahan, dan dirawat di ICU.
Dosis pemeliharaan 8 mg/KgBB/hari, oral dibagi 6-8 dosis.
Penatalaksanaan
… Mengatasi Kejang

Perawatan luka dengan perhidrol 3% atau rivanol, perawatan tali pusat dengan steril, konsul gigi atau THT jika dicurigai sebagai tempat masuk.
Penatalaksanaan
Khusus
Antibiotik :
PP (Penicillin Prokain) 50 U/KgBB/hari IM tiap 12 jam selama 7-10 hari, atau
Ampicillin 150 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis.
Penatalaksanaan
… Khusus

Metronidazole loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap 6 jam, atau
Eritromisin 50 mg/KgBB/hari per oral dibagi 4 dosis.

Penatalaksanaan
… Khusus

Antiserum (ATS) 50.000 – 100.000 unit, separoh IV dan separohnya IM, didahului skin test.
Apabila tersedia Human Tetanus Imunoglobulin (HTIG) 3000-6000 IU, IM dapat diberikan.

Tetanus Neonatorum
Definisi

Penyakit yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan oleh kuman “Clostridium Tetanii”, yang masuk melalui luka tali pusat atau tempat lainnya karena tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.
Dasar Diagnosis
Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau atau tidak dapat menetek lagi (trismus).
Sebelumnya bayi menetek biasa.
Mulut mencucu seperti mulut ikan (kapermond), mudah sekali dan sering kejang disertai sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus.
Pengobatan
IVFD D5% + NaCl fisiologis (4 : 1) selama 48 – 72 jam sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya IVFD untuk memasukkan obat.
Diazepam dosis awal 2,5 mg IV perlahan-lahan selama 2-3 menit.
Dosis rumatan 8-10 mg/KgBB/hari melalui IVFD (Diazepam dimasukkan dalam cairan IV dan diganti tiap 6 jam).
Pengobatan
… Diazepam dosis awal …

Bila kejang masih timbul, boleh diberikan diazepam tambahan 2,5 mg secara IV perlahan-lahan dan dalam 24 jam boleh diberikan tambahan diazepam 5 mg/KgBB/hari sehingga dosis diazepam keseluruhan menjadi 15 mg/KgBB/hari.
Setelah klinis membaik, diazepam diberikan per oral dan diturunkan secara bertahap.
Pengobatan
ATS 10.000 UI/hari dan diberikan selama 2 hari berturut-turut.
Ampicillin 100 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis secara IV selama 10 hari.
Tali pusat dibersihkan dengan alkohol 70% atau betadine.
Pengobatan
Perhatikan jalan nafas, diuresis dan keadaan vital lainnya.
Bila banyak lendir jalan nafas dibersihkan dan perlu diberikan oksigen.

Pencegahan

Ibu hamil harus mendapat imunisasi TT (Tetanus Toxoid).
Diagnosa Keperawatan
Risiko terjadi cedera fisik b.d serangan kejang berulang.
Risiko jalan nafas tidak efektif b.d sekunder dari depresi pernafasan.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi sekret yang berlebih pada jalan nafas.
Diagnosa Keperawatan
Kurang pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya b.d keterbatasan informasi.
Peningkatan suhu tubuh b.d reaksi eksotoksin.

Sumber : Materi Kuliah Keperawatan Anak
STIKes Muhammaadiyah Banjarmasin 2009
dosen : Kamilah F Mustika, S.Kep.Ners


Tidak ada komentar:

Posting Komentar