Minggu, 28 Agustus 2011

SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN BERBASIS KOMPUTER SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI MENINGKATKAN PROFESIONALISME KEPERAWATAN


Oleh: Rr.Tutik Sri Hariyati, SKp., MARS

Seiring dengan globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan pengetahuan masyarakat membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya.

Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti secara profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan

Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap.
( Hariyati, RT., th 1999)

Saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak menyebutkan kurangnya dokumentasi juga disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa saja yang yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara mendokumentasi yang benar.( Hariyati, RT., 2002)

Kondisi tersebut di atas membuat perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian pada pelayanan kesehatan pada umumnya dan pelayanan keperawatan pada khususnya. Selain itu dengan tidak ada kontrol pendokumentasian yang benar maka pelayanan yang diberikan kepada pasien akan cenderung kurang baik, dan dapat merugikan pasien


Pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah sakit di Indonesia umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis. Pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia

Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering hilang. Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi asuhan keperawatan sering terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang lemah dan rentan terhadap gugatan hukum.

Di luar negri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian tidak lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah maju seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Dengan informasi yang berbasis dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama, lebih murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya data dapat dikurangi serta dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecil yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm . Sistem ini sering dikenal dengan Sistem informasi manjemen.


Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem Informasi mempunyai komponen- komponen yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier, dan rekanan. (Eko,I. 2001).

Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea & Cococran,1989)

Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) system informasi keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi , komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.

Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar negri sekitar tahun 1992, di mana pada bulan September 1992, sistem informasi diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan pasien. (Liaw, T.,1993).

Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem informasi kesehatan nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010(Reliable Health Information 2010 ). (Depkes, 2001). Pada Informasi kesehatan andal tersebut telah direncanakan untuk membangun system informasi di pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di masyarakat, namun pelaksanaannya belum optimal.

Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih sangat minim di rumah sakit Indonesia. Padahal sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari segi efisien, dan produktifitas.

Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biaya dari pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993). Selain itu dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman. Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan dapat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan bila harus mencari lembaran kertas yang bertumpuk di ruang penyimpanan.

Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa institusi kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokmuntasi keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi keperawatan.

Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer seyogyanya mengikuti prinsip-prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan standar pendokumentasian internasional seperti: ANA, NANDA,NIC (Nursing Interventions Classification, 2000).

Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan/Decision Support System dan Executive Information System.(Eko,I. 2001) Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur /BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khususnya dan riset kesehatan pada umumnya. (Udin,and Martin, 1997)

Sistem Informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Hal ini mengingat komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam keperawatan masih banyak kelemahannya.

Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.

Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di Indonesia, kemampuan sumber daya keperawatan, sumber dana, proses dan prosedur informasi serta penggunaan dan pemanfaatan bagi perawat dan tim kesehatan lain.

Bagaimana SIM keperawatan di Indonesia ? Sampai saat ini implementasi sistem informasi manajemen baik di rumah sakit maupun di masyarakat masih sangat minim, bahkan masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Namun seiring dengan perkembangan pengetahuan dan ilmu pengetahuan maka beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota lain sudah menerapkan system informasi keperawatan yang berbasis komputer.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia juga mempunyai kontribusi dalam pengembangan system informasi keperawatan. Fakultas ilmu keperawatan telah mempunyai soft-ware system informasi asuhan keperawatan dan system informasi dalam manajemen untuk manajer perawat. Media ini sangat berguna dalam menyokong proses pembelajaran yang menyiapkan peserta didik dalam menyongsong era globalisasi. Dengan mengikuti pembelajaran tersebut peserta didik diharapkan mampu bersaing , namun tentunya tak cukup hanya dalam proses proses pembelajaran di kuliah. Peserta didik harus terus belajar agar dapat mengikuti perkembangan ilmu dan tehnogi keperawatan. Bagaimana dengan anda, siapkah anda memasuki era tehnologi dan era globalisasi ?






PUSTAKA ACUAN

Carpenito. 1985. Nursing diagnosis application to clinical practice. J.B.
Lippincott Co.,. Philadephia .

Departemen Kesehatan. 2001. Kebijakan dan strategi Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional. Depkes. RI. Jakarta

Eko, I.R.2001. Manajemen Sistem Informasi dan Tehnologi Informasi.., Jakarta:
Kelompok Gramedia

Emiliana, 2003. Sistem informasi keperawatan berbasis komputer yang terintegrasi di
pelayanan kesehatan Sint Carolus, tidak dipublikasikan

Hafizurrachman, 2000. Sistem Informasi Manajemen di Rumah sakit dan
Pelayanan Kesehatan. Tidak dipublikasikan

Hariyati, S. T. 1999. Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat
dan karakteristik perawat terhadap kualitas dokuemntasi keperawatan di
RS.Bhakti Yudha, Tidak dipublikasikan

Kozier, E. 1990. Fundamentals of Nursing. Addison Wesley Co., Redwood City.

Liaw, T.1993. The Computer Based Patient Record: An Historical Perpective. Diambil
dari http:// www.hisavic.aus.net/hisa/mag/nov93/the.htm. di akses 8 April 2001

Lindqvist, R. &Sjoden, P. (1998). Coping strategies and quality of life among
patient on CAPD. Journal of Advanced Nursing

Mc. Closkey. J . 1996. Nursing interventions classivication. Mosby-Year book,
Daverport

Priharjo, R. 1995. Praktik keperawatan profesional konsep dasar dan hukum.
EGC, Jakarta.

Swanburg, Rc & Swanburg R.J .2000. Introduction management & leadership for nurse
manager. Boston: James & Bartleett Publisher.

Udin and Martin. 1997. Core data set: importance to health service research, outcomes
research, and policy research. Journal computer in nursing. Vol 15. no 2 p. 38-42,
Lippincott-Raven Publisher

Vestal, K (1995). Nursing Management Consept and Issues.2nd Philadelphia:J.B Lippinct
Company

Read More ..

Konsep Dasar Kehamilan Resiko Tinggi


a. Definisi
Faktor-faktor resiko dalam kehamilan yaitu sesuatu yang meningkatkan bahaya terhadap kesehatan. Ada faktor-faktor resiko tertentu dalam kehamilan. Anda harus mencari factor-faktor resiko tersebut pada wanita hamil dalam masyarakat anda. Beberapa diantaranya dapat membuat kehamilan lebih berbahaya ketimbang biasanya terhadap ibu dan bayi. (Heru,1995:67)
Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 1998:33).
Kehamilan resiko tinggi adalah (high risk pregnance) adalah kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. ( Mochtar,1992 ; 217).
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan atau janinnya mempunyai outcome yang buruk apabila di lakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal. (Manuaba,dkk; 2007:43).
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang di hadapi. (Manuaba,dkk; 2007:43).
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang disertai dengan faktor-faktor yang menaikkan kemungkinan terjadinya keguguran, kematian janin, persalinan prematuritas, retardasi perumbuhan intrauterin, penyakit janin atau neonatus, malformasi congenital, retardasi mental atau kecacatan (handicaps). (nelson: 2000;543)
Kehamilan resiko tinggi adalah terdapat perkiraan akan terjadi gangguan terhadap out-come pada ibunya atau janinnya sehingga memerlukan pengawwasan lebih intensif dan mungkin tindakan proaktif. Pengawasan dan tindakan proak tif ini sangat penting dengan tujuan memperkecil kesulitan komplikasi yang terjadi sehingga hasil mendekati well born babydan well mother. (Manuaba, 20017:6)



b. Faktor yang mempengaruhi kehamilan resiko tinggi
Menurut J.S Lesinski dalam buku manuaba ( 2001 :106) faktor yang mempengaruhi kehamilan risiko tinggi di kelempokkan berdasarkan waktu kapan faktor tersebut dapat mempengaruhi kehamilan.
Mengelompokkkan factor kehamilan dengan resiko tinggi berdasarkan waktu kapan factor tersebut dapat mempengaruhi kehamilan
a). Factor risiko tinggi yang bekerja selama hamil
(1). Factor genetika
• Penyakit keturunan yang sering terjadi pada keluarga tertentu, sehinggga perlu dilakukan pemeriksaan sebelum hamil
• Bila terjadi kehmailan, maka perlu dilakukan pemeriksaan kelainan bawaan.
(2). Factor lingkunagn
Diperhitungkan factor pendidikan dan social ekonomi, kedua factor ini menimbulakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim mempengaruhi cara pemilihan tempat dan penolong persalinan, sehingga dapat menimbulkan resiko saat persalinan atau saat hamil.
b). Factor risiko tinggi yang bekerja selama hamil
Perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim berhubungan aksis fetoplasental dan sirkulasi retroplasenta merupakan satu kesatuan. Bila terjadi ganguan atau kegagalan salah satu akan menimbulkan risiko terhadap ibu maupun janin.
(1). Faktor keadaan umum menjelang kehamilan
(2). Kebiasaan ibu (merokok, alkohol, kecanduan obat)
(3). Faktor penyakit yang mempengaruhi kehamilan (hipertensi, gestosis-toksemia gravidarum)
c). Faktor risiko yang bekerja saat persalinan
(1). Sebagai akibat mekanis dalam hubungan 3P.
• Kelainan letak: sungsang atau lintang
• Malpresentasi
• Ketuban pecah didi
• Distress janin
• Perdarahan antepartum
• Grandemultipara
(2). Factor nonmekanis
(a). Pengaruh obat analgesic atau sedative
(b). Penyakit ibu yang menyertai kehamilan
d). Factor yang bekerja langsung pada neonatus
(1). Sindrom distress pernafasan
(a). Asfiksia neonatorum
(b). Aspirasi air ketubab atau mekonium
(2). Faktor umu hamil yang mengganggu neonatus
(a). Prematuritas
(b). Neonatus dengan termoregulator premature
(c). Bayi kecil cukup bulan (berat bayi lahir rendah,. Gangguan mengisap dan menelan, hipofibrinogemia, gangguan congenital)
(3). Penyakit ibu
(a). Hipertensi
(b). Diabetes melitus
(c). Jantung
(d). Paru-paru
(e). Hepar.
(f). Pertumbuhan intrauterin
(g). Perdarahan antepartum
(h). Infeksi intrauterin
(i). Gangguan pertumbuhan jiwa atau neurologis
(j). Toksemia (gestosis)
(k). Kelainan kongenital (hidrosefalus, anasefalus, kembar siam)

c. Penilaian faktor resiko kehamilan
Dalam menentukan adanya faktor resiko ada 2 cara yaitu:
1). Cara Kriteria
Puji Rochjati (2005) mengemukakan batasan faktor resiko pada ibu hamil ada 3 kelompok yaitu:
a). Kelompok Faktor resiko I (Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO), Seperti Primipara muda terlalu muda umur kurang dari 16 tahun, primi tua, terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih, primi tua sekunder, terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih, anak terkecil < 2 tahun, grande multi, hamil umur 35 tahun atau lebih,Tinggi badan kurang dari 145 cm, Riwayat persalinan yang buruk, Pernah keguguran,Pernah persalinaan premature, Riwayat persalinan dengan tindakan (VE, ekstraksi forcep, opersi S.C)
Deteksi ibu hamil beresiko oleh kader yang bisa di lakukan pada deteksi faktor resiko ibu hamil kelompok I yaitu Ada potensi Gawat Obstetri (APGO) artinya adalah masalah kehamilan yang perlu diwaspadai. Deteksi ibu hamil beresiko kelempok I ini dapat ditemukan dengan mudah oleh petugas kesehatan khususnya kader melalui pemeriksaan sederhana yaitu wawancara dan periksa pandang pada kehamilan muda atau pada saat kontak.
b). Kelompok Faktor Resiko II ( Ada Gawat Obstetri / AGO), Ibu hamil dengan penyakit, Pre-eklamsia- eklamsia, hamil kembar atau gameli, kembar air atau hidramnion, bayi mati dalam kandungan, , Kehamilan dengan kelainan letak,hamil lewat bulan..
Pada kelempok faktor resiko II, tenaga non kesehatan khususnya kader hanya dapat menduga adanya faktor resiko pada ibu hamil untuk mendapatkan kepastiannya dilakukan rujukan ke bidan atau puskesmas terdekat. Ada kemungkinan masih membutuhkan pemeriksaan dengan alat yang lebih canggih (USG) oleh dokter Spesialis di RS.
c). Kelompok Faktor Resiko II ( Ada Gawat Obstetri / AGO), Perdarahan sebelum bayi lahir dan pre eklamsia berat atau eklampsia. Pada kelempok faktor resiko III, ini harus segera di rujuk ke rumah sakit sebelum kondisi ibu dan janin bertambah buruk/jelek yang membutuhkan penanganan dan tindakan pada waktu itu juga dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya yang terancam, pertolongan yang dapat diberikan tenaga non kesehatan (kader) antara lain : melaporkan ke bidan atau ke puskesmas terdekat, memberikan KIE pad ibu dan keluarga untuk segera dirujuk ke rumah sakit.

2). Cara skor
Menurut Rochati (2003), kartu SKOR digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga yang mempunai 5 fungsi yaitu :
(a). Melakukan skrining antenatal atau deteksi dini resiko tinggi ibu hamil.
(b). Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.
(c). Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.
(d). Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman dan terencana.
(e). Validasi data mengenai perawatanPuji Rochjati membagi faktor kehamilan risiko tinggi berdasarkan kelompok faktor risiko dengan menggunakan scor.

Berdasarkan jumlah skor faktor resiko kehamilan di bagi menjadi 3 kel ( Depkes; 2007)
(a). Kehamilan resiko rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 kehamilan tanpa masalah atau faktor resiko, fisiologis dan kemungkinan besar di ikuti oleh persalinan normal dengan ibu sehat.
(b). Kehamilan Resiko tinggi (KRT) dengan jumlsh skor 6-10.
(c). Kehamilan Resiko tinggi (KRT) dengan jumlsh skor 6-10


SKRINING/DETEKSI DINI IBU RISIKO TINGGI OLEH
PKK DAN PETUGAS KESEHATAN
Nama : Alamat :
Umur ibu : Kec/Kab :
Pendidikan : Pekerjaan :
Hamil ke....... Haid Terakhir:........Perkiraan tgl: ................bl
Periksa I
Umur kehamilan : ..... bulan

I II III IV
KEL F-R NO Masalah/faktor Risiko Skor Tanggal Periksa
Skor Awal Ibu Hamil 2 2 2 2 2 2 2 2 2
I 1 Terlalu muda, hamil pertama ≤ 16 tahun 4
2 a.Terlalu tua, hamil pertama ≥ 35 th 4
b.Terlalu lambat hamil pertama ≥ 41 th 4
3 Terlalu lama hamil lagi (≥ 10 th) 4
4 Terlalu cepat hamil lagi (≤ 2 th) 4
5 Terlalu banyak punya anak, 4/lebih 4
6 Terlalu tua, umur ≥ 35 tahun 4
7 Terlalu pendek ≤ 145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
9 Pernah melahirkan dengan :
a. Tarikan tang/vakum 4
b. Uri di rogoh 4
c. Diberi infus/tansfusi 4
10 Pernah operasi sesar 4
II 11 Penyakit pada ibu hamil :
a. Kurang darah 4
b. Malaria 4
c. TBC 4
d. Payah Jantung 4
e. Kencing manis (Diabetes) 4
12 Bengkak pada muka/tungkai (tekanan darah tinggi)- PER 4
13 Hamil kembar 2 atau lebih 4
14 Hamil kembar air (Hidramnion) 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 4
18 Letak lintang 4
III 19 Perdarahan waktu hamil ini 4
20 Pre-eklampsi berat/kejang-kejang 4
Jumlah skor

a). Cara pencatatan
Berisi nilai skor awal 2 untuk semua ibu hamil. Skor untuk masing-masing faktor risiko adalah 4 atau 8. untuk pemberian dan pencatatan skor dari faktor risiko yang ditemukan pada tiap kontak dengan ibu hamil atau petugas kesehatan.
b). Pengelompokkan Risiko
Pada tiap kontak, jumlah skor di hitung. Jumlah skor 2. 6-10 dan 12 atau lebih. Berdasarkan jumlah skor, ibu hamil dapat ditentukan 3 kelompok risiko
 Kehamilan dengan jumlah skor 2 termasuk kehamilan risiko rendah dengan periksa kehamilan bidan, rujukan kehamilan tidak di rujuk, tempat persalinan rumah ibu hamil atau polindes dan penolong bidan.
 Kehamilan dengan jumlah skor 6-10 termasuk kehamilan risiko tinggi dengan periksa kehamilan bidan atau dokter, rujukan kehamilan bidan atau puskesmas, temapat persalinan rumah, polindes, rumah sakit, penolong bidan.
 Kehamilan dengan jumlah skor > 12 termasuk kehamilan risiko sangat tinggi dengan periksa kehamilan ke dokter, rujukan kehamilan rumah sakit dan penolong persalinan dokter.
Penggunaan sistem scoring cukup cepat, sederhana dan mudah untuk digunakan secara rutin dalam melakukan skrining antenatal. Sistem ini dalam pelayanan kesehatan ibu dapat membantu melakukan identifikasi adanya kasus kehamilan risiko tinggi untuk mendapatkan perhatian lebih khusus. Skor digunakan sebagai sarana KIE yang mudah diterima, di ingat, di mengerti sebagai ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan untuk rujukan, sehingga berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi ke RS untuk mendapatkan penanganan yang intensif. Lebih tinggi jumlah skor di butuhkan kritis penilaian atau pertimbangan klinis pada ibu risiko tinggi dan lebih intensif penanganannya.



PENYULUHAN KEHAMILAN / PERSALINAN AMAN-RUJUKAN TERENCANA
KEHAMILAN PERSALINAN DENGAN RISIKO
Jml
Skor Kel
Resiko Perawatan Rujukan Tempat Penolong
RDB RDR RTW
2 KRR Bidan Tidak di rujuk Rumah
Polindes Bidan
6-10 KRT Bidan/
Doktrer Bidan PKM Polondes/PKM/RS Bidan
Dokter
≥ 12 KRST Dokter RS RS Dokter

d. Penanganan
Untuk menghadapi kehamilan atau janin risiko tinggi harus di ambil sikap proaktif, dan berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai pada waktunya harus di amnil sikap tepat dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya atau hanya di pilih ibunya saja.
1). Penegakan diagnosis kehamilan dan janin dengan risiko tinggi adalah:
a). Melakukan anamnesis yang intensif (baik)
b). Melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
(1). Pemeriksaan laboratorium
(2). Pemeriksaan rontgen.
(3). Pemeriksaan USG
(4). Pemeriksaan lab yang di anggap perlu
2). Berdasarkan waktu, keadaan risiko tinggi ditetapkan pada :
a). Menjelang kehamilan
b). Saat hamil muda
c). Saat hamil pertengahan
d). Saat trimester III
e). Saat persalinan/pasca partus.
3). Pengawasan antenatal bertujuan untuk menegakkan secara dini resiko tinggi.
a). Apakah kehamilan berjalan dengan baik
b). Apakah terjadi kelainan bawaan pada janin
c). Bagaimana fungsi plasenta untuk tumbuh kembang janin
d). Apakah terjadi penyulit pada kehamilan
e). Apakah terdapat penyakit ibu yang membahayakan janin
f). Jika diperlukan terminasi kehamilan
(1). Apakah terminasi untuk menyelamatkan ibu
(2). Apakah janin dapat hidup di luar kandungan
(3). Bagaimana tehnik terminasi kehamilan sehingga tidak menambah penyulit ibu atau janin.
g). Kesanggupan memberikan pertolongan persalinan dengan memperhitungkan :
(1). Tempat pertolongan itu dilakukan
(2). Persiapan alat yang diperlukan untuk tindakan
(3). Kemampuan diri sendiri untuk melakukan tindakan
h). Sikap yang akan di ambil menghadapi kehamilan adalah:
(1). Kehamilan dengan resiko rendah dapat di tolong di tempat
(2). Kehamilan dengan resiko tinggi meragukan perlu pengawasan intensif
(3). Kehamilan dengan resiko tinggi perlu di rujuk.

4). Pengawasan antenatal untuk mengetahui secara dini keadaan risiko tinggi pada ibu dan janin dapat:
(1). Melakukan pengawasan yang lebih intensif
(2). Memberikan pengobatan sehingga ririko dapat dikendalikan
(3). Melakukan rujukan mendapatkan tindakan yang adekuat
(4). Segera merujuk untuk mendapatkan tindakan yang adekuat
(5). Segera melakukan terminasi kehamilan

5). Wanita akan mengalami risiko kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan paling kecil jika.
a). Menunda saat mulai berkeluarga hingga mereka mencapai umur paling sedikit 20 tahun.
b). Mempunyai anak tidak lebih dari empat.
c). Jarak kelahiran paling tidak 2 tahun.
d). Tidak mempunyai anak lagi setelah berumur 35 tahun. (Erica,1994:191)

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Depertemen Kesehatan RI.
Manuaba, IBG, dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. EGC
Manuaba. IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Bidan. Jakarta. ECG
Manuaba, IBG. 2007. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta. EGC
Royston, Erica, 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Jakarta. Binarupa Aksara.

Rochjati, Poedji. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya. Airlangga Universitas Press.
Wiknjosastro, H, 2005. Ilmu Kebidanan.. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

Meuthia. Ino, 2008 kehamilan resiko tinggi http/www.medicaltrol.com

Read More ..

LAPORAN KEGIATAN STUDY BANDING TIM KATARAK PT.ADARO INDONESIA KE RS MATA UNDAAN SURABAYA


A. PENDAHULUAN
Kegiatan study banding Tim katarak PT.Adaro Indonesia pada RS Mata Undaan Surabaya merupakan suatu bentuk kegiatan penambahan wawasan pengetahuan dengan melihat kesuatu tempat atau lokasi yang mempunyai kegiatan penanganan perawatan serta pelayanan medis mata yang lebih moder guna diambil manfatnya untuk meningkatkan mutu dan kemampuan petugas dalam melayani klien yang dilakukan pada tempat asal yaitu dalam kegiatan opersional Tim Katarak PT Adaro Indonesia di Kalimantan Selatan.
Pelaksanaan kegiatan study banding dimulai sejak tanggal 3 Pebruari 2010 sampai dengan 6 Pebruari 2010 yang dikuti 4 orang paramedic dan 1 orang tenga administrasi.





B. TENTANG RS MATA UNDAAN
SEJARAH (PERJALANAN EKSISTENSI) RS MATA UNDAAN
15 Oktober 1915
Atas prakarsa dr. A. Deutman lahirlah perhimpunan yang mengelola pengobatan mata untuk pribumi yang tidak mampu. Diketuai oleh dr. JF. Terburgh, seluruh kegiatan dilakukan di sebuah rumah yang sekarang menjadi Panti Werda Jl Undaan Kulon.

Nopember 1932
Dimulai pembangunan gedung Rumah Sakit Mata Undaan tepat bersebelahan dengan gedung Panti Werda.

29 April 1933
Rumah Sakit Mata Undaan pertama kali dibuka untuk umum di bawah pimpinan dr. A. Deutman sebagai Direktur hingga 1942.

1942-1946
Pada masa pendudukan Jepang semua kegiatan terhenti, karena situasi keamanan yang tidak memungkinkan.

8 Januari 1946
Rumah Sakit Mata Undaan kembali dibuka untuk umum, dipimpin oleh dr. IH. Go, keturunan Cina berkewarganegaraan Belanda. Beliau dibantu oleh dr. J. Ten Doesschate, seorang dokter wanita dari Belanda yang datang pada 1947.

Tahun 1950
Dengan diberhentikannya bantuan dana pemerintah, maka pengelolaan rumahs akit diambil alih Perhimpunan Perawatan Penderita Penyakit Mata atau P4M yang merupakan nama baru dari perhimpunan yang lama.

Tahun 1968
dr. J. Ten Doesschatt kembali ke Belanda, sejak itu pengelolaan Rumnah Sakit Mata Undaan seluruhnya dilakukan oleh putra Indonesia di bawah pimpinan dr. Moh. Basuki, SpM. Pada saat itu Fakultas Kedokteran Unair sudah mulai menghasilkan dokter mata dan mulailah dikembangkan kerjasama dengan dimanfaatkannya fasilitas Rumah Sakit Mata Undaan sebagai salah satu Teaching Hospital hingga sekarang.

Desember 1994
dr. Moh. Basuki telah memasuki masa pensiun dan digantikan oleh dr. Moch. Badri, SpM sebagai Direktur RS Mata Undaan.

Tahun 1998
Rumah Sakit Mata Undaan mendapat setifikat AKREDITASI PENUH. Dengan demikian standar pelayanan yang dilaksanakan telah memenuhi standar rumah sakit bermutu.

Sampai tahun 2008
Menghadapi tantangan era globalisasi, RS Mata Undaan telah mampu melaksanakan pelayanan kesehatan mata tertier atau paripurna dengan membuka klinik subspesialisasi yang didukung oleh sebelas dokter spesialis mata yang berpengalaman dan ahli di bidangnya.
FISI MISI DAN TUJUAN RUMAH SAKIT MATA UNDAAN
a) Visi
Menjadi pilihan utama masyarakat dalam pelayanan kesehatan mata
b) Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan mata melebihi harap pasien dengan harga terjangkau
b. Membentuk SDM Rumah Sakit yang profesional, menguasai teknologi yang memedai, produktif, pembelajar, berintegritas, berkomitmen tinggi dan penuh dengan gagasan baru
c. Senantiasa melakukan penelitian guna meningkatkan dan mengembangkan pelayanan dan sumber daya organisasi
d. Turut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kwalitas pendidikan kesehatan mata
e. Membentuk Rumah Sakit yang ramah lingkungan
f. Peduli pada kesehatan mata masyarakat kurang mampu
c) Tujuan
1. Meraih kepercayaan masyarakat melalui upaya pelayanan kesehatan yang profesional, berintegritas tinggi, efektif, efisien dan melebihi kepuasan pelangan
2. Memiliki SDM yang berkualitas
FASILITAS
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang bermutu dan profesional RS Mata Undaan telah melakukan peremajaan baik fasilitas gedung, peralatan medis dan non medis serta peningkatan mutu SDM.
• Klinik Subspesialis dan penunjang diagnostik canggih. Berada di lantai 1 gedung baru dengan lobby dan ruang tunggu yang luas dan nyaman, dilengkapi apotik, optik dan mini cafetaria.
• Di lantai 2 terdapat ruang rawat inap Super VIP, VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III dengan ruang pemeriksaan paska operasi. Lantai 3 dipersiapkan untuk pengembangan ruang rawat sehari (One Day Care).
• Enam kamar operasi, masing-masing dengan mikroskop operasi, mesin phacoemulsifikasi dan CCTV serta ruang pemulihan, melayani tidak kurang dari 50 operasi besar dan kecil setiap hari.
• Ruang administrasi, perpustakaan dan manajemen terletak di lantai 2 dan ruang pertemuan di lantai 3 yang dilengkapi dengan CCTV dari kamar operasi untuk demo live surgery dan teaching.
• Pelayanan Poliklinik dengan 4 Slitlamp biomikroskop dan Automatic Refrakto Keratometri tetap menempati gedung lama. Berdekatan dengan ruang praktek dokter spesialis THT dan dokter spesialis jantung/penyakit dalam sebagai konsultan.
• Pelayanan 24 Jam dibuka untuk melayani keadaan darurat mata (UGD) tiap hari, sekalipun hari libur.

PELAYANAN MEDIS
Sebagai pusat rujukan di Indonesia Timur, RS Mata Undaan memberikan pelayanan pemeriksaan, penunjang diagnostik dan penanganan, baik medik, bedah, dan bedah laser. Tim dokter spesialis mata yang berpengalaman di bidangnya memberikan pelayanan kesehatan mata tingkat 3 (tertier) di bidang Katarak, Glaukoma, Kornea dan Penyakit Infeksi, Onkologi, Okulaplasti-Rekonstruksi, Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus, Vitreo Retina, Bedah Refraksi.

Katarak dan Fakoemulsifikasi
Operasi katarak tanpa jahitan dengan teknik fakoemulsifikasi terkini ("ozyl") sudah menjadi prosedur rutin. Sayatan yang diperlukan hanya 3 mm, dipasang lensa tanam (implant), tidak perlu suntikan anestesi, cukup dengan ditetesi saja. Waktu pemulihan cepat, tidak perlu rawat inap (One Day Care) dan hampir tidak ada pembatasan aktifitas penderita.
Tidak semua katarak bisa dikerjakan dengan fakoemulsifikasi, pada kasus tertentu bedah konvensional dengan sayatan kecil (SICS) dan ECCE masih dikerjakan. Tersedia juga fasilitas YAG Laser untuk mengatasi katarak sekunder.

Glaukoma
Penting! Deteksi dini glaukoma dapat mencegah kebutaan permanen. Pemeriksaan tekanan bolamata tanpa sentuh (Non Contact Tonometri), Goldmann Aplanasi, pemeriksaan syaraf optik dengan Optical Coherence Tomography (OCT) dan evaluasi lapang pandang dengan Automatic Humphrey Visual Field Analyser (HFA) dapat dilakukan setiap saat diperlukan. Alat ini juga membantu diagnosa dan analisa progresifitas penyakit pada kasus Neurooptalmologi. Bahkan tidak sedikit adanya tumor atau kelainan lain di otak dapat terdeteksi dengan alat ini.
Fasilitas bedah laser untuk pengobatan glaukoma juga tersedia Laser Trabekuloplasty, Laser Iridotomi, dan Laser Iridoplasty hanya dalam hitungan menit, tanpa pisau tanpa rasa apapun.

Onkologi, Okuloplasti dan Rekonstruksi
Bidang onkologi, rekonstruksi, dan okuloplasti mata juga menjadi bagian layanan RS Mata Undaan. Kelainan kelopak mata, gangguan saluran air mata untuk tujuan kosmetik maupun rekonstruksi karena kelainan bawaan, paska trauma atau penyakit tumor dan keganasan pada mata, mampu ditangani dengan baik.

Vitreo Retina
Pengobatan penyakit retina akibat komplikasi kencing manis, proses penuaan, bayi prematur, robekan atau lepasnya retina akibat myopia atau trauma dengan teknologi laser telah mampu dilakukan. Bedah Vitreo Retina dengan Endo Laser Photocoagulasi, bahkan penggunaan Photo Dynamic Theraphy (PDT) pada ARMD (Age Related Mocular Degeneration), Injeksi Anti VEGF Intravitreal sudah menjadi hal rutin yang banyak dikerjakan oleh tim bedah Vitreo Retina.
Untuk penunjang diagnostik yang lebih akurat Fundus Fluorescent Angiography (FFA) dengan teknologi imaging serta Optical Coherence Tomography (OCT) terbaru yang mampu mendeteksi kerusakan retina lapis demi lapis.

Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus
Memberikan pelayanan masalah mata pada anak-anak. Pemeriksaan Diagnostik dan penanganan strabismus (juling) pada anak-anak maupun dewasa dengan pembedahan atau non-bedah diberikan secara komprehensif.

Bedah Refraksi
Bekerjasama dengan beberapa dokter spesialis mata Surabaya, pada awal 2004 RS Mata Undaan mendirikan Surabaya Advance LASIK Centre (SALC). Dengan mesin Laser generasi terakhir Star S.4 dengan teknologi Wavefront dari VISX, mampu melakukan Conventional LASIK, Wavefront Guided LASIK (Custom Vue Lasik). Tissue Saving Lasik dan Custom Vue Surface Ablation (PRK).
Bedah refraksi lain; Refractive Lens Exchange (RLE); Phacic IOL juga menjadi bagian layanan bagi mereka penderita myopia, hypermetropia, dan astigmatism yang ingin bebas dari kaca mata atau lensa kontak.
TARIF RAWAT INAP RS.MATA UNDAAN
KELAS SUPER VIP Rp. 750.000,-
Fasilitas :
• 1 buah tempat tidur pasien (elektrik) dan 1 buah tempat tidur penunggu
• 1 set meja makan
• 1 unit sofa
• 1 unit TV berwarna
• 1 unit intercom
• 1 unit lemari TV
• 1 unit lemari
• 1 unit AC
• Kamar mandi / WC didalam
• Air Panas
• Kulkas

KELAS VIP Rp. 600.00,-
Fasilitas :
• 1 buah tempat tidur pasien (elektrik) dan 1 buah tempat tidur penunggu
• 1 unit sofa
• 1 unit TV berwarna
• 1 unit intercom
• 1 unit lemari TV
• 1 unit lemari
• 1 unit AC
• Kamar mandi / WC didalam
• Air Panas

KELAS I Rp. 500.000,-
Fasilitas :
• 1 buah tempat tidur pasien dan 1 buah sofa
• 1 unit TV berwarna
• 1 unit lemari
• 1 unit AC
• Kamar mandi / WC didalam
• Air panas

KELAS II Rp. 250.000,-
Fasilitas :
• 1 buah tempat tidur dan 1 buah kursi
• 1 Unit Lemari
• 1 Unit AC
• Kamar Mandi / WC didalam
KELAS III A / One Day Care ( ± 2 Jam ) Rp. 150.000,-
Fasilitas :
• 1 Buah Tempat Tidur Pasien
• 1 Unit Lemari
• 1 Unit AC
• Kamar Mandi / WC didalam

KELAS III Rp. 80.000,-
Fasilitas :
• 1 Buah Tempat Tidur Pasien
• 1 Lemari Kecil
• Kamar Mandi / WC diluar

PELAYANAN & TARIF RAWAT JALAN RS.MATA UNDAAN
Jenis Rawat Jalan Jam Peraktek Tarif
Poliklinik Senin - Kamis : 07.00 - 11.30 WIB Rp. 30.000,-
Senin - Kamis : 11.30 - 13.00 WIB Rp.50.000,-
Jum'at : 07.00 - 11.00 WIB Rp.30.000,-
Sabtu : 07.00 - 12.00 WIB Rp.30.000,-

VIP / RJK Senin - Kamis : 07.00 - 12.30 WIB Rp.125.000,-
Jum'at - Sabtu : 07.00 - 11.00 WIB Rp.125.000,-

IGD / Pasien Pribadi Senin - Kamis : 12.30 - 16.00 WIB Rp.115.000,-
Jum'at - Sabtu : 11.00 - 16.00 WIB Rp.115.000,-

Konsultasi Senin - Kamis : 07.00 - 12.30 WIB Rp.125.000,-
Jum'at - Sabtu : 07.00 - 11.00 WIB Rp.125.000,-

Pasien Khusus Senin - Sabtu : 16.00 - 20.00 WIB Rp.125.000,-

C. HASIL KEGIATAN STUDY BANDING
1. Diperoleh Protap bagaimana memutung bulu mata sebelum operasi
2. Diperoleh Protap perawatan
3. Diperoleh keterampilan menggunakan alat biometri
4. Diperoleh keterampilan menggunakan alat refaksi mata.
Protap-protaf terlampir


D. PENUTUP
Demekian laporan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan dapat bermanfaat bagi semua.

Read More ..

LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN PHBS PUSKESMAS AMUNTAI SELATAN TAHUN 2010


A. Pendahuluan
Sehat adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri, sebab dengan kesehatan segalanya akan tampak indah tanpa kesehatan segalanya akan sia-sia. Kondisi sehat dapat dicapai bila mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga, tempat kerja, tempat-tempat umum, intitusi kesehatan dan sekolah.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang / keluarga atau suatu institusi dan masyarakat dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Dalam rangka penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat maka diperlukan suatu kegiatan yang menunjang perubahan perilaku dari yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas Amuntai Selatan adalah Survey / Pementauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat.

B. Tujuan
Secara umum tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini adalah diketahuinya indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang sudah terlaksana di masyarakat / sasaran survey. Selain itu terlaksana upaya promosi kesehatan/penyuluhan tentang PHBS tersebut.


C. Sasaran
1. Tatanan Rumah Tangga Tingkat Desa : Desa Keramat Kec.Amuntai Selatan
2. Tempat-Tempat Umum : Mesjid Al Mu’awwanah Desa Mamar dan Mesjid Rasyidiyah Desa Telaga Selaba Kec.Amuntai Selatan.
3. Tatanan Sekolah : SDN Telaga Selaba dan MTsN Amuntai Selatan Kec.Amuntai Selatan
4. Tempat Kerja :
- Kantor Pemerintahan Kec.Amuntai Selatan
- Kantor KUA Kec. Amuntai Selatan
- Kantor UPT Diknas Kec.Amuntai Selatan
- Kantor UPT Balai Penyuluhan Kec. Amt. Selatan
- Kantor BPR Kec.Amuntai Selatan
5. Institusi Kesehatan : Pustu Panyiuran dan Pustu Jumba Kec. Amuntai Selatan

D. Waktu Pelaksanaan

1. Survey PHBS Tatanan Sekolah : 10 dan 21 Januari 2010
2. Survey PHBS Tatanan Rumah Tangga tingkat desa : 8 Pebrauari 2010
3. Survey PHBS Tempat-tempat Umum : 15, 16 8ebruari 2010
4. Survey PHBS Tempat Kerja : 8 - 12 Maret 2010
5. Survey PHBS Institusi Kesehatan : 15, 16 Maret 2010

E. Petugas
Petugas yang melaksanakan survey adalah petugas yang pernah dilatih pelaksanaan kegiatan Survey PHBS. Untuk Puskesmas Amuntai Selatan adalah :
1. Dina Mariani
2. Jamilah


F. Hasil Survey

1. Tatanan Rumah Tangga
Permasalahan yang muncul dari hasil pemantauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di desa Keramat Kecamatan Amuntai Selatan adalah :
a. ASI Eksklusif : 38 %
b. Tidak Merokok : 52,38 %
c. Jamban Sehat : 67,14 %
d. Air Bersih : 73,33 %
e. Aktivitas fisik/olah raga : 79,05 %
f. Makan Buah dan sayur : 84,76 %
g. Cuci tangan pakai sabun : 93,81 %
h. Persalinan, Menimbang bayi , memberantas jentik :100 %

Klasifikasi PHBS tingkat rumah tangga terdiri dari :
a. Klasifikasi I : 9,05 %
b. Klasifikasi II : 44,8 %
c. Klasifikasi III : 39 %
d. Klasifikasi IV : 7,14 %

Klasifikasi PHBS tingkat desa berada pada klasifikasi desa I yaitu dari pemantauan 210 kk di desa keramat yang memenuhi ketentuan kriteria PHBS sebagian besar hanya memilih 4 – 6 dari 10 kriteria PHBS yang dilakukan pemantauannya atau , 25 % KK mencapai klasifikasi IV.

2. Tempat-tempat Umum
Dari 6 kriteria indikator PHBS yang dipantau Mesjid Al Mu’awwanah desa Mamar tidak didapati adanya tempat sampah, sedangkan Mesjid Rasyidiyah Desa Telaga Selaba memenuhi ke 6 kriteria tersebut.

3. Tatanan Sekolah
Dari kedua sekolah yang dilakukan Survey PHBS tidak ditemukan adanya kantin sekolah dan tidak melaksanakan kegiatan penimbangan setiap 6 bulan sekali. Untuk 8 indikator yang di survey hanya 6 indikator terpenuhi.

4. Tempat Kerja
Permasalahan yang ditemukan :
Kantor Kec. Amuntai Selatan tidak mempunyai kantin sendiri dan merokok ditempat kerja
Kantor KUA Tidak Mempunyai Jamban Sehat dan sarana air bersih dan kantin sendiri
Kantor UPT Diknas Kec.Amuntai Selatan tidak mempunyaikantin sendiri
Kantor UPT Balai Penyuluhan Pertanian Kec.Amuntai Selatan Tidak mempunyai jamban , tidak mempunyaikantin sendiri
Dari ke lima tempat kerja hanya kantor BPR kecamatan Amuntai Selatan yang memenuhi 8 indikator PHBS yang di pantau.

5. Institusi Kesehatan
Tidak ditemukan permasalahan pada ke dua institusi kesehatan yang dilakukan
pemantauan


I. Penutup

Demikian laporan kegiatan pemantauan dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Read More ..

Narkoba Menghancurkan Cita-cita Generasi Muda Indonesia

M.Yamani,SKM
a. Latar Belakang
Ditinjau dari sisi dan sudut mana pun penyalahgunaan Narkoba oleh Masyarakat terutama remaja akan berdampak negatif, baik dari segi keperibadian, keluarga, pergaulan dan lingkungan dalam hal ini masyarakat secara umum akan merasakan dampak akibat dari penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja. Di Indonesia sendiri berdasarkan dari data BNN tercatat hingga tahun 2010 sudah lebih dari 30jt masyarakat Indonesia menggunakan narkoba dan parahnya lagi 70% dari pengguna narkoba itu adalah para remaja.
Yang tidak kalah pentingnya tentang penyalahgunaan narkoba ini adalah bermunculannya penyakit-penyakit yang sangat berbahaya baik yang menyerang system saraf maupun organ tubuh kita. Dan salah satu penyakit yang muncul akibat dari penyalahgunaan narkoba yang hingga saat ini belum ada obatnya adalah HIV/AIDS, dimana dari data direktorat kesehatan jiwa masyarakat menyatakan bahwa 10% - 40% penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan jarum suntik bergantian positif mengidap penyakit HIV/AIDS.
Di Amuntai sendiri khususnya di Kecamatan Amuntai Selatan ada indikasi baik dari para orang tua maupun remaja terjadi penyalahgunaan narkoba dengan cara mengoplos atau mencampun minuman energi dengan alkohol maupun obat-obatan yang dalam bahasa kampong sering disebut molek. Hal ini dapat memabukkan atau membahayakan bagi kesehatan serta dapat menyebabkan kematian bagi yang menggunakannya.
Bertolak dari data yang ada maka kami dari tim promosi kesehatan puskesmas amuntai selatan berinisiatif untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba kepada para pelajar SLTP/MTs dan SLTA/MA sekecamatan amuntai selatan yang bekerja sama dengan polsek amuntai selatan untuk menyampaikan betapa bahayanya narkoba bagi mereka, baik dari segi kesehatan dan juga dari aspek hukum.

b. Tujuan Kegiatan
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang narkoba baik bahayanya dari segi kesehatan maupun dari segi hukum sehingga pelajar dapat menyampaikan atau memberikan informasi baik kepada keluarganya, teman sebaya maupun lingkungan tempat tinggalnya tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.
c. Hasil Kegiatan
Dari pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan di sekolah SLTP/MTs dan SLTA/MA sekecamatan amuntai selatan banyak pertanyaan-pertanyaan dari pelajar mulai dari asal usul narkoba, penggunaan atau peruntukan dari narkoba, proses narkoba hingga dapat menimbulkan kecanduan dan penyakit, rehabilitasi dari pecandu narkoba, tata cara pencegahan agar tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, masalah hukum bagi pengguna dan pengedar narkoba. Dan dari kesemuanya ini rata-rata dari pelajar berkomitmen untuk memberikan informasi tentang narkoba yang diperoleh dari hasil penyuluhan baik bagi keluarganya, teman sebaya dan lingkungan tempat tinggal mereka.

Read More ..

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN REMAJA PUSKESMAS AMUNTAI SELATAN



A. Pendahuluan

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10 s/d 19 th Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya jika usia remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka ia masih digolongkan dalam kelompok remaja
Anak sekolah tingkat SLTP/SLTA memasuki usia remaja di mana pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual dengan permasalahan-permasalahan yang begitu komplek.
Oleh sebab itu masa remaja merupakan tahap penting dalam siklus kehidupan manusia. Dikatakan penting karena merupakan peralihan dari masa anak yang sangat tergantung kepada orang lain ke masa dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab.
Di samping itu, masa ini juga mengandung resiko akibat suatu masa transisi yang selalu membawa cirri-ciri tertentu, yaitu kebimbangan, kebingungan dan gejolak remaja seperti masalah seks, kejiwaan dan tingkah laku eksprimental ( selalu ingin mencoba)
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diadakan kegiatan penyuluhan untuk memberikan pengetahuan tentang remaja dan permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan.


B. Tujuan
Secara umum tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan kepada siswa tentang kesehatan remaja.

C. Sasaran
Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini adalah siswa-siswi MAN 3Amuntai Selatan, MTsN Amuntai Selatan, MTsS As-Salam Mamar, SMPN1Kota Raja, SMPN 3 Kayakah, SMPN 4 Simpang 4, MTsS Nurul Hidayah Kota Raja, MTsS Panyiuran, SMPN 2Banyu Hirang.

D. Tempat, Waktu Pelaksanaan dan Jumlah Peserta

1. MAN 3 Amuntai Selatan : 4 April 2011 : 25 siswa
2. MTsN Amuntai Selatan : 5 April 2011 : 40 siswa
3. MTsS As-Salam Mamar : 6 April 2011 : 20 siswa
4. SMPN 1Kota Raja : 9 April 2011 : 25 siswa
5. SMPN 3 Kayakah : 11 April 2011 : 36 siswa
6. SMPN 4 Simpang Empat : 12 April 2011 : 40 siswa
7. MTsS Nurul Hidayah Kota Raja : 18 April 2011 : 40 siswa
8. MTsS Panyiuran : 25 April 2011 : 25 siswa
9. SMPN 2 Banyu Hirang : 26 April 2011 : 33 siswa

E. Petugas
1. H.Mahyuliansyah, S.Kep
2. Muhammad Yamani, SKM
3. Noor Afyati Rahmi, SKM

F. Materi Penyuluhan
1. Remaja dan permasalahannya
2. Peran siswa dalam menanggulangi masalah kesehatan remaja
3. Puskesmas Peduli Remaja

G. Hasil
Siswa mengerti tentang remaja dan permasalahannya dan bersedia melakukan / berperan dalan upaya mengatasi permasalahan kesehatan remaja.


I. Penutup

Demikian laporan kegiatan penyuluhan dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Read More ..

Konseling dan Tekniknya


Konseling ?
Hampir sama dengan curhat
Bisa dilakukan antar orang yang sudah kenal
Bisa juga dengan orang yang baru kenal, tapi klien percaya pada konselor
Jenis masalahnya macam-macam
Ada cara/tekniknya menjadi konselor
Jadi, ada orang curhat / klien, ada masalah, dan ada yang dicurhati / konselor

Unsur-Unsur Dalam Konseling
Sebuah proses
Hubungan baik / sejajar antara klien dan konselor
Kegiatan yang bertujuan
Penggalian dan pemahaman masalah
Upaya pemberian bantuan dan dukungan pribadi
Bersama menyusun alternatif pemecahan masalah
Konseling seksualitas remaja : proses pemberian bantuan dari konselor kepada klien / pada sekelompok orang yang memiliki masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi sesuai dengan umur dan permasalahan, perkembangan fisik dan mental pada masa pubertas. Misal : masalah seputar pacaran, perilaku seks, KTD, dsb.



Permasalahan remaja ?
Pacaran, rebutan pacar
Narkoba
Menstruasi
“Body image”
Konflik dengan orang tua
Interaksi sosial
Hubungan seks, MBA
Pernikahan / kawin muda
Kerja
Pendidikan, dll

Siapa saja yang bisa jadi konselor ?
Pelajar, mahasiswa
Tua, muda
Orang kaya, orang miskin
Laki-laki, perempuan
Jadi siapa saja dan dari kalangan manapun, yang terpenting dia punya minat membantu orang lain serta sudah punya pengetahuan tentang teknik konseling

Dimana konseling dilakukan ?
Di rumah konselor
Di rumah klien
Di taman
Di puskesmas, dll
Intinya : klien merasa tenang, enak, kerahasiaan bisa terjamin, tidak ada gangguan
Setting ruangan seperti apa?
Ruangan bernuansa remaja
Duduknya tidak harus dibatasi dengan meja
Bisa berkelompok (dengan cara melingkar)
Duduk bersebelahan / sejajar dengan klien
Intinya : suasana santai, akrab, bersahabat, dan memberi rasa aman pada klien

Konselor seperti apa yang dibutuhkan remaja ?
 Memiliki pengetahuan, wawasan, dan keterampilan komunikasi yang baik
 Non diskriminatif
 Tidak bias jender
 Berpihak pada remaja
 Empati
 Non judgemental ---- tidak menilai / mengadili klien
 Bersedia membuka diri dan menerima orang lain serta mau mengembangkan diri (belajar dari orang lain)
 Tulus
 Bisa menjaga rahasia

Persyaratan seorang konselor
Memiliki pengetahuan tentang konseling secara benar
Punya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja
Punya minat untuk membantu orang lain
Sensitif terhadap perubahan dan kesulitan yang dialami remaja / orang lain
Terampil dalam berkomunikasi (verbal dan non verbal)
Mampu menjadi pendengar yang baik
Tidak merasa diri lebih tinggi
Terbuka ---- jujur
Tidak memasukkan nilai konselor --- tidak bias
Hambatan Yang Sering Dialami Konselor :
Pengetahuan dan keterampilan
Pandangan kolot
Usia dan pengalaman
Kebudayaan, bahasa, dan agama
Sifat-sifat pribadi

Komunikasi Non Verbal Yang Perlu Diperhatikan
Kontak mata
Sikap tubuh terbuka
Menghadapi klien dengan tulus
Intonasi dan vokalisasi
Gerakan tubuh dan postur tubuh

Jenis Komunikasi Yang Perlu dihindari
Menggurui/berkhotbah
Menghakimi/mencela
Memberi cap/penilaian pada orang pada remaja / klien
Mengalihkan percakapan
Memberi nasehat
Menganalisa dengan cara menggurui
Keterampilan mikro
Menghadapi klien dengan bertatap muka, boleh juga disebelahnya
Postur perlu terbuka, tangan tidak boleh bersedekap, kaki tidak boleh ditumpangkan
Membungkuk ke klien, wajah biasanya mendekat
Menatap mata klien, boleh mengalihkan pandangan kadang-kadang saja tetapi perhatian harus tetap pada klien
Santai

Cara efektif untuk menggali masalah lebih dalam :
Jangan membrondong klien dengan pertanyaan
Bertanyalah dengan tujuan tertentu
Bertanya dalam bentuk terbuka bukan memberikan pilihan jawaban
Fokus pada klien

KOMUNIKASI DALAM KONSELING
Kehangatan :
 56% nada suara
 37% bahasa tubuh
 7% kata-kata (berbicara)
 Empati
 Respek

Sumber : Materi Pelatihan Konseling RemajaTingkat Kab.Hulu Sungain Utara Tahun 2010

Read More ..